Kisah Suzanna, ratu film horor Indonesia
Munculnya sosok Suzanna tak bisa dipungkiri dapat membangkitkan film horor tanah air.
Tak bisa dipungkiri jika Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak sekali mitos berbau gaib (angker) yang dipercaya oleh hampir seluruh masyarakat. Mitos tersebut selanjutnya menjadi banyak perbincangan hingga tak jarang akhirnya diangkat ke dalam bentuk film oleh para sineas.
Nah, kalau membicarakan soal film horor Indonesia, tentu saja ada satu nama yang sudah dianggap begitu legendaris yang mungkin banyak orang langsung menyebut namanya jika ditanya siapa pemeran film horor terbaik di Indonesia? Yakni Suzanna.
Ya, wanita bernama asli Suzanna Martha Frederika van Osch ini memang sudah tak asing dengan segudang film horor yang dibintanginya. Bahkan jujur saja, mungkin banyak di antara film horornya yang hingga kini masih nyangkut di pikiran anda.
Munculnya sosok Suzanna tak bisa dipungkiri dapat membangkitkan film horor tanah air. Tatapan matanya yang tajam, suaranya yang lembut, bahasa tubuhnya yang kaku dan kerap berhiaskan kembang melati membuat ketokohannya dalam setiap lakon yang dimainkan semakin mistis.
Salah satu adegan yang masih membekas adalah ketika Suzanna memesan sate dan memakannya dalam jumlah banyak di filmnya berjudul Sundel Bolong.
"Bang, satenya bang! Sate 200 tusuk makan di sini", Cepetan! Biarin mentah juga enak". Masih ingat bukan? Dirilis pada tahun 1981, film ini memang mengangkat mitos mengenai hantu cantik dengan punggung bolong dan penuh dendam itu.
Total sudah puluhan judul film horor dia perankan pada masa keemasannya hingga dia dijuluki si ratu horor atau "The Queen of Indonesian Horror". Setidaknya ada 10 judul film yang dibintangi Suzanna, seperti Sundel Bolong (1981), Malam Jum'at Kliwon (1986), Nenek lampir (1987), Dendam Jum'at Kliwon (1987), Ratu Buaya Putih (1988), Bangkit Dari Kubur (1988), Wewe Gombel (1988), Malam Satu Suro (1988), Musnahkan Ilmu Santet (1989), dan Wanita Harimau (1989).
Meski setting dan jalan ceritanya cukup sederhana, namun rasa takut dan menyeramkan begitu mudah didapat dari film-film ini bahkan terngiang sampai sekarang.
Kepiawaiannya berakting pun membuahkan hasil. Sejumlah penghargaan diraih istri Clift Sangra, seperti Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Piala Citra FFI 1979 untuk Pulau Cinta, Nominasi Pemeran Utama Wanita Terbaik Piala Citra FFI 1982 untuk Ratu Ilmu Hitam dan Nominasi Aktris Terbaik Piala Citra FFI 1982.
Suzanna berhenti bermain film pada awal tahun 1990-an. Namun bukan berarti dia sudah tidak lagi eksis. Pada tahun 2003, di usianya yang menginjak 61 tahun, Suzanna melangkahkan kiprah seninya lagi di Sinetron Selma dan Ular Siluman, serta Misteri Sebuah Guci.
Dan pada awal tahun 2008, Suzanna bermain dalam film Hantu Ambulance, yang sekaligus merupakan film terakhir yang dibintanginya sebelum akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Rabu, 15 Oktober 2008 silam. Suzanna meninggal dunia di kediamannya di Jalan Kebondalem II No.1 Magelang.
Penyebab kematiannya sampai saat ini tidak diketahui secara jelas karena sang suami, Clift Sangra, menguburkan jenazah Suzanna secara diam-diam bersama dokter dan ketua RT setempat, dan pihak keluarga Suzanna sendiri baru mengetahui berita kematiannya melalui informasi dari pihak media dan tetangga.