Mengungkap Suku Karo yang Berasal dari India Selatan, Begini Asal-usulnya
Dalam catatan Roberto Bangun, dikatakan bahwa orang-orang awal Karo berasal dari keturunan India.
Dalam catatan Roberto Bangun, dikatakan bahwa orang-orang awal Karo berasal dari keturunan India.
Mengungkap Suku Karo yang Berasal dari India Selatan, Begini Asal-usulnya
Selama ini, suku Karo selalu identik dengan tanah Batak. Warganya pun memiliki marga, serupa dengan masyarakat di Sumatra Utara seperti Karo-Karo, Peranginangin, Sembiring, Tarigan hingga Ginting.
Warga Karo juga selalu menggunakan logat khas utara pulau Sumatera yang kental saat berinteraksi di tatanan sosial. Namun siapa sangka bahwa nenek moyang warga Karo rupanya berasal dari tanah India bagian selatan.
-
Siapa yang mempengaruhi orang Batak dalam perantauan? Dari ketiga filosofi itu, banyak dari orangtua yang mendorong anaknya dalam dunia pendidikan karena akan sulit mencapai cita-cita apabila pendidikannya biasa saja. Pada akhirnya, orang-orang Batak akan berusaha sekuat tenaga untuk memenuhi pendidikan anaknya.
-
Dimana Aksara Batak pertama berkembang? Awalnya Aksara Batak berkembang di daerah Angkola hingga Mandailing yang tidak jauh dari perbatasan Sumatera Barat.
-
Apa arti Rebu dalam budaya Tanah Karo? Melansir dari buku 'Makna Pemakaian Rebu Dalam Kehidupan Kekerabatan Orang Batak Karo', Rebu diartikan 'Pantang', 'Tidak Pantas', 'Dilarang', 'Tidak Dapat'. Secara menyeluruh, pemaknaan Rebu sendiri mengandung larangan kepada seseorang untuk melakukan sesuatu.
-
Bagaimana Aksara Batak menyebar? Kemudian, aksara ini menyebar hingga ke bagian utara hingga membentuk aksara purba Toba-Timur-Simalungun.
-
Mengapa Aksara Batak disebut mirip Aksara India? Melansir dari beberapa sumber, Aksara Batak ini masih termasuk dalam keluarga tulisan India.
-
Kenapa orang Batak melakukan Martarombo? Selain mengetahui garis keturunan, juga bertujuan untuk menentukan kelas kekerabatan mereka dengan sesama suku.
Hal ini berdasarkan beberapa pitutur leluhur dan catatan lawas yang disampaikan secara turun-temurun. Bahkan dari segi kepercayaan, sama sekali berbeda dengan leluhur tanah Batak yang saat itu menganut Parmalim.
Seperti apa asal-usul leluhur masyarakat Karo yang konon berasal dari India bagian selatan? Berikut informasinya.
Bukan Berasal dari Keturunan Si Raja Batak
Mengutip jurnal dari UINSU yang mengangkat seputar leluhur masyarakat Karo, dikatakan bahwa sang leluhur bukanlah keturunan dari Si Raja Batak yang selama ini dikenal. (foto: Wikipedia)
Si Raja Batak sendiri merupakan orang paling awal yang mewariskan marga serta kebudayaan khas Batak yang masih dikenal sampai sekarang.
Ini semakin dikuatkan lewat catatan seorang peneliti Belanda bernama J.C. Vergouwen di dalam karya tulisnya berjudul “Masyarakat dan Hukum Adat Batak Toba” yang menyebut bahwa seluruh warga Batak adalah keturunan Si Raja Batak, sedangkan orang-orang Karo enggan menyertakan kata “Batak” dalam setiap penyebutannya.
Si Raja Batak sendiri diperkirakan hidup sekitar tahun 1200-an masehi, dan membuat permukiman di sekitar Danau Toba bernama Sianjur Mulamula.
Berasal dari India Selatan
Dalam catatan Roberto Bangun, dikatakan bahwa orang-orang awal Karo berasal dari keturunan India.
Foto: Kemdikbud
Ini berangkat dari cerita rakyat yang dipercaya turun-temurun, ketika terjadi migrasi besar-besaran.
Ketika itu, tanpa disebutkan tahunnya, terjadi perpindahan rombongan Maharaja dari India Selatan menuju negeri seberang. Perpindahan ini sebagai upaya untuk mencari penghidupan yang lebih layak dengan kondisi alam yang subur.
“Seorang maharaja berangkat dengan rombongan yang terdiri dari anak, istri (dayangdayang), pengawal, prajurit beserta harta dan hewan peliharaannya. Ia bermaksud mencari tempat yang subur dan mendirikan kerajaan baru,” tulis catatan di jurnal tersebut.
Terdampar di Pulau Asing yang Masuk Wilayah Sumatra Utara
Selama melakukan perjalanan, terjadi cuaca buruk hingga angin yang cukup besar. Akibatnya, rombongan tersebut terhempas dan terpisah dari rombongan utama berisi Maharaja serta punggawa kerajaan.
Di rombongan yang terhempas ini terdapat seorang prajurit bernama Karo dan seorang putri dari Maharaja bernama Miansari. Karena mereka berada di satu tempat, lalu timbulah rasa jatuh cinta hingga mereka memutuskan menikah setelah beberapa waktu menetap di pulau tersebut.
Dari catatan sejarah, disebutkan pulau tempat Karo dan Miansari hidup bernama “Perbulawanen” yang memiliki arti perjuangan dan sekarang dikenal sebagai Medan Belawan
Kemudian, keduanya beserta rombongan kembali menjelajah di Sungai Deli dan Babura hingga mendapati daerah yang lebih cocok di wilayah Gua Umang, Sembahe.
Kemungkinan, Gua Umang inilah yang menjadi cikal bakal Dataran Tinggi Karo yang dihuni oleh masyarakat keturunannya.
Agama Pamena Jadi Bukti
Sementara itu, dalam buku Mengenal Orang Karo karya Roberto Bangun pada 1989 lalu menyinggung bahwa leluhur masyarakat Karo memiliki kepercayaan tersendiri bernama Agama Pemena.
Pemena sendiri memiliki arti paling awal atau awal kehidupan bagi masyarakat adat Karo. Agama ini memang menjadi kepercayaan pertama masyarakat, sebelum mengenal agama-agama setelahnya.
Jika diteliti, Pemena memiliki persamaan dengan Agama Hindu yang dikenal dan dianut oleh masyarakat India sejak dahulu. Secara kepercayaan, tradisi hingga tatacara ibadahnya pun serupa dengan yang dilakukan oleh masyarakat India.
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
Selain itu, pakaian dari guru atau pemuka agama Pemena serupa dengan pendeta dari agama Hindu di India. Ini juga terkait adanya upacara pembakaran mayat yang tercatat di dalam sejarah berlangsung pada 1930-an.
“Bahwa orang India (Tamil) sebagai pedagang-pedagang masuk dari pantai Barat, Barus dan terus ke Dairi dan masuk ke Karo,” tulis narasi dalam buku Batak Fruit of Hindu Thought.
Namun demikian, perlu adanya penelitian lebih lanjut agar penetapan sejarah serta asal-usul masyarakat Karo sebagai keturunan bangsa India bisa terbukti secara ilmiah dan historikal.