Strategi Pertamina Kembangkan B100
Merdeka.com - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memproduksi biodiesel murni (B100), dengan membangun fasilitas pengolahan minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO) sebagai bahan bakunya.
Pertamina terus meningkatkan campuran unsur nabati (Fatty Acid Methyl Ester/FAME) pada solar. Sejak dimulai pada 2006 dengan kandungan FAME pada solar sebesar 2,5 persen, saat ini kandungan FAME yang dicampur dengan solar meningkat menjadi 30 persen (B30).
"Pertamina rencanakan sampai B100, tahapan Pertamina ada tiga langkah, menengah maupun panjang," kata Nicke, saat rapat dengan Komisi VII. DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (29/1).
-
Bagaimana kelapa sawit diubah menjadi biodiesel? Biodiesel adalah bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi emisi gas rumah kaca. Biodiesel dapat dibuat dari minyak kelapa sawit yang dicampur dengan metanol atau etanol.
-
Bagaimana Pertamina menurunkan emisi melalui biodiesel? Selain itu, penjualan produk biodiesel B35 telah berhasil menurunkan emisi sekitar 28 juta ton COE per tahunnya.
-
Bagaimana Pertamina menggunakan sumber daya alam untuk bioenergi? Pertamina akan memanfaatkan bahan bakar nabati seperti tebu, jagung, singkong dan sorgum untuk mengembangkan bioenergi.
-
Bagaimana Pertamina Hulu Energi meningkatkan produksi minyak? Perlu dilakukan upaya-upaya khusus untuk peningkatan produksi minyak dengan berbagai macam recovery plan yang sudah disiapkan serta inisiatif baru.
-
Apa itu Minyak Inti Sawit? Minyak inti sawit atau yang juga dikenal dengan sebutan palm kernel oil adalah minyak nabati yang diekstraksi dari biji (inti) buah kelapa sawit (Elaeis guineensis).
-
Siapa yang memimpin Pertamina? Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan bahwa sejak restrukturisasi organisasi, tren kinerja keuangan konsolidasian Pertamina positif dan terus meningkat dari tahun ke tahun.
Untuk memproduksi bahan bakar B100 Pertamina akan melakukan modifikasi (revamping equipment) Kilang Cilacap. Hal ini penting dilakukan, sebab dalam proses pencampuran FAME dengan solar saat ini hanya mampu dengan kandungan 30 persen saja.
"Di 2022 revamping equipment di Kilang Cilacap selesai. Jadi akan hasilkan B100 300 ribu ton per tahun," tuturnya.
Kilang Plaju
Nicke melanjutkan, Pertamina juga akan memproduksi B100 dari Green Refinary Plaju. Fasilitas tersebut akan memproduksi green diesel dan green avtur sebanyak 1 juta Kilo Liter (KL) per tahun, dengan kapasitas 80 ribu barel per hari.
Menunggu dua proyek tersebut rampung, upaya Pertamina memproduksi B100 dalam waktu dekat dengan menerapkan mekanisme co-processing, yaitu mencampur Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) dan minyak mentah di kilang. Saat RBDPO telah diolah dengan campuran sebesar 20 persen ke minyak mentah.
Pertamina telah menetapkan Kilang Cilacap menerapkan mekanisme yang pertama dilakukan di dunia ini. Selanjutnya, mekanisme tersebut akan diterapkan di seluruh kilang yang dioperatori Pertamina.
"Ini sudah dilaksanakan sejak 2 tahun lalu dan hari ini secara kapasitas sudah bisa mencampur 20 persen. Diinject langsung, ini sebetulnya co-processing, adalah pertama di dunia," tandasnya.
Reporter: Pebrianto Eko Wicaksono
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pertamina memaparkan roadmap bisnis perusahaan di bidang bisnis biofuels dan dekarbonisasi kepada pebisnis dan praktisi di Singapura.
Baca SelengkapnyaTantangan pengembangan biodiesel B50 kedepan bukan hanya pada pemenuhan bahan baku dari CPO tetapi di aspek hilir.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah menyiapkan program ini dengan bauran solar yang mencakup 40 persen bahan bakar nabati berbasis minyak sawit
Baca SelengkapnyaPerusahaan yang merupakan salah satu pengelola perkebunan sawit terbesar di dunia ini juga sedang menyiapkan berbagai strategi.
Baca Selengkapnyamenteri ESDM menilai untuk mencapai B100 diperlukan peningkatan bertahap.
Baca SelengkapnyaKedepan, diyakini kebutuhan biodiesel berbasis kelapa sawit sangat besar, khususnya untuk konsumsi dalam negeri.
Baca SelengkapnyaUntuk memperoleh anggaran sebanyak itu harus dibarengi dengan peningkatan ekspor sawit.
Baca SelengkapnyaPertamina akan terus mengembangkan penggunaan bahan bakar berbasis bioenergi dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada.
Baca SelengkapnyaPGN melibatkan anak perusahaan, PT Gagas Energi Indonesia untuk menindaklanjuti kerja sama pemanfaatan Bio-CNG dengan KIS.
Baca SelengkapnyaSebagai informasi, B40 merupakan bahan bakar campuran solar sebanyak 60 persen dan bahan bakar nabati (BBN) dari kelapa sawit sebesar 40 persen.
Baca SelengkapnyaImplementasi B50 peluang baik bagi Indonesia, namun memiliki konsekuensi ekonomi yang juga besar.
Baca SelengkapnyaDirut Pertamina Nicke Widyawati berhasil meraih penghargaan tertinggi Green Leadership Utama dari KLHK.
Baca Selengkapnya