Mengenal Tarei Asyeik, Ritual Adat Memanggil Roh Leluhur Khas Masyarakat Gunung Kerinci
Tarei Asyeik sebuah upacara adat khas masyarakat Gunung Kerinci Jambi untuk memanggil roh-roh leluhur mereka.
Tarei Asyeik sebuah upacara adat khas masyarakat Gunung Kerinci Jambi untuk memanggil roh-roh leluhur mereka.
Mengenal Tarei Asyeik, Ritual Adat Memanggil Roh Leluhur Khas Masyarakat Gunung Kerinci
Upacara adat sudah menjadi sebuah bentuk ritual di Indonesia. Tak sedikit ritual tersebut masih terikat dengan para leluhur dan masih menganut kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Salah satu ritual yang masih kental dengan unsur magis dan sakral yaitu Tarei Asyeik yang berkembang di lapisan masyarakat Gunung Kerinci, Provinsi Jambi. Secara umum, tujuan dari ritual Tarei Asyeik ini masih cukup beragam, mulai dari penolak bala, penyembuhan, hingga ucapan rasa syukur atas hasil panen.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
-
Apa yang dilakukan dalam ritual? Di tengah musim kemarau berkepanjangan di Thailand, warga di tiga desa di Provinsi Nakhon Sawan berkumpul untuk menghidupkan kembali ritual tradisional mengarak kucing untuk mendatangkan hujan ke desa-desa yang kekeringan.
-
Kenapa Tradisi Asrah Batin diadakan? asrah batin merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengenang pertemuan dua saudara yang telah lama berpisah.
-
Kenapa ritual Ngeuyeuk Seureuh dilakukan? Tujuan ritual ini untuk memberikan nasihat kepada calon pengantin mengenai pandangan hidup dalam berumah tangga agar hidup berdasarkan agama dan etika.
-
Mengapa tradisi Peutron Aneuk penting bagi masyarakat Aceh? Wujud pelaksanaan Peutron Aneuk ini tak hanya sekedar tradisi turun-temurun saja. Tetapi, tradisi ini memiliki makna dan arti yang begitu mendalam khususnya bagi tumbuh kembang anak di masa depan.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
Sampai saat ini, Tarei Asyeik sudah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada tahun 2016 silam.
Simak ulasan ritual adat khas masyarakat Kerinci yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Asal-Usul
Kata "Asyeik" diambil dari bahasa Kerinci yaitu Aseak, Asyek, atau Aseik yang berarti khusyuk atau penuh keyakinan. Maksudnya karena upacara ini dilakukan untuk memohon bantuan melalui kekuatan sakti dengan penuh keyakinan.
Tak hanya meminta agar keinginannya terpenuhi, ritual Tarei Asyeik ini juga dipercaya dapat memberikan ketenangan bagi orang-orang yang baru saja tertimpa musibah.
Durasi Ritual Berhari-hari
Melansir dari beberapa sumber, upacara Tarei Asyeik sudah berlangsung sejak zaman Pra-sejarah dan masyarakat Kerinci masih menganut sistem kepercayaan Animisme dan Dinamisme.
Dalam pelaksanaannya, upacara ini memiliki durasi yang cukup panjang dan banyak yang harus dipersiapkan. Bahkan, ritual ini bisa berlangsung berhari-hari dan satu minggu lamanya.
Selain itu, upacara ini juga menampilkan tari-tarian yang diiringi dengan syair-syair mantra dan instrumen tradisional yang membuat salah satu penarinya kemasukan arwah roh halus.
Saat ini, ritual ini sudah ditinggalkan sejak agama Islam masuk ke Provinsi Jambi. Banyak spekulasi tentang ritual yang bertolak belakang dengan ajaran-ajaran Islam.
Proses Pelaksanaan
Pada pelaksanaannya, ritual Asyeik dipimpin oleh seorang imam bernama Imam nan Barempak baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Mereka-mereka ini dipercaya telah ditunjuk oleh nenek moyang untuk membimbing masyarakatnya.
Selanjutnya, upacara akan dilanjutkan dengan tarian dengan diiringi ritual-ritual tertentu. Para penari ini biasa disebut Balian atai Bilan. Untuk jumlahnya sendiri tak terbatas baik itu laki-laki atau perempuan.
Ritual ini terkadang juga dilaksanakan ketika ada orang atau kelompok yang sedang membutuhkan. Biasanya mereka akan mendatangi imam untuk memimpin ritual.
Kemudian, sang imam akan menjadi perantara untuk menyampaikan pesan, apabila kerasukan, itu tandanya sudah dihadiri oleh leluhur mereka.