Dipercaya Memiliki Kekuatan Spiritual, Ini Fakta Menarik Sikerei dari Suku Mentawai
Salah satu struktur kemasyarakatan dalam Adat Suku Mentawai ini berperan penting dan cukup dikenal dengan keahliannya sebagai seorang tabib atau dukun.
Salah satu struktur kemasyarakatan dalam Adat Suku Mentawai ini berperan penting dan cukup dikenal dengan keahliannya sebagai seorang tabib atau dukun.
Dipercaya Memiliki Kekuatan Spiritual, Ini Fakta Menarik Sikerei dari Suku Mentawai
Negara Indonesia terkenal dengan keanekaragaman suku yang tentunya memiliki adat-istiadat dan tradisi yang bermacam-macam.
Setiap struktur masyarakat tentunya memiliki peranan penting sekaligus menjadi tokoh yang cukup terpandang.
Begitu pula dengan halnya di dalam struktur masyarakat Suku Mentawai.
Terdapat seorang dukun yang dianggap memiliki kekuatan spiritual dan dipercaya mampi berinteraksi dengan roh-roh tak kasat mata. (Foto: Wikipedia)
-
Kenapa suku Mentawai percaya pada roh? Mereka mempercayai jika hutan, tumbuhan, dan binatang memiliki roh dan jiwa. Apabila roh dan jiwa itu tidak dirawat dengan baik, maka akan memicu kesialan dan wabah penyakit.
-
Apa keunikan penduduk Desa Sikunang? Salah satu keunikan masyarakat Dataran Tinggi Dieng adalah anak berambut gimbal yang dianggap sebagai titisan Kyai Kolo Dete dan Nini Roro Ronce.
-
Dimana Suku Mentawai menyimpan Silogui? Senjata ini disimpan dalam sebuah wadah bernama bukbuk yang terbuat dari bambu dan dilapisi pelepah sagu agar tidak pecah.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
-
Kenapa Toek penting bagi suku Mentawai? Bagi masyarakat Suku Mentawai, Toek sudah menjadi kudapan sehari-hari dan menjadi sebuah simbol dari kekompakan antar penduduk.
Masyarakat Suku Mentawai biasa menyebutnya dengan nama Sikerei. Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Mentawai.
Tidak adanya mereka, mungkin akan banyak anggota keluarga yang jatuh sakit tanpa ada penanganan.
Seperti apa kehidupan Sikerei dan seberapa besar pengaruhnya bagi kelangsungan hidup masyarakat Suku Mentawai?
Simak rangkuman informasi selengkapnya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Tidak Sembarang Orang
Keahlian menjadi seorang Sikerei ini tidak bisa diperoleh dengan mudah, artinya hanya orang-orang yang memiliki kemampuan lebih.
Untuk menjadi seorang Sikerei perlu adanya beberapa tahapan serta harus melalui proses ujian yang panjang.
Tak hanya itu, seorang Sikerei juga memerlukan proses belajar yang lama karena harus memahami berbagai jenis ramuan obat-obatan, ritual atau upacara adat, nyanyian, dan juga tarian bernama Turuk Sikerei.
Untuk mendapatkan seluruh ilmu tersebut, biasanya calon Sikerei akan belajar langsung dari para Sikerei senior yang berperan sebagai guru dan pembimbing yang kemudian disebut sebagai Sipaumat. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Asal-usul Sikerei
Mengutip dari berbagai sumber, asal-usul adanya Sikerei ini bermula dari cerita rakyat berjudul Si Malinggai.
Dalam cerita tersebut, ada seorang anak laki-laki yatim piatu bernama Si Malinggai. Pada suatu hari, ia dikubur hidup-hiudp oleh pengasuhnya, Si Malinggai pun terus menangis siang dan malam.
Dahulu, metode mengubur bukanlah dalam tanah, melainkan diletakkan di atas pohon besar. Di dalam kubur, Si Malinggai banyak belajar dana dilindungi oleh Kerei Sipageta Sabbau. Maka dari itu, iaa masih bisa bertahan hidup.
Kemudian orang tersebut membawa pulang Si Malinggai lalu ia mendapatkan ritual mandi pembersihan diri dan jiwa (Magri) agar roh jahat bisa pergi dari jiwa dan raganya.
Beranjak dewasa, Si Malinggai ini merasa ada keanehan dalam dirinya. ia tiba-tiba bisa bernyanyi. Lalu ia menyiapkan segala hal untuk menjadi seorang Sikerei.
Pengangkatan Sikerei
Ada beberapa faktor jika seseorang bisa diangkat menjadi seorang Sikerei. Pertama, diwahyukan melalui suatu penyakit dan mimpi.
Orang Mentawai percaya jika seseorang dipilih oleh leluhur melalui sebuah tanda.
Upacara untuk pengangkatan menjadi Sikerei ini disebut juga dengan Tadek.
Seluruh rangkaian upacara Tadek disiapkan oleh keluarga calon Sikerei. Ada banyak persyaratan yang harus dipenuhi termasuk biaya upacara.
Ada Pakaian Khusus
Sikerei akan mengenakan pakaian khusus yang menjadi ciri dan simbol saat terlibat dalam upacara-upacara adat, di antaranya:
Sorot, sebuah ikat kepala yang terbuat dari rotan dan manik-manik. Ikat ini melambangkan bahwa dirinya adalah orang dipercaya oleh makhluk spiritual.
Lekkau, aksesoris berupa gelang untuk lengan bagian atas yang terbuat dari rotan. Gelang ini menggambarkan bahwa dirinya adalah seorang "Sipengobat" segala sakit atau penyakit.
Tudda, kalung yang terbuat dari untaian manik-manik. Kalung ini disimbolkan sebagai anggota masyarakat biasa juga, artinya kelas sosialnya sama rata.
Tonngoro, sebuah cawat yang terbuat dari kulit kayu yang berwarna merah. Cawat ini sangat erat kaitannya dengna kehidupan sehari-hari mereka.
Abak Ngalau, berupa kaling yang menggantung seperti gelang namun digunakan pada bagian leher. Simbol dari aksesoris ini adalah setiap perkataannya sangat bermanfaat bagi kehidupan sosial masyarakat.
Jara-Jara, hiasan rambut yang terbuat dari bulu burung. Hiasan ini menggambarkan anggota dari dunia supranatural yang dapat hidup di dua dunia.