Amerika pernah coba selamatkan James Foley tapi gagal
Gedung Putih mengungkapkan pasukan khusus AS pada bulan lalu menyerbu kamp ISIS di Suriah, tapi tidak menemukan sandera.
Belasan pasukan khusus Amerika Serikat ternyata pernah melancarkan operasi untuk menyelamatkan warganya yang disandera oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah awal musim panas ini tapi gagal. Ini terungkap kemarin setelah kemunculan video mengerikan memperlihatkan insiden pemenggalan wartawan AS James Foley.
Misi untuk menyelamatkan James Foley dan warga lainnya dilakukan pada awal Juli namun gagal karena para sandera tidak berada di lokasi yang ditargetkan oleh pasukan AS. Ini menurut laporan dirilis Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri Amerika, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Kamis (21/8).
"Operasi ini melibatkan komponen udara dan darat, dan terfokus pada jaringan penculiknya yakni ISIS," tulis pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika. "Sayangnya, misi itu tidak berhasil karena para sandera tidak berada di lokasi yang ditargetkan."
Secara resmi, pemerintah mengatakan tidak akan melepaskan lebih banyak rincian tentang serangan itu, namun sumber mengatakan kepada koran the New York Times bahwa misi itu dilakukan oleh dua lusin pasukan khusus, yang turun di Suriah pada awal Juli dan disambut dengan tembakan.
"Sementara di lokasi, terlihat jelas para sandera tidak ada di sana," ujar salah satu pejabat.
Sumber tidak mengatakan di mana serangan itu dilancarkan, tapi jika memang terjadi di daerah padat penduduknya maka kemungkinan sudah ada beritanya. Mereka juga tidak akan mengomentari berapa banyak sandera yang diyakini ditahan di lokasi, atau nama-nama mereka.
Selama pertarungan, para pejuang ISIS menderita cukup banyak korban, sementara hanya satu tentara Amerika yang terluka. Tim Amerika kemudian bisa mundur kembali ke helikopter dan pergi.
Pemerintah AS merahasiakan serangan itu hingga sekarang buat menjaga peluang di masa depan untuk misi lainnya.
Rincian misi ini terungkap setelah Presiden Obama berbicara tentang eksekusi James Foley dan berjanji melancarkan serangan baru terhadap ISIS. Namun, dalam pemandangan kontras dengan suasana muram dari pidatonya, Obama kemudian kembali ke liburannya dan bermain golf di mana dia digambarkan tertawa dan tersenyum dengan teman-temannya.
Sebelumnya pada hari itu pemerintahan Obama mengungkapkan bahwa mereka tahu tentang sebuah surat elektronik yang dikirim ke keluarga Foley pekan lalu, memperingatkan "bahwa ISIS akan mengeksekusi Jim".
Tepat setelah menerima surat elektronik itu, keluarga Foley membuat Gedung Putih menyadari. Ini menurut Philip Balboni, salah satu pendiri Global Post, tempat di mana Foley bekerja, yakni sebuah situs berita berbasis di Boston yang menerbitkan foto-foto jurnalis berumur 40 tahun itu.
Balboni mengatakan kepada wartawan bahwa surat eletronik dari para penculik itu menggambarkan "penuh kemarahan terhadap Amerika Serikat atas pemboman yang ditargetkan terhadap ISIS".
"(Kami) menjelaskan kepada mereka (ISIS) bahwa Jim adalah seorang wartawan tidak bersalah, tidak melakukan tindakan membahayakan terhadap rakyat Suriah," kata dia. "Sayangnya mereka (ISIS) tidak menunjukkan belas kasihan kepada Jim."
Dia juga mengatakan dirinya yakin pemerintah federal tahu tempat di mana Foley diculik, yakni di Suriah. Dia menjelaskan pemerintah telah melakukan upaya untuk menyelamatkan Foley, tapi dia tidak tahu detailnya, karena operasi itu dirahasiakan.
Stasiun televisi WCVB-TV melaporkan bahwa pemerintah tidak terlibat dalam negosiasi pembebasan Foley, meninggalkan Global Post dan penyelidik bersenjata yang disewa untuk membuat kontak sendiri.
Dilaporkan juga bahwa Foley sebelumnya dipukuli secara 'brutal' oleh para penculiknya, untuk merencanakan melarikan diri. Ini kata mantan wartawan lepas dari Prancis kepada ABC News.
Nicolas Henin disandera di Suriah selama 10 bulan dan dilepaskan pada April lalu. Dia menghabiskan selama tujuh bulan ditempatkan bersama Foley, dan di beberapa titik selama waktu itu dia disiksa sebab merencanakan melarikan diri.
Henin dan sandera dari warga Eropa lainnya dilepaskan awal tahun ini, meninggalkan tiga warga Amerika (termasuk Foley) dan tiga warga Inggris di belakang karena negara tidak melakukan negosiasi dengan teroris.
Kebijakan itu mungkin juga memberikan kontribusi terhadap pengeksekusian Foley di mana Times mengungkapkan bahwa ISIS sebelumnya menuntut uang tebusan 100 juta dolar Amerika (setara Rp 1,1 triliun) untuk pembebasan wartawan foto itu. Mereka juga meminta pembebasan ilmuwan ahli syaraf MIT Aafia Siddiqui, yang saat ini dipenjara di Texas.
Seorang wakil dari keluarga dan seorang pria yang ditahan bersama Foley mengkonfirmasi jumlah itu, tetapi tidak ada tawar-menawar yang dilakukan karena Amerika dan Inggris menolak untuk mendanai organisasi jihad dengan membayar uang tebusan.