Dua mobil pikap berisi rumput-rumputan dan daun tiba. Beberapa pria dengan sigap menurunkan muatan itu. Ada yang dibawa ke tempat penyimpanan, sebagian lainnya langsung dipindahkan ke wadah makanan. Puluhan sapi yang berada di kandang pun langsung melahap rumput segar itu.
Aktivitas memberi makan hewan ternak ini semakin intens dilakukan jelang Hari Raya Idul Adha. Kandang yang biasanya hanya terisi puluhan ekor sapi kini dijejali ratusan sapi yang disiapkan untuk menjadi hewan kurban.
Di lahan seluas 3.000 m2, di kawasan Ciherang, Bogor, Jawa Barat, Deni Prasojo dan belasan karyawannya di CV Bintang Tani sedang sibuk-sibuknya merawat sapi yang akan disembelih pada Idul Adha 1437 yang jatuh pada Senin 12 September. Ada 700 sapi berbagai jenis yang dia siapkan untuk tahun ini. Di penampungan itu, harga masing-masing sapi sudah dipajang di bagian atap kandang. Harga termurah sekitar Rp 13 juta rupiah dan yang termahal mencapai Rp 50 juta. Harga itu ditentukan berdasarkan berat sapi. Meski begitu, harga yang dipasang masih bisa ditawar oleh pembeli yang datang.
Selain di Ciherang, Deni membuka outlet di kawasan Pasar Yasmin Bogor untuk lokasi penjualan. "Ada sapi Kupang, Bali, Madura, Simmental, Limousin, dan Ongol. Yang paling berat di sini jenis Simmental sekitar 780 kg. Sudah laku dibeli orang Bandung, nanti tinggal dikirim H-3 Idul Adha," kata Deni saat ditemui merdeka.com di peternakannya Rabu (7/9) lalu.
Deni menuturkan, bisnis hewan kurban dilakukan CV Bintang Tani sejak tahun 2007. Awalnya, usaha yang dimiliki mertuanya (Ibu Azizah) bergerak di bidang supplier jagung namun kemudian beralih ke peternakan sapi. CV Bintang Tani juga memiliki lahan peternakan di kawasan Bungbulang, Bogor. "Kalau bukan untuk hewan kurban, kita biasa jadi pemasok daging, tapi tidak harian, Biasanya panen (dipotong) tiap 3 bulan," ujarnya.
Deni Prasojo ©2016 Merdeka.com/zul atsari
Deni yang lulusan jurusan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor ini menuturkan, bisnis hewan kurban cukup menguntungkan jika ditekuni dengan serius. Keuntungan yang didapatkan cukup besar karena permintaan terus meningkat dari tahun ke tahun. Namun dia mengingatkan, bagi para pemula, jangan tergiur untung yang bakal didapatkan tanpa tahu mengelola atau memiliki jaringan ke peternak yang memasok hewan kurban. Sebab menjual hewan kurban memiliki risiko tinggi karena barang yang dijual adalah makhluk hidup.
"Kita harus siapkan modal untuk pakan, biaya pemeliharaan dengan menyewa karyawan, dokter hewan yang mengontrol kesehatan hewan, termasuk untuk biaya kandang penampungan sementara. Teman saya tahun lalu coba jualan sapi untuk kurban. Dia rugi Rp 40 juta dari 40 ekor sapi yang dia beli," jelasnya.
Bicara soal untung, Deni mengatakan, dari sapi yang dijual untuk kurban, rata-rata untung bersih paling sedikit di kisaran Rp 1 juta hingga Rp 2 juta tiap ekor. "Itu untuk sapi yang kita beli dari rekanan kita peternak di daerah. Kalau sapi yang kita gemukkan dari bibit bisa untungnya sampai Rp 3 jutaan per ekor," tukasnya.
Pengakuan serupa disampaikan Nia Rachma, penanggung jawab Peternakan Kampung 99 Pepohonan di Jalan KH Muhasan II, Kelurahan Meruyung, Kecamatan Limo, Depok, Jawa Barat. Tahun ini, peternakan dia menyiapkan 1.000 ekor sapi berbagai jenis, dan 500 ekor kambing dan domba asal Jawa. Dia mengaku, hingga Rabu (7/9), sudah terjual sekitar 800 ekor sapi. Paling banyak sapi yang diminati jenis sapi bali yang beratnya di bawah 300 kg. Sedangkan untuk kambing, penjualan paling tinggi saat H-2 Idul Adha.
"Kalau sapi kan biasanya urunan 7 orang yang mengkoordinir panitia masjid, tapi banyak juga yang beli individu," jelas Nia.
Untuk Idul Adha tahun ini, Kampung 99 Pepohonan mendatangkan sapi dari Bali dan NTT sebanyak 400 ekor. Sisanya dari hasil penggemukan bibit yang didatangkan dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan milik sendiri. "Tahun ini sapi terberat 1,3 ton jenis Limousine. Tahun lalu bahkan 1,4 ton," ujar Nia.
Hewan kurban di Kampung 99 Pepohonan ©2016 Merdeka.com
Soal harga, kata Nia, Kampung 99 Pepohonan menetapkan Rp 60 ribu per kilogram untuk sapi hidup. "Tinggal dikalikan saja kalau beratnya 1,3 ton jadi Rp 78 juta. Harga sudah termasuk biaya perawatan dan pengiriman di Jabodetabek. Di luar itu ada biaya tambahan," tutupnya.
Berbeda dengan para penjual hewan kurban yang memiliki peternakan, pedagang hewan kurban musiman juga meraup untung besar meski hanya berjualan dalam waktu singkat. Dahlan (45), membuka penampungan sementara hewan kurban di Tebet, Jakarta Selatan, sejak tiga pekan sebelum Idul Adha.
Tahun ini, dia menyiapkan 45 ekor kambing yang dipesan dari peternak di Malang, Jawa Timur. Dahlan kebetulan memiliki keluarga di Malang yang kenal dengan pengepul kambing untuk hewan kurban. Untuk membeli puluhan kambing itu, dia harus merogoh kocek untuk modal sebesar Rp 35 juta. Modal itu belum termasuk biaya kirim, biaya perawatan, dan biaya karyawan.
"Uangnya dari kongsi dengan keluarga. Bukan uang saya sendiri," ujar Dahlan saat ditemui di Jalan Tebet Barat, pekan lalu.
Sehari-harinya, Dahlan bekerja sebagai montir di bengkel miliknya sendiri. Harga kambing yang dijual Dahlan sangat variatif. Paling mahal, seekor kambing dengan tipe A seharga Rp 5.500.000 dan paling murah dengan tipe B seharga Rp 3.500.000. Harga ini tentu masih bisa dinego lagi dan disesuaikan dengan harga kambing yang dijual pedagang lainnya di lokasi yang sama.
Berapa keuntungan yang didapat, Dahlan mengungkapkan, selama 3 minggu berjualan, bisa mengantongi keuntungan bersih Rp 15 juta. Hal ini berdasarkan pengalamannya tahun lalu. "Itu sudah dikurangi biaya 3 karyawan, harga ongkos dan harga perawatan hewan. Untung dari tiap kambing, sekitar Rp 500.000 sampai Rp 1 juta," ujarnya.
Baca juga:
Video: Cantiknya SPG penjual hewan kurban di Depok
Di Makassar, ditemukan 600 ekor sapi tidak layak kurban
Golkar bagikan 52 hewan kurban, Setnov bilang 'paling dulu cuma 15'
Meski harga naik, sapi kurban di Makassar tetap laris manis