Simak Tips Agar Kantong Tak Jebol Meski Harga Pangan Mahal
Merdeka.com - Harga pangan belakangan ini membuat ibu rumah tangga kewalahan mengatur keuangan. Sejumlah bahan makanan mengalami kenaikan harga. Momentum tahun baru menjadi pemicunya. Kondisi ini memang kerap terjadi pada hari-hari besar.
Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi, Mike Rini Sutikno punya sederet tips agar konsumen tetap bisa hemat meski harga pangan naik. Setidaknya ada tiga tips yang dapat dilakukan.
"Saya biasanya melakukan tiga cara penghematan, hemat bukan berarti tidak belanja. Karena merupakan kebutuhan," kata Mike kepada merdeka.com, Jakarta, Kamis (6/1).
-
Harga bahan pangan apa yang naik? Situs Badan Pangan Nasional (Bapanas) per Rabu 21 Februari 2024 pukul 13.00 WIB menunjukkan kenaikan harga beberapa bahan pangan, terutama beras dan cabai rawit merah.
-
Dimana harga bahan pangan naik? Tak hanya beras, harga sejumlah bahan pangan di Jakarta terpantau merangkak naik.
-
Apa saja kebutuhan pokok yang harganya naik? Memasuki akhir November, harga sejumlah kebutuhan pokok melambung tinggi. Di pasar tradisional Boyolali, harga gula putih dan gula merah naik drastis. Kenaikan harga gula cukup tinggi hingga mencapai Rp4.000 per kilogram.
-
Kenapa harga kedelai makin mahal? Hendro, salah seorang perajin tahu di Dusun Kanoman, mengatakan bahwa makin ke sini harga kedelai lokal semakin mahal. Oleh karena itu, mereka terpaksa mengandalkan kedelai impor untuk membuat tahu. Tapi harga kedelai impor saat ini cenderung tinggi.
-
Dimana harga beras juga naik? Kenaikan harga sembako juga terjadi di Pasar Belakang Kodim Brebes. Harga telur ayam dari Rp26.000 per kilogram menjadi Rp28.000 per kilogram. Begitu pula dengan harga beras medium yang naik Rp1.000 per kilogram.
-
Siapa yang merasa sulit mengimbangi inflasi? Sayangnya, inflasi tinggi membuat uang yang mereka miliki saat ini seperti tidak berarti. Sekitar 67 responden dalam survei itu mengatakan bahwa mereka tidak mampu mengimbangi inflasi.
Langkah pertama adalah lakukan pemisahan antara kebutuhan dan keinginan. Di masa saat ini, perlu membedakan antara kedua ini. Golongkan terlebih dahulu agar mudah mengeliminasi kebutuhan yang bisa dikesampingkan.
"Kebutuhan harus dilaksanakan karena menjadi syarat melakukan berbagai aktivitas hidup sehari hari. Pos pengeluaran lain, ada keinginan yang bisa dikendalikan sebenarnya. Misalnya entertaiment, ini bisa dihilangkan," kata Mike.
Langkah kedua adalah melakukan subsitusi jenis bahan yang digunakan. Misalnya, pada biasanya menggunakan bahan yang cenderung memiliki harga lebih mahal. Maka bisa ditukar dengan jenia yang sama tapi harga lebih bersahabat.
"Subsitusi, misalnya cemilan diganti dengan jenis cemilan yang lebih murah. Cemilan ada merek A, B, C. A mahal, B menengah, C murah. Kalau mau lebih hemat bisa pilihan B atau C," jelasnya.
Terakhir adalah, mengatur frekuensi konsumsi. Pembengkakan pengeluaran rumah tangga biasanya karena tidak ada pengaturan konsumsi. Sehingga selalu terasa kurang, padahal sudah dicukupi.
"Seperti cemilan tadi, bisa diatur frekuensinya. Dari beberapa kali seminggu misalnya, jadi dua kali seminggu. Atau makan mewah 5 kali seminggu diatur jadi 3 kali seminggu," paparnya.
70 Persen Pendapatan untuk Kebutuhan Sehari-hari
Mike melanjutkan pengaturan pendapatan untuk keperluan sehari hari sangat penting dilakukan. Sebab, porsinya mencapai 70 persen dari total pengeluaran.
"Itu 70 persen dari pendapatan. Sisanya 30 persen biasanya untuk utang, menabung dan asuransi. 70 persen ini harus benar-benar dikendalikan agar tidak mengganggu yang lain," katanya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Bapanas mencatat, harga sejumlah bahan pokok menjelang Natal dan Tahun Baru kian melonjak.
Baca SelengkapnyaHarga sejumlah bahan pangan mengalami kenaikan jelang akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHarga-harga pangan meningkat yang menyumbang kepada inflasi,
Baca SelengkapnyaInflasi naik di bulan Febuari terutama harga beberapa komoditas.
Baca SelengkapnyaSaat ini harga beras kualitas premium rata-rata telah mencapai Rp18.000 per kilogram. Angka ini naik hingga 20 persen dari harga normal tahun 2023.
Baca SelengkapnyaKenaikan harga membuat penjual dan pembeli sama-sama merana
Baca SelengkapnyaHarga beras saat ini tengah melonjak sebagai dampak dari kemarau panjang.
Baca SelengkapnyaJika sebelumnya harga beras berada di kisaran Rp 8.000 per liter, kini melonjak menjadi Rp 10.000 per liter.
Baca SelengkapnyaTekanan yang dihadapi masyarakat kelas menengah juga tercermin dari indikator penduduk berdasarkan golongan pendapatan.
Baca SelengkapnyaPemerintah terus berupaya mengatasi kelangkaan dan mahalnya harga beras.
Baca SelengkapnyaMasyarakat berharap pemerintah dapat segera menurunkan harga bahan pokok tersebut.
Baca SelengkapnyaKenaikan ini dipengaruhi oleh pasokan gabah dari petani terbatas akibat panen padi di tingkat petani menurun.
Baca Selengkapnya