Tony Blair Institute Dorong Penggunaan AI Ramah Lingkungan
Willy mengatakan, pusat data AI perlu dibangun untuk meminimalkan penggunaan energi kotor dan dampaknya terhadap lingkungan.
Manajer Senior Tony Blair Institute (TBI), Willy Limiady mendorong pemanfaatan teknologi kecerdasan buatan (Artifical Intelligence/AI) dalam percepatan transisi energi di Indonesia. Dia menilai, pemanfaatan teknologi dapat menekan konsumsi energi berbasis fosil yang meninggalkan jejak karbon, termasuk BBM.
"Dengan semakin meluasnya penggunaan AI, konsumsi energi dan jejak karbon infrastruktur AI pun kini menjadi sorotan" kata Willy dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (12/9).
Willy mengatakan, pusat data AI perlu dibangun untuk meminimalkan penggunaan energi kotor dan dampaknya terhadap lingkungan. Termasuk perencanaan yang cermat mengenai cara memperoleh daya, lokasi, dan cara memanfaatkan daya pemrosesan untuk memaksimalkan efisiensi kerja.
Di sisi lain, skema insentif juga perlu diberikan bagi pelaku usaha swasta untuk mendorong pemanfaatan energi bersih dan terbarukan (EBT). Pemberian Insentif ini akan membantu bisnis mengadopsi praktik yang lebih ramah lingkungan tanpa merasa terbebani oleh regulasi yang berlebihan.
"Penting untuk mencapai keseimbangan di sini kita tidak ingin mengatur secara berlebihan atau membuat kebijakan yang sangat ketat sehingga menghambat inovasi," ujar Willy.
Inovasi dan Penerapan Teknologi Merata Jadi Kunci
Direktur TBI untuk Indonesia, Shuhaela Haqim. menambahkan, penelitian, inovasi dan penerapan teknologi yang merata menjadi kunci untuk mengoptimalkan sumber daya energi terbarukan yang melimpah di Indonesia. Cara ini diyakini akan mampu mendukung target emisi nol bersih atau net zero emission pada 2060 atau lebih cepat.
"Kami dari TBI sangat senang dapat memfasilitasi diskusi terbuka mengenai tantangan, kekhawatiran, dan solusi untuk mencapai transisi energi berkelanjutan, termasuk praktik-praktik terbaik dalam kolaborasi energi yang adil," ujar dia.