Pria Ini Jadi Satu-satunya Penumpang Kulit Hitam di Kapal Titanic, Begini Kisahnya
Cerita tentang Joseph Laroche, penumpang dewasa kulit hitam yang tunggal di Titanic, umumnya hanya dibahas oleh sejarawan yang fokus pada peristiwa tersebut.
Joseph Laroche merupakan salah satu saksi yang selamat dari tragedi tenggelamnya kapal Titanic. Pada malam yang kelam, tepatnya tanggal 14 April 1912, kapal mewah Titanic mengalami kerusakan pada lambungnya akibat bertabrakan dengan gunung es. Segera setelah itu, para pelayan mulai menginstruksikan penumpang untuk segera menuju ke sekoci penyelamat.
Laroche, yang saat itu sedang bersantai di ruang merokok, segera bergegas menuju kamar untuk menemui istrinya, Juliette, dan kedua putrinya, Simonne dan Louise, yang terlihat bingung dan ketakutan.
-
Dimana Titanic tenggelam? Bangkai Titanic berada di dasar laut Atlantik Utara, sekitar 644 kilometer dari Newfoundland, Kanada.
-
Siapa yang rela bayar mahal untuk ekspedisi Titanic? Sebelum musibah terjadi, para penumpang termasuk salah satu Sultan Inggris, Hamis Harding rela membayar sebesar Rp3,8 miliar untuk ekspedisi ini.
-
Apa yang terjadi pada bagian haluan Titanic? Berdasarkan foto yang diambil oleh robot bawah air, sebagian besar pagar haluan Titanic kini telah terlepas dan berada di dasar laut, seperti dikutip dari Greek Reporter, Selasa (3/9).
-
Bagaimana Titanic tenggelam? Kapal ini tenggelam pada April 1912 setelah menabrak gunung es, menewaskan 1.500 orang.
-
Siapa yang menemukan kapal tersebut? Dilansir Arkeonews, kapal ini ditemukan pada Oktober 2023 oleh tim peneliti Institut Ilmu Laut Dalam dan Teknik Akademi Sains China.
-
Apa yang ditemukan di bangkai Titanic? Pada hari terakhir ekspedisi, tim menemukan dan memotret patung perunggu setinggi dua kaki dari Diana, dewi alam dan perburuan Romawi.
Seperti yang dikutip dari laman Mentalfloss pada Rabu (20/11/2024), mereka berbicara dalam bahasa Prancis dan tidak sepenuhnya menyadari situasi kritis yang sedang terjadi hingga Laroche menjelaskan keadaan kepada mereka. Dengan cepat, Laroche mengumpulkan barang-barang berharga keluarga dan memasukkannya ke dalam mantel, lalu menyampirkannya di bahu Juliette, menyadari bahwa istri dan anak-anaknya kemungkinan besar akan ditempatkan di sekoci.
Setelah memastikan istri dan anak-anaknya aman di sekoci, Laroche berjanji akan berkumpul kembali, meskipun Juliette dalam hatinya meragukan kemungkinan tersebut. Tak lama kemudian, RMS Titanic mulai terbelah dan tenggelam, menewaskan lebih dari 1.500 orang. Meskipun banyak kisah yang muncul dari bencana ini, cerita Laroche tidak banyak diketahui. Ia adalah satu-satunya pria kulit hitam yang terkonfirmasi berada di kapal terkenal tersebut, dan kisahnya sebagian besar terlupakan selama 80 tahun ke depan.
Menuju Kehidupan yang Lebih Baik
Joseph Laroche dilahirkan di Cap-Hatien, sebuah kota pelabuhan di Haiti, pada tanggal 26 Mei 1886. Negara Karibia ini sebelumnya menolak upaya Napoleon Bonaparte untuk menguasai dan mendapatkan kedaulatan, meskipun kemudian mengalami berbagai pergolakan politik dan ekonomi, termasuk pendudukan kontroversial oleh Amerika Serikat dari tahun 1915 hingga 1934. Keluarga Laroche termasuk di antara yang lebih beruntung di Haiti, dengan pamannya, Cincinnatus Leconte, menjabat sebagai presiden pada tahun 1911. Orangtua Laroche memiliki cukup dana untuk mengirimnya ke Beauvais, Prancis, pada tahun 1901 untuk menempuh pendidikan teknik. Selama di Prancis, Laroche bertemu dengan keluarga Lafargue, termasuk Juliette. Atas permintaan ayah Juliette, Laroche menyelesaikan pendidikannya sebelum menikahi Juliette pada tahun 1908. Mereka kemudian dikaruniai dua anak perempuan: Simonne pada tahun 1909 dan Louise pada tahun 1910. Meskipun memiliki pendidikan yang baik dan menguasai beberapa bahasa, termasuk Inggris, Prancis, dan Kreol, Laroche segera menghadapi kenyataan pahit. Rasisme yang meluas di Prancis membuatnya sulit untuk mendapatkan pekerjaan, dan keadaan semakin sulit ketika putrinya, Louise, lahir prematur, yang mengharuskannya untuk menanggung biaya perawatan medis yang tinggi.
Lahir di Haiti
Joseph Laroche adalah sosok yang menarik perhatian dalam sejarah, terutama karena perannya sebagai penumpang di kapal Titanic. Ia lahir pada tahun 1886 di Haiti dan merupakan keturunan campuran Prancis dan Haiti. Laroche memutuskan untuk meninggalkan tanah kelahirannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di Prancis. Dalam perjalanannya, ia menikah dengan seorang wanita Prancis bernama Marie, dan pasangan ini dikaruniai dua anak. Mereka berencana untuk kembali ke Haiti, tetapi tragedi Titanic mengubah segalanya. Joseph Laroche adalah satu-satunya penumpang kulit hitam di kapal tersebut, dan kisahnya sering diangkat sebagai contoh perjuangan dan keberanian di tengah diskriminasi rasial pada masa itu. Meskipun kapal tersebut tenggelam, Laroche berusaha menyelamatkan keluarganya, dan kisahnya tetap dikenang hingga kini sebagai simbol harapan dan ketahanan
Ada dua peristiwa penting yang akan menentukan masa depan Laroche. Pertama, presiden Haiti yang baru terpilih, Leconte, yang juga merupakan paman Laroche, memberikan jaminan kepadanya untuk bekerja di Haiti. Kedua, Juliette, istri Laroche, sedang hamil anak ketiga mereka. Keluarga tersebut memutuskan untuk berangkat ke Haiti sebelum kehamilan Juliette membuat perjalanan menjadi terlalu sulit atau berbahaya. Jika mereka menunggu sampai Juliette melahirkan, kemungkinan besar bayi mereka akan lahir di tengah perjalanan.
Pelayaran mereka dimulai dengan Titanic yang dijadwalkan berangkat dari Cherbourg, Prancis, pada malam tanggal 10 April 1912. Kapal tersebut direncanakan tiba di New York dalam waktu lima hari, setelah itu Laroche dan keluarganya akan melanjutkan perjalanan dengan kapal lain menuju Haiti. Saat para penumpang naik, sebuah band memainkan "La Marseillaise," yang merupakan lagu kebangsaan Prancis. Meskipun mereka memiliki tiket kelas dua, Titanic sangat lengkap sehingga keluarga Laroche merasa nyaman. Suite yang luas memberikan privasi dan ruang tidur yang cukup, serta beberapa tempat tidur susun dan sofa tarik; ruang makan terbuka untuk penumpang kelas satu dan dua.
Sulit untuk memastikan apakah keluarga Laroche mengalami perlakuan rasis yang mencolok selama perjalanan. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Laroche tidak mencatat interaksinya dengan penumpang lain selama perjalanan. Namun, diketahui bahwa beberapa awak kapal bersikap bermusuhan terhadap penumpang berkulit gelap, sehingga pemilik Titanic, White Star Line, merasa perlu untuk meminta maaf kepada publik. Pada saat kejadian, sekitar pukul 2:17 dini hari, Juliette melihat Titanic menghilang dari pandangan. Ia merasa yakin bahwa suaminya kemungkinan besar sudah meninggal, dan tidak ada jaminan keselamatan untuk dirinya sendiri.
Selama berjam-jam, para penyintas yang berada di sekoci penyelamat menunggu dengan harapan untuk diselamatkan dari cuaca dingin. Kaki Juliette semakin terasa dingin. Akhirnya, setelah enam jam menunggu, kapal Carpathia muncul dan mengevakuasi lebih dari 700 penumpang yang selamat dari tragedi tersebut.
Laroche berhasil ditemukan kembali
Tanpa kehadiran Laroche, Juliette dan anak-anaknya merasa kehilangan arti hidup. Setelah singgah di New York untuk mendapatkan perawatan medis, mereka pun kembali ke Prancis. Keluarga ini menghadapi kesulitan finansial, meskipun Juliette berusaha keras untuk merawat ketiga anaknya. Atas dorongan dari orang-orang di sekitarnya, ia memutuskan untuk menggugat White Star Line. Meskipun demikian, baru pada tahun 1918 perusahaan itu memberikan tawaran ganti rugi sebesar USD 22.119. Juliette memanfaatkan dana tersebut untuk memulai usaha di bidang pewarnaan kain. Seiring waktu, kenangan pahit tragedi yang menimpa keluarga mereka mulai memudar. Selama masa pendudukan Nazi Jerman di Prancis, Juliette memilih untuk tidak membahas ras ayah mereka demi kebaikan ketiga anaknya. Insiden tersebut terlalu menyakitkan baginya, dan ia meninggal dunia pada tahun 1980. Ia jarang mengungkit peristiwa itu. Kedua putrinya tidak pernah menikah atau memiliki keturunan, yang dianggap oleh beberapa orang sebagai bentuk perlindungan Juliette terhadap mereka.
Cerita ini memiliki batasan
Kisah Laroche sebagai satu-satunya penumpang dewasa berkulit hitam di Titanic umumnya hanya dikenal oleh sejarawan yang mempelajari tragedi tersebut. Peneliti Olivier Mendez melakukan wawancara dengan Louise untuk Titanic Historical Society, yang menghasilkan penemuan baru mengenai ayahnya. Pada bulan Juni 2000, majalah Ebony menerbitkan artikel tentang Laroche, yang mungkin menjadi profil pertama kalinya di publikasi nasional. Di tahun yang sama, cerita Laroche juga dipamerkan dalam sebuah pameran Titanic di Museum Sains dan Industri di Chicago. Melalui berbagai upaya ini, warisan Laroche tetap diingat. Secara sekilas, kisah ini tampak sebagai narasi seorang pria kulit hitam yang berharap terhindar dari diskriminasi saat menaiki Titanic. Namun, lebih dari itu, kisah Laroche adalah tentang seorang pria yang dengan tenang dan tanpa pamrih memandu keluarganya menuju keselamatan di tengah teror yang tak terbayangkan oleh siapa pun.