Banyak Ditemukan Sampah Molusca, Ini Fakta Menarik Situs Bukit Kerang di Aceh Tamiang
Kerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Kerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang, karena masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Banyak Ditemukan Sampah Molusca, Ini Fakta Menarik Situs Bukit Kerang di Aceh Tamiang
Siklus kehidupan manusia purba di zaman dahulu, yaitu dengan cara berburu dan meramu. Mereka tinggal dengan cara berpindah-pindah atau nomaden, sehingga banyak sekali jejak-jejaknya yang sekarang bisa ditemukan bahkan dilihat secara langsung.
Situs Bukit Kerang yang berada di Desa Mesjid, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang ini adalah salah satu jejak peninggalan manusia purba yang hidup sekitar ribuan tahun silam.
(Foto: Google Maps)
-
Dimana lokasi penemuan permukiman kuno? Penggalian dilakukan sepanjang A66, jalan utama yang melintasi wilayah tersebut dari barat ke timur, menghubungkan wilayah North Yorkshire dan Cumbria.
-
Dimana fosil kecebong purba ditemukan? Fosil bagian tengkorak dan tulang belakang kecebong raksasa itu terawetkan dalam lempengan batu pasir di Argentina.
-
Dimana kotoran manusia berusia 4500 tahun ditemukan? Peneliti dari Universitas Cambridge dan University College London (UCL) menemukan feses atau kotoran manusia berusia 4.500 tahun di dekat Stonehenge.
-
Dimana lokasi penemuan artefak kuno? Saat menggali di permukiman prasejaran berusia 6200 tahun di Solnitsa, Provinsi Varna, Bulgaria, para arkeolog menemukan liang lahat khusus berisi benda-benda persembahan untuk ritual.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di situs pemukiman kuno? Para arkeolog menemukan sekitar seratus biji-bijian sereal yang bertunas di Archondiko, rumah seorang Archon atau penguasa di zaman kuno.
-
Dimana fosil kecebong ditemukan? Fosil ini ditemukan pada tahun 2020 saat penggalian sisa-sisa dinosaurus di sebuah peternakan di provinsi Santa Cruz, sekitar 2.300 kilometer (1.429 mil) di selatan Buenos Aires, di wilayah Patagonia selatan Argentina yang luas.
Situs ini memiliki luas 25 meter dengan gundukan bukitnya setinggi 4,5 meter yang terdiri dari kulit kerang. Untuk luas lahannya sebesar 36 x 31 meter persegi.
Situs Kjokkenmoddinger
Mengutip beberapa sumber, situs Bukit Kerang merupakan sampah dapur atau dalam bahasa Denmark adalah Kjokkenmoddinger. Sampah-sampah ini berupa kerang atau remis yang seiring berjalannya waktu terus menumpuk hingga membentuk bukit.
Kemungkinan besar penamaan situs ini tak lepas dari kerang atau remis dan juga bukit yang semakin hari semakin menumpuk hingga menjulang cukup tinggi.
Ada Ras Australomelanesid
H.M.E. Schurmann dan Peter Vincent van Stein Callenfels melakukan penelitian di situs Bukit Kerang pada 1927 silam. Dari hasil penelitian mereka, terdapat ras Australomelanesid yang telah tinggal di wilayah tersebut dalam rentang tahun 10.000 sampai 8.000 tahun lalu.
Ras tersebut memiliki gaya hidup mengumpulkan kerang laut sebagai santapan sehari-hari. Lalu, cangkang-cangkangnya tadi dikumpulkan menjadi satu gundukan yang lama-kelamaan semakin membesar.
Makanan Termudah
Kenapa mereka cenderung memilih kerang untuk menu makanan sehari-hari ketimbang berburu hewan-hewan di darat?
Beberapa sumber menyebutkan jika kerang atau remis menjadi makanan paling mudah yang ditemukan di wilayah tersebut.
Selain itu, manusia zaman dulu juga hidup dengan cara berpindah-pindah atau nomaden. Kemudian, sampah dapur ketika mereka menetap di satu daerah ditinggalkan begitu saja.
Jumlahnya Berkurang
Seiring berjalannya waktu, situs ini semakin tidak terawat, kondisinya semakin memprihatinkan. Padahal, apabila tempat ini dilestarikan, tentu berpotensi besar menjadi salah satu objek wisata di Aceh Tamiang.
Lebih sedihnya lagi, jumlah kerang yang menumpuk di situs ini sudah mulai berkurang. Hal ini dikarenakan masyarakat sekitar banyak yang mengambilnya untuk keperluan bahan baku kapur.
Apabila masalah ini terus dibiarkan, situs Bukit Kerang akan terancam hilang entah cepat atau lambat. Untuk itu, perlu adanya penanganan khusus dari pemerintah setempat serta memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar.