Profil
Airlangga Hartarto
Airlangga Hartarto lahir pada tanggal 1 Oktober 1962 di jawa Timur tepatnya di kota Surabaya. Ia merupakan Anggota DPRI RI periode 2009 sampai 2014 yang berasal dari Partai Golkar. Ia merupakan anggota Komisi VII DPR RI.
Riwayat pendidikan Airlangga tergolong lengkap. Ia mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SMA Kanisius, Jakarta pada tahun 1981. Kemudian ia melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di Universitas Gajahmada (UGM), Yogyakarta pada tahun 1987. Ia juga sempat melanjutkan pendidikannya sampai luar negeri. Tercatat ia pernah menjadi mahasiswa University of Pennsylvania, Philadelphia, USA pada tahun 1993 dan mahasiswa Monash University, Australia pada tahun 1996 diman di Universitas ini ia mendapat gelar Master Of Bussiness Administration (MBA). Dan terakhir ia menuntut ilmu di Melbourne Bussiness School University of Melbourne pada tahun 1997.
Pribadi yang dikenal aktif ini merupakan Ketua Osis selama menjadi murid SMA Kanisius dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Teknik UGM. Sebagai dampaknya, ia sekarang telah memimpin beberapa perusahaan seperti Presiden Komisaris dari PT. Fajar Surya Wisesa Tbk, Presiden Direktur PT. Jakarta Prime Crane (1991), Presiden Direktur PT. Bisma Narendra, dan Komisaris PT. Sorini Corporation Tbk. Ia juga memimpin beberapa organisasi seperti Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) dan Sekjen ASEAN Federations of Engineering Organizations (AFEO).
Karir politik Airlangga sendiri dimulai ketika ia berhasil terpilih menjadi Wakil Bendahara DPP Partai Golkar periode selama periode 2004-2009. Kemudian, suami dari Yanti K Isfandiary ini berhasil menjadi anggota DPR RI periode 2009-2014 setelah memenangi pemilu legislatif untuk daerah Pemilihan Jawa Barat V.
Airlangga merupakan pengagum ajaran Mahatma Gandhi. Ia memegang teguh prinsip mahatma Gandhi yang menyangkut tujuh hal yang harus dihindari yaitu kaya tanpa bekerja, kesenangan tanpa kesadaran, pengetahuan tanpa karakter, bisnis tanpa moral, ilmu tanpa kemanusiaan, penghargaan tanpa pengorbanan, dan politik tanpa prinsip.
Riset Dan Analisa Oleh Dwi zain