Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Salah satu masyarakat asli Sumatra Timur yang kesehariannya hidup di perairan ini berperan dalam melestarikan kehidupan bahari.
Mengenal Suku Orang Laut, Penghuni Perairan Sumatra Timur yang Dulunya Dikenal Kawanan Perompak
Indonesia dikenal memiliki ratusan suku yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Tiap suku pastinya memiliki ciri khas dan identitas yang unik seperti halnya Suku Orang Laut atau Suku Sampan.
Suku ini telah mendiami wilayah perairan Sumatra Timur tepatnya di Kepulauan Riau. Sesuai dengan namanya, komunitas asli Indonesia ini seluruh aktivitasnya dilakukan di atas perahu dan dulunya hidup di tengah laut.
(Foto: jalurrempah.kemdikbud.go.id)
-
Apa itu Suku Piliang? Suku ini merupakan salah satu marga etnis Minangkabau yang masih berkerabat dengan Suku Koto yang membentuk Adat Katumanggungan.
-
Di mana Suku Darat tinggal di Pulau Rempang? Di Hulu Sungai Sadap yang menghubungkan dengan Laut Cate, Blongkeng di Pulau Rempang ini menjadi tempat tinggal tetap orang-orang Suku Darat.
-
Dimana Suku Piliang berada? Suku Piliang memiliki beberapa sub-suku yang cukup beragam dan tersebar di beberapa wilayah di Sumatra Barat, di antaranya:
-
Bagaimana Suku Darat di Pulau Rempang mencari nafkah? Mengutip dari kanal liputan6.com, Lamat kini hidup sebagai pemanen kelapa muda dan membersihkan kebun perusahaan yang ada di sekitar kampungnya. 'Memanen kelapa diupah 1 butir Rp1.000, untuk membersihkan kebun per pohon kelapa Rp.2000,' ucap Lamat.
-
Apa yang sedang terjadi dengan Suku Darat di Pulau Rempang? Orang Darat yang mendiami Pulau Rempang puluhan tahun kini kondisinya berada di ambang kepunahan. Mereka hidup dengan begitu sederhana dan sudah tak lagi menjalankan kebiasaan aslinya yaitu hidup berpindah-pindah karena populasi hutan sudah semakin berkurang.
-
Apa bukti bahwa orang Sunda zaman dulu bangsa akuatik? Sungai Citarum jadi bukti kalau orang Sunda zaman dulu merupakan bangsa akuatik.
Kehidupan mereka memang sangat berbeda dengan suku-suku lainnya yang mayoritas tinggal dan hidup di daratan. Namun, gaya hidup mereka sangatlah sederhana, mereka pun hidup dari lingkungan sekitar, yaitu mencari ikan dengan peralatan tradisional.
Penasaran dengan asal-usul dan identitas dari Suku Orang Laut di Kepulauan Riau ini? Simak ulasan informasinya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut.
Asal-usul
Mengutip situs disbud.kepriprov.go.id, salah satu peneliti berpendapat bahwa Suku Orang Laut ini asal-usulnya berasal dari keturunan raja-raja Melayu. Hal ini tertuang dalam naskah Sulalatus Salatin yang menyebut jika Raja Chulan turun ke laut dan menikah dengan Putri Laut.
Kemudian, ada juga yang menyebutkan jika suku ini berasal dari garam yang diberikan Raja Johor kepada seorang nenek sakti. Pernyataan ini sudah berkembang menjadi cerita rakyat di Kepulauan Riau.
Selain itu, Suku Orang Laut ini memiliki peran cukup besar saat kekuasaan Kerajaan Sriwijaya. Mereka cukup loyal kepada Sultan yang diperkirakan membantu mendirikan Kesultanan Melaka.
Dulunya Dikenal Perompak
Mengutip beberapa sumber, dulunya Suku Orang Laut berperan sebagai penjaga perairan kesultanan, pasukan perang, dan bertugas menyediakan kebutuhan laut bagi sultan.
Tugas mereka pun menjaga selat-selat, mengusir dan berhadapan langsung dengan para bajak laut hingga memandu para pedagang ke pelabuhan kerajaan di wilayah penjagaan. Tak heran jika dulunya suku ini dikenal sebagai perompak.
Kental Budaya Laut
Suku Orang Laut yang tinggal di sebuah sampan ditutupi dengan kajang ini sudah sejak kecil diajarkan budaya-budaya laut. Mereka memiliki pimpinan bernama Batin atau kepala suku yang biasanya terdiri dari 30 sampan dalam satu kelompok.
Mereka juga memelihara seekor anjing atau Koyok sebagai penjaga agar terhindar dari perompak. Selain itu, untuk mengetahui kondisi cuaca, Suku Orang Laut memelihara burung betet melalui kicauan dan perilakunya.
Lalu, suku ini juga pergi ke dataran hanya untuk mengambil air bersih dan menguburkan saudara-saudara mereka yang meninggal. Lebih dari itu, kehidupan laut sudah dikenalkan sejak lahir, bayi-bayi akan dimandikan menggunakan air laut dan diteteskan di bibirnya.
Kepercayaan Animisme
Secara umum, Suku Orang Laut belum ada yang memeluk agama impor seperti Islam, Katolik, Kristen, dan lainnya. Namun, beberapa dari mereka lambat laun sudah ada yang memeluk agama tersebut.
Meski sudah memeluk agama, mereka masih tidak bisa lepas dari kepercayaan Animisme. Selain percaya Tuhan, masyarakatnya juga masih percaya dengan keberadaan makhluk halus, tempat-tempat sakit dan ilmu gaib.
(Foto: disbud.kepriprov.go.id)
Sudah Mulai Terlupakan
Kehidupannya di laut tidak selamanya berjalan baik. Seiring berjalannya waktu, keadaan alam terus berubah dan kini kondisinya semakin buruk akibat adanya pemanasan global. Mereka terpaksa tinggal di daratan.
Maka dari itu, suku ini sangat sulit dijumpai di tengah laut. Kehidupan mereka direnggut begitu saja dan keberlangsungan suku ini semakin terancam. Tak hanya itu, kehidupan sehari-hari mereka mayoritasnya adalah melaut mencari ikan, kini sudah tak lagi dilakukan karena jumlahnya yang semakin menyusut.
Faktor lain yang memaksa mereka tinggal di daratan adalah masalah kesehatan, pendudukan, dan juga masa depan generasi mereka di masa depan. Tentu saja, kita perlu menjaga dan melestarikan salah satu suku yang unik di Indonesia ini.