Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Strategi BI Jaga Harga Cabai Tak Sumbang Inflasi Solo

Strategi BI Jaga Harga Cabai Tak Sumbang Inflasi Solo Pedagang cabai di Pasar Induk Kramat Jati. ©2019 Merdeka.com/Iqbal Nugroho

Merdeka.com - Cabai masih menjadi komoditas penting yang menjadi sumber terjadinya inflasi di Kota Solo dan sekitarnya. Untuk mengendalikan inflasi akibat tingginya harga cabai, Bank Indonesia (BI) Solo mengaku telah melakukan berbagai upaya.

Selain program klasterisasi, juga dilakukan dengan gerakan menanam komoditas cabai di pekarangan dan memanfaatkan lahan kosong. Klasterisasi komoditas cabai binaan BI di wilayah Soloraya telah dilakukan di Kabupaten Wonogiri dan Sragen.

"BI Solo memang melibatkan banyak pihak untuk memastikan ketahanan pangan di daerah sekaligus dalam rangka pengendalian inflasi," ujar Kepala BI yang juga Wakil Ketua Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Surakarta Bambang Pramono di sela Rapat Koordinasi di Kantor BI Solo, Selasa (17/9).

Bambang mengatakan, Soloraya ini khususnya Kota Solo masih mengalami deflasi. Namun dia melihat masih ada sumber inflasi salah satunya dari komoditas cabai. Secara spesifik, dikatakannya, permintaan cabai di Soloraya cukup tinggi. Namun kondisi tersebut tidak sejalan dengan volume produksi mengingat panennya terkendala oleh musim kemarau berkepanjangan.

"Sumber distribution cabai kita kebanyakan berasal dari Jawa Timur. Ketergantungan ini membuat kondisi 'volatile'. Oleh karena itu, kami cari solusi agar permasalahan cabai ini tidak setiap tahun muncul," tandasnya.

Untuk itu pihaknya berupaya memitigasi untuk kemudian menangani permasalahan yang ada, khususnya dari sisi produksi. Yakni dengan gerakan menanam cabai, selain kartelisasi yang telah dilakukan sebelumnya. "Ini untuk mengurangi permintaan komoditas cabai di pasaran sehingga dampaknya adalah harga dapat lebih terkendali," jelasnya.

Terkait penambahan jumlah klaster, Bambang berdalih akan disesuaikan dengan anggaran yang ada. Dia mengaku tengah melakukan diskusi dengan perbankan dan pihak-pihak yang bisa diajak mengembangkan program klasterisasi. Tujuannya bukan hanya untuk ketahanan pangan, namun juga untuk wisata.

Koordinator kampung sayur organik Mojosongo Paryanto menyampaikan, warga di kampungnya sudah memanfaatkan pekarangan rumah untuk gerakan menanam pangan. Menurutnya, saat ini sudah ada sekitar 50 rumah yang melakukan gerakan menanam komoditas pangan di depan rumah masing-masing.

"Di Kampung Ngemplak, ada beberapa komoditas yang ditanam. Diantaranya cabai, terong, dan beberapa jenis sayuran. Untuk saat ini memang hanya dikonsumsi pribadi, tetapi ada juga beberapa yang menjual bibit ke warga daerah lain," pungkas dia.

(mdk/bim)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP