Mengenal Toek, Makanan Ekstrem Suku Mentawai yang Terbuat dari Ulat Kayu
Makanan ini sejenis ulat kayu yang berasal dari Kayu Tumung, Kayu Bak-Bak, dan Kayu Etet.
Makanan ini sejenis ulat kayu yang berasal dari Kayu Tumung, Kayu Bak-Bak, dan Kayu Etet.
Mengenal Toek, Makanan Ekstrem Suku Mentawai yang Terbuat dari Ulat Kayu
Kepulauan Mentawai terkenal dengan objek wisata alam dan budayanya yang begitu unik hingga mencuri perhatian para wisatawan lokal maupun mancanegara. Selain dari sektor pariwisata dan budaya, Mentawai ternyata juga memiliki beberapa kuliner ekstrem.
Salah satu makanan ekstrem di Kepulauan Mentawai yang patut untuk dicicipi yaitu Toek. Makanan ini sejenis ulat kayu yang berasal dari Kayu Tumung, Kayu Bak-Bak, dan Kayu Etet.
-
Apa makanan ekstrem di Indonesia yang berasal dari kelelawar? Paniki merupakan hidangan eksotik khas Manado yang terbuat dari kelelawar buah. Yup, dalam bahasa Minahasa, panaki adalah sebutan lain dari kelelawar. Biasanya, masyarakat Manado memasak panaki dengan cara direbus, dijadikan sup, atau ditumis dengan bumbu rempah.
-
Apa yang dilakukan Sikerei dalam masyarakat Mentawai? Mereka memiliki peran yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari orang Mentawai. Tidak adanya mereka, mungkin akan banyak anggota keluarga yang jatuh sakit tanpa ada penanganan.
-
Apa kebiasaan makan unik orang Indonesia? Mindset kalau makan harus pakai nasi ini juga malah mendorong kebiasaan makan unik lainnya. Apapun makanannya, yang penting ada nasinya!
-
Dimana Ayam Kukuak Balenggek berasal? Ayam ini merupakan ayam lokal yang berasal dari Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok.
-
Apa yang unik dari Ulu Kasok? Keunggulan dari Ulu Kasok ini adalah bentangan hutan hijau yang menjulang tinggi. Kemudian ada sungai-sungai yang jernih, serta udaranya segar dan sejuk. Tempat ini masih sangat asri dan terjaga ekosistem lingkungannya, sehingga menarik para wisatawan untuk datang.
-
Bagaimana ciri khas Sate Tukangan? Menariknya, sate di sini menggunakan daging ayam kampung dan diberi irisan bawang merah segar sehingga menambah rasa yang khas.
Bagi masyarakat Suku Mentawai, Toek sudah menjadi kudapan sehari-hari dan menjadi sebuah simbol dari kekompakan antar penduduk.
Proses pembuatan Toek juga memakan waktu cukup lama dan ada beberapa aturan yang harus dipatuhi.
Merendam Kayu
Sebelum bisa menyantap Toek, masyarakat Mentawai lebih dulu merendam kayu-kayu yang akan digunakan. Hal ini dikarenakan rendaman kayu tersebut akan menghasilkan Toek atau Ulat Kayu.
Melansir dari berbagai sumber, proses peremdaman kayu-kayu tersebut akan memakan waktu cukup lama yaitu kurang lebih selama 3 bulan. Untuk menghasilkan Toek tentunya masyarakat Mentawai menggunakan kayu pilihan agar prosesnya bisa lebih cepat dan memengaruhi hasilnya.
Kayu-kayu tadi dibagi ke beberapa bagian dengan ukuran yang sudah ditentukan, biasanya setengah meter. Lalu, masyarakat Mentawai akan merendam kayu tersebut disungai dan diikat dengan tali agar tidak hanyut.
Setelah 3 bulan, kayu yang direndam tersebut diangkat dan dibelah dengan kapak. Di dalam kayu tumung busuk inilah terdapat Toek.
Disantap Mentah-Mentah
Proses pembuatan Toek ini sangat bergantung pada kondisi air sungai saat akan direndam. Apabila sedang musim kemarau, Toek tidak akan berisi karena air yang cenderung sedikit. Namun, saat musim hujan pun kualitas Toek tidak begitu baik karena kualitas airnya tidak bersih.
Setelah direndam selama 3 bulan, kayu-kayu tadi dibelah menggunakan kapak. Barulah terlihat isi dalam kayunya yang sudah dirubung oleh ulat-ulat yang disebut Toek. Hal ini disebabkan adanya proses pembusukan dari dalam kayu tersebut.
Dari segi bentuk, Toek sendiri mirip seperti cacing tanah, warnanya cenderung putih pucat agak kemerahan. Masyarakat Mentawai akan menyantap Toek secara mentah-mentah. Cita rasanya pun gurih, dan bisa ditambahkan dengan perasan jeruk nipis, garam, dan irisan bawang merah mentah serta cabai rawit.
Pantangan Tertentu
Ketika proses pembuatan Toek, kaum perempuan suku Mentawai dilarang untuk membuat Toek dalam keadaan menstruasi. Kemudian, apabila selama pembuatan Toek dilarang melakukan keramas karena dianggap bisa mendatangkan turunnya hujan deras.
Meski makanan ini tergolong ekstrem bagi orang awam, namun masyarakat Mentawai sangat menyukai makanan ini. Bahkan, Toek menjadi simbol dari kebersamaan, kekompakan, dan juga keharmonisan sesama masyarakat.