Salah Paham yang Terus Melekat Hingga Sekarang, Ini Alasan Masyarakat Pribumi Amerika Disebut Sebagai Indian
Masyarakat adat Amerika disebut sebagai Indian karena kesalahan identifikasi di masa lalu dan masih disebut Indian hingga sekarang.
Istilah "Indian" yang digunakan untuk menyebut masyarakat pribumi Amerika ternyata bermula dari sebuah kesalahan sejarah yang terjadi pada abad ke-15. Sebutan ini muncul akibat ketidakpahaman para penjelajah Eropa tentang geografi dunia dan terus bertahan selama berabad-abad, meskipun terbukti tidak akurat.
Di balik istilah yang salah kaprah ini, terdapat sejarah panjang kolonialisme, penghapusan identitas budaya, dan stereotip yang melekat pada masyarakat pribumi. Artikel ini mengupas bagaimana istilah "Indian" muncul, alasan di balik kesalahannya, serta upaya untuk mengenali suku-suku pribumi Amerika dengan lebih tepat.
Awal Mula Istilah "Indian"
Istilah "Indian" pertama kali muncul pada tahun 1492 ketika Christopher Columbus, seorang penjelajah asal Genoa, Italia, yang bekerja untuk mahkota Spanyol, melakukan ekspedisi mencari rute laut menuju Asia, khususnya India. Pada masa itu, India dikenal sebagai sumber rempah-rempah yang sangat berharga, seperti lada, kayu manis, dan cengkih.
Namun, Columbus salah menghitung jarak dan akhirnya mendarat di Kepulauan Bahama, wilayah yang saat itu belum dikenal oleh bangsa Eropa. Karena yakin bahwa ia telah mencapai India, Columbus menyebut penduduk asli yang ditemuinya sebagai “Indios” (orang-orang India).
Meskipun kemudian diketahui bahwa Columbus sebenarnya telah menemukan benua baru yang kini dikenal sebagai Amerika, istilah tersebut tetap digunakan oleh bangsa Eropa untuk menyebut penduduk asli benua tersebut. Hal ini menunjukkan bagaimana penjelajah Eropa saat itu lebih terfokus pada pengaruh dan kontrol mereka dibandingkan menghormati identitas lokal masyarakat pribumi.
Salah Kaprah yang Bertahan Selama Berabad-abad
Kesalahan ini kemudian diperparah oleh dominasi kolonialisme Eropa. Istilah "Indian" menjadi bagian dari narasi sejarah yang ditulis oleh penjajah, sementara identitas asli masyarakat pribumi Amerika terpinggirkan.
Sebagai contoh, Amerika Utara sendiri merupakan rumah bagi lebih dari 500 suku asli yang berbeda, masing-masing dengan budaya, bahasa, dan tradisi unik. Beberapa nama suku yang terkenal di wilayah ini adalah:
Navajo (Diné): Suku terbesar di Amerika Serikat, yang terkenal dengan tradisi tenun kain dan kehidupan mereka di kawasan Southwest.
Cherokee (Aniyvwiyaʔi): Suku yang memiliki sejarah panjang tentang migrasi paksa yang dikenal sebagai “Trail of Tears” pada abad ke-19.
Sioux (Dakota, Lakota, Nakota): Terkenal sebagai pejuang yang mempertahankan wilayah mereka melawan ekspansi kolonial.
Di kawasan Amerika Tengah dan Selatan, terdapat peradaban besar seperti:
Maya: Peradaban kuno yang dikenal dengan kalendernya yang presisi dan piramida batu besar.
Aztec (Mexica): Bangsa yang membangun kota besar Tenochtitlan, yang kini menjadi Kota Meksiko.
Inca: Kekaisaran terbesar di Amerika Selatan, yang dikenal dengan jalanan batu dan teras pertanian di Pegunungan Andes.
Mengapa Kesalahan Ini Tetap Bertahan?
Ada beberapa alasan mengapa istilah "Indian" terus digunakan hingga sekarang:
Narasi Kolonial: Penjajah Eropa memiliki kendali penuh atas penulisan sejarah, sehingga istilah ini menjadi bagian dari dokumen resmi dan catatan sejarah.
Kurangnya Pendidikan tentang Budaya Pribumi: Pendidikan formal di banyak negara kurang menyoroti keragaman budaya masyarakat pribumi, sehingga stereotip menjadi lebih dominan.
Pengaruh Media: Film-film Hollywood, seperti genre "koboi vs. Indian," turut memperkuat citra keliru ini dengan menggambarkan masyarakat pribumi Amerika secara homogen dan seringkali tidak akurat.
Upaya Mengembalikan Identitas Asli
Pada abad ke-20 dan ke-21, muncul gerakan dari masyarakat pribumi Amerika untuk merebut kembali identitas mereka. Istilah seperti “Native American,” “Indigenous Peoples,” atau langsung menyebut nama suku masing-masing mulai digunakan secara luas, terutama di Amerika Utara.
Upaya ini mencerminkan keinginan untuk menghormati keragaman budaya mereka dan mematahkan stereotip yang telah lama melekat. Mengenali masyarakat pribumi ini bukan sebagai “Indian” tetapi sebagai Navajo, Cherokee, Sioux, atau nama suku lainnya adalah bentuk penghormatan terhadap keragaman mereka.
Banyak dari masyarakat ini juga telah berjuang keras melestarikan bahasa dan budaya mereka yang sempat terancam punah akibat kebijakan asimilasi kolonial. Hari ini, upaya untuk menghidupkan kembali bahasa asli, seperti bahasa Navajo atau Cherokee, menjadi bukti ketahanan budaya mereka.