Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Strategi Bank Indonesia Hadapi Gejolak Ekonomi Selama Pandemi

Strategi Bank Indonesia Hadapi Gejolak Ekonomi Selama Pandemi Gedung Bank Indonesia. Merdeka.com / Dwi Narwoko

Merdeka.com - The Federal Reserve (The Fed) selaku bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Rabu (17/3) lalu memutuskan untuk menjaga suku bunga acuan di level 0,23 persen. Kebijakan ini setidaknya meredakan ketegangan pasar yang sempat cemas The Fed akan menaikan suku bunga, sehingga berpengaruh negatif terhadap pergerakan ekonomi global di tengah pandemi Covid-19.

Kendati begitu, Bank Indonesia (BI) menyatakan telah bersiap diri menghadapi segala kemungkinan tak terduga yang akan dihadapi, termasuk arus keluar modal (capital outflow) yang kabur dari Indonesia akibat kenaikan suku bunga The Fed.

Deputi Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI, Riza Tyas Utami mengatakan, Bank Indonesia telah belajar dari aksi moneter taper tantrum Amerika Serikat pada 2013. Saat ini, bank sentral disebutnya telah menyiapkan triple intervention guna menghadapi gejolak ekonomi tak terduga.

"Bank Indonesia selalu ada di pasar, tidak hanya pasar spot, tapi kita punya tiga tools. Kita punya spot, punya intervensi di domestic non-delivery forward (DNDF), dan kita juga sekarang punya SBN," jelasnya dalam sesi jumpa wartawan dengan BI, Kamis (25/3).

Menurut Riza, ketiga jurus itu akan digunakan sembari melihat kondisi pasar keuangan terkini. Tak hanya itu, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) juga telah memperluas kerjasama transaksi perdagangan bilateral dan investasi langsung atau local currency settlement (LCS) dengan tiga negara.

"Kerjasama internasional juga kita perluas. LCS sekarang kita punya, bahkan tidak hanya dengan satu negara, dengan Malaysia, Jepang, Thailand. Dengan China masih proses," terangnya.

Ke depan, Bank Indonesia tetap akan selalu bersiaga menghadapi segala kemungkinan buruk di bidang ekonomi.

"Akan ada kondisi gejolak kecil dalam jangka pendek iya. Tapi kita sudah melakukan persiapan jauh hari ke belakang, bahkan sebelum Covid-19 ini berjalan. Sehingga Alhamdulillah ketika ini terjadi kita lebih siap," ujar Riza.

Kebijakan BI dalam Mendukung Percepatan Pemulihan Ekonomi RI

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo membeberkan, beberapa langkah-langkah dalam mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional di 2021. Salah satu yang dilakukan adalah mendorong kredit pembiayaan ke dunia usaha.

"Memang fokusnya adalah dorong kredit pembiayaan ke dunia usaha. Makanya kami datang untuk mengajak gotong royong," katanya dalam acara Temu Stakeholder untuk Percepatan Pemulihan Ekonomi Nasional, yang disiarkan lewat Youtube Kemenkeu RI, Kamis (25/3)

Langkah kedua dilakukan BI yakni mendukung dari sisi makro ekonomi, dengan menurunkan suku bunga. Saat ini suku bunga sudah berada di lever 3,5 persen, menjadi terendah sepanjang sejarah.

Kemudian BI juga berupaya mengendalikan stabilitas nilai tukar rupiah (NTR). Saat ini Rupiah berada Rp14.460 per USD pada pukul 10.16 WIB. "NTR kami stabilkan, dulu pernah hampir Rp 17.000 per USD. Sekarang pun terus melakukan stabilisasi," imbuhnya.

Selanjutnya BI juga sudah melakukan pelonggaran kuantitatif atau QE sejak tahun lalu yakni hampir 5,1 persen dari produk domestik bruto (PDB). Tak hanya itu, bank sentral pada tahun 2020 juga telah membiayai anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hingga Rp473,4 triliun, melalui burden sharing.

"Itu dilakukan untuk membiayai kesehatan, bansos. Bahkan ini masih sisa dari tahun lalu. BI juga membiayai Rp47 triliun buat beli vaksin dari anggaran Rp74 triliun. Jadi BI allout dukung pemulihan ekonomi," katanya.

Reporter: Maulandy Rizky Bayu KencanaSumber: Liputan6.com

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP