Bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli
Merdeka.com - Dulu para Bapak Bangsa memulainya dengan sebuah tiang bambu dan bendera yang dijahit dari seprai dan kain tukang soto. Lewat mesin ketik pinjaman dari perusahaan pelayaran Jerman.
Hari itu, 17 Agustus 1945 sebuah negara baru telah lahir. Tak ada suara musik dengan genderang atau terompet, tak ada jamuan makan kenegaraan. Tak ada kemewahan sama sekali. Bahkan Soekarno pun tak pernah membayangkan seperti inilah momen paling historis bagi bangsanya.
Merdeka artinya berdaulat. Menentukan nasib sendiri. Berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
-
Siapa yang memulai pembuatan Batik Pecel? Pembuatan Batik Pecel diprakarsai oleh Sri Murniati, pemilik Galeri Batik Murni Madiun.
-
Siapa yang menjahit bendera merah-putih? Ia merupakan sosok penting saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan, karena beliau yang menjahit bendera merah-putih yang akan dikibarkan untuk pertama kalinya.
-
Siapa yang menjahit Bendera Merah Putih? Bendera Pusaka yang Dijahit Fatmawati Sukarno Punya Arti Penting Bagi Bangsa Indonesia.
-
Kapan pembuatan gerabah Banten dimulai? Gerabah mengalami perjalanan yang panjang di wilayah Banten. Bahkan menurut data klasik, pembuatannya diperkirakan sudah berlangsung sejak sebelum berdirinya kerajaan Banten atau diperkirakan masa Hindu Buddha.
-
Bagaimana Batik Betawi berkembang di Jakarta? Mengutip situs Indonesia Kaya, melihat antusiasme pasar batik di Jakarta yang menjanjikan, pengusaha batik Tionghoa mendatangkan perajin dari kota batik Pekalongan dan Solo untuk membangun industri batik di Jakarta.
-
Siapa yang menciptakan "Batik Indonesia"? Saat tahu Go Tik Swan berasal dari keluarga pengusaha batik, Soekarno memintanya untuk menciptakan 'Batik Indonesia'.
Hari itu Indonesia merdeka.
Hari-hari selanjutnya bangsa ini bergerak perlahan. Penuh kesederhanaan yang memancing senyum. Siapa kira mobil kepresidenan adalah mobil curian. Atau perintah pertama Yang Mulia Presiden Republik Indonesia ternyata dititahkan pada seorang tukang sate di pinggir jalan.
"Beri aku sate 50 tusuk," kata Soekarno. Dan malam itu sang presiden makan dengan lahap sambil berjongkok di pinggir jalan, dekat selokan.
Namun kemerdekaan bukanlah tujuan akhir. Seperti kata Bung Karno, kemerdekaan hanya jembatan emas untuk mencapai kemakmuran seluruh rakyatnya.
Para Bapak Bangsa punya mimpi besar untuk negara baru ini. Indonesia bukan bangsa kuli. Bukan bangsa tempe. Bukan bangsa yang lembek.
"Kami menggoyangkan langit, menggemparkan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2,5 sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita," pidato Presiden Soekarno.
Selamat Ulang Tahun ke-73 Republik Indonesia. Mari terus berkarya untuk bangsa ini. Merdeka! (mdk/ian)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Simak perjalanan panjang tempe hingga jadi kuliner favorit di tanah air!
Baca SelengkapnyaCerita ini menyebar dan dipercaya sebagian besar masyarakat Indonesia. Bagaimana kisah sebenarnya?
Baca SelengkapnyaBatik merupakan kesenian yang terkenal di Nusantara. Hingga saat ini batik masih dikenakan dan dilestarikan.
Baca SelengkapnyaSelain rempah, Banten rupanya punya kisah tentang kerajinan gerabah yang kala itu turut mendunia.
Baca SelengkapnyaTanaman ini dibawa oleh orang-orang Belanda ke Nusantara.
Baca SelengkapnyaPada masa kejayaannya, pabrik tenun terkenal di Mojokerto punya sekitar 3.000 karyawan. Kini, bangunannya yang megah terbengkalai.
Baca SelengkapnyaPemerintah VOC, kongsi dagang Hindia-Belanda, membangun sarana kereta api untuk pengiriman hasil tani yang kemudian akan diperdagangkan.
Baca SelengkapnyaMengenal Pewter, kerajinan tradisional dari bahan timah khas masyarakat Pulau Bangka
Baca SelengkapnyaBatik yang dibuat dengan cara tradisional ini masih eksis hingga sekarang
Baca SelengkapnyaBrem sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Dulu jajanan ini termasuk makanan mewah bagi masyarakat pribumi.
Baca SelengkapnyaTanaman teh kemudian berhasil ditanam di Wanayasa Purwakarta karena beriklim sejuk. Saat itu, para pegawainya diselundupkan dari Tiongkok
Baca Selengkapnya