Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan
Sebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
Sebuah masyarakat yang hidup cukup terisolir di pedalaman Provinsi Riau ini sangat dekat dengan alam (hutan) dan menerapkan sistem peladangan.
Mengenal Orang Talak Mamak, Penghuni Asli Pedalaman Riau yang Bersahabat dengan Hutan
Indonesia kaya akan keberagaman suku yang tersebar di penjuru daerah dari Sabang sampai Merauke. Tiap suku tentu memiliki ciri khas, gaya hidup, dan kebudayaannya masing-masing yang unik.
Di Provinsi Riau terdapat satu suku yang hidup di pedalaman dan sangat dekat dengan hutan yaitu Suku Talang Mamak atau Orang Talak Mamak.
Suku ini adalah salah satu dari 6 suku yang menghuni pedalaman Riau. (Foto: Liputan6.com)
-
Bagaimana Suku Mentawai memanfaatkan hutan? Mereka hanya memanfaatkan hutan seperlunya dan masih diolah dengan cara tradisional. Suku Mentawai juga kebanyakan mengikuti proses perkembangan hutan secara wajar lalu memanfaatkannya melalui tahap rumpang, perkembangan, dan dewasa.
-
Bagaimana cara Suku Mante beradaptasi di hutan? Selain itu, ada asal-usul lain yang menggambarkan Suku Mante adalah etnis yang disebutkan dalam legenda rakyat.
-
Dimana Suku Kalang tinggal? Hutan jati di Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk, dulu diduga menjadi tempat tinggal orang Kalang.
-
Apa itu Kampung Talas? Kampung Talas ini adalah kampung disiplin dalam berlalu lintas sebagai percontohan, jadi dari simbol-simbol ini anak-anak jadi tahu, dan edukasinya bisa masuk ke masyarakat itu sendiri,“ kata Dwi lagi.
-
Di mana Suku Orang Laut tinggal? Suku ini telah mendiami wilayah perairan Sumatra Timur tepatnya di Kepulauan Riau.
-
Siapa saja penduduk Pulau Masakambing? Mengutip Instagram @jantungnusantara, penduduk pulau ini merupakan suku Bugis dan suku Madura.
Melansir dari beberapa sumber, Suku Talang Mamak ini menghuni di empat kecamatan di Kabupaten, mulai dari Batang Gangsal, Cenaku, Kelayang, dan juga Rengat Barat.
Simak informasi tentang Suku Talak Mamak yang berada di pedalaman Riau dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Asal-usul Orang Talak Mamak
Suku ini masih berkaitan dengan Datuak Parpatiah Nan Sabatang atau seorang tokoh penting yang konon cukup berpengaruh dalam pembentukan adat istiadat di Tanah Minangkabau.
Namun, ada beberapa versi terkait asal-usul suku ini. Mulai dari keturunan Patih dari anak Datuk Patih yang bernama Patih Bunga. Ia merupakan leluhur Talang Mamak yaitu Talang Parit.
Melansir dari situs dinsos.riau.go.id, Patih nan Sabatang memiliki tiga orang anak, yaitu Tuah Besi, Tuah Kelopak, dan Tuah Bunga.
Ketiganya pun bertugas untuk membuka kampung atau Talang sekaligus menjadi patih dimasing-masing Talang.
Tuah Besi menjadi Patih di Talang Parit melanjutkan kekuasaan ayahnya, Tuah Kelopak mendirikan Talang Perigi, Tuah Bunga mendirikan Talang Durian Cacar. (Foto: dinsos.riau.go.id)
Keyakinan Langkah Lama dan Langkah Baru
Dikutip dari berbagai sumber, dalam keyakinan yang dianut oleh Suku Talang Mamak ini ada dua, yaitu Langkah lama dan Langkah Baru.
Untuk Langkah Lama sendiri masih berkaitan dengan animisme karena kepercayaan dengan roh leluhur yang disebut ninik-datuk.
Sementara itu, untuk Langkah Baru sendiri sudah tidak menganut animisme. Artinya beberapa orang dari Suku Talang Mamak ini sudah memeluk suatu agama, salah satunya Islam.
Namun, seiring berjalannya waktu masyarakat Talang Mamak ini sudah cenderung mengarah ke Langkah Baru dan mulai meninggalkan kepercayaan animismenya.
Islam Langkah Lama
Orang Talang Mamak yang memeluk agama Islam percaya pada keberadaan Tuhan dan Nabi Muhammad. Mereka biasa disebut dengan Islam Langkah Lama.
Meski sudah memeluk agama Islam namun mereka masih mempertahankan tradisi leluhur.
Mitos dan cerita turun temurun menjadi pedoman hidup mereka, mempengaruhi pengetahuan, nilai, dan norma. Aturan adat mengatur berbagai aspek kehidupan, dari pernikahan, menanam padi, hingga upacara kematian.
Mereka juga masih menjalankan tradisi menyembah raja di Rengat pada bulan haji dan hari raya, yang diyakini jika dilanggar akan membawa kutukan.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah orang mulai meninggalkan kebiasaan adat yang tidak relevan dengan ajaran-ajaran agama Islam.
Kebanyakan dari masyarakat yang memeluk agama Islam cenderung menyamakan diri dengan umat-umat Muslim lainnya, khususnya seperti orang Melayu.
Mereka sebagian besar masih mengikuti langkah lama, sementara langkah baru adalah orang yang berinteraksi dengan orang luar dan memiliki anak dengan pendidikan yang tinggi.
Dekat dengan Hutan
Melansir dari berbagai sumber, kehidupan sehari-hari Orang Talak Mamak ini sangat dekat dengan alam dan hutan. Tak heran jika mereka hidup sangat tergantung dengan hasil alam.
Dulunya mereka masih menganut sistem berburu dan meramu, bahkan mereka mengelola sumber daya alam untuk dikonsumsi secara keluarga maupun secara berkelompok atau bersama-sama.
Rumahnya Mulai Hilang
Kehidupan mereka yang sangat dekat hutan tentu saja berisiko memiliki musuh terbesar yaitu orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Kini rumah mereka mulau "tergusur" dengan adanya aktivitas penebangan liar.
Perusahaan-perusahaan logging yang menggunduli hutan, lalu adanya perkebunan sawit menjadi mimpi buruk dan ancaman nyata bagi masyarakat Suku Talak Mamak.
Mereka yang hidup di sepanjang Sungai Batang Gansal ini juga harus menghadapi persoalan dengan pengelola Taman Nasional Tiga Puluh. Kebetulan daerah yang ditetapkan menjadi Taman Nasional itu termasuk tanah dari Suku Talak Mamak.