Asal-usul Orang Kincai, Konon Jadi Penghuni Pertama dan Tertua di Pulau Sumatra
Kelompok etnis pribumi Pulau Sumatera ini mendiami di sekitar kaki Gunung Kerinci yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu.
Kelompok etnis pribumi Pulau Sumatra ini mendiami di sekitar kaki Gunung Kerinci yang sudah hidup sejak ribuan tahun yang lalu.
Asal-usul Orang Kincai, Konon Jadi Penghuni Pertama dan Tertua di Pulau Sumatra
Kerinci merupakan salah satu kabupaten yang terletak di bagian barat Provinsi Jambi.
Wilayah yang dikenal dengan sebutan sekepal tanah dari surga itu diambil dari bahasa Tamil yaitu Kurinji yang merupakan nama bunga yang tumbuh di pegunungan India Selatan.
Meski namanya di ambil dari negara lain, namun rupanya hubungan orang India dengan Kerinci sudah terjalin cukup lama. Bahkan, nama Kerinci merupakan sebuah pemberian dari pedagang India Tamil. (Foto: Wikipedia)
-
Dimana etnis Tionghoa pertama kali menetap di Sumatera Barat? Mengutip situs jalurrempah.kemdikbud.go.id, orang-orang Cina yang berniaga tepatnya pada abad ke-17 telah mendirikan pemukiman di daerah Pariaman dan menjadi pemukiman etnis Tionghoa pertama di kawasan Pantai Barat Sumatra.
-
Siapa yang membuat Karupuak Sinjai pertama kali? Inovasi ini dirancang dan dibuat langsung oleh tiga pengrajin keripik, yaitu Amai Malan, Amai Seram, dan Amai Terimalah.
-
Dimana manusia purba bermukim di Gunungkidul? Belum lagi adanya petunjuk-petunjuk kehadiran homo sapiens (manusia purba) di gua-gua dan ceruk-ceruk kawasan Ponjong, yang diprediksi jadi tempat tinggal mereka sekitar 700 ribu tahun silam.
-
Siapa yang disebut sebagai penghuni pertama Bengkulu? Kelompok etnis yang berada di Tanah Rejang ini diakui sebagai salah satu penduduk asli Bengkulu pertama dan suku tertua.
-
Kapan manusia purba tinggal di wilayah ini? Temuan di lereng timur gua memberikan informasi yang lebih tepat bagi para peneliti dalam hal ekskavasi, membawa mereka kembali ke 86.000 tahun yang lalu.
-
Dimana nenek moyang manusia dan kera hidup? LCA diyakini hidup selama Zaman Miosen, sekitar 23 juta hingga 5 juta tahun yang lalu.
Mungkin sebagian orang mengira jika Kerinci adalah nama sebuah gunung. Namun, pada awalnya memang penamaan Kerinci ini merujuk pada sebuah gunung dan danau.
Seiring berjalannya waktu, nama-nama wilayah yang ada di sekitarnya disebut dengan nama yang sama.
Kabupaten Kerinci memiliki masyarakat asli yang diberi nama Orang Kincai atau Suku Kerinci. Mereka sudah hidup ribuan tahun dan konon menjadi orang pertama yang mendiami Pulau Sumatra.
Migrasi Orang Austronesia
Mengutip dari beberapa sumber, asal-usul Orang Kincai sendiri bermula dari manusia purba Homo Sapiens yang lebih dulu menghuni Pulau Sumatra.
Buktinya terdapat serpihan batu obsidian dan sisa-sisa tulang hewan yang sudah terjadi 15.000 tahun yang lalu.
Kemudian, terjadi aktivitas migrasi oleh orang-orang Austronesia yang terjadi pada 3.500 tahun yang lalu. Hal ini terkait dengan penemuan situs Bukit Arat dan situs Koto Pekih dengan alat-alat beserta tembikar.
Ada pun pemukiman pra-sejarah yang lebih muda hidup di Kerinci yaitu sekitar abad ke-5 hingga abad ke-9 dengan peninggalan berupa Batu Silindrik, bekas rumah panggung, serta kuburan tempayan yang masih satu lapisan generasi dengan artefak perunggu dan besi.
Peradaban Tertua
Keberadaan Orang Kincai ini konon dianggap sebagai pusat peradaban Melayu yang tertua di dunia. Selain itu, salah seorang peneliti mengungkapkan bahwa kawasan Kerinci sudah ada kehidupan manusia sejak 10.000 tahun silam.
Kelompok manusia yang pertama kali mendiami wilayah Kerinci bernama Kecik Wok Gedang Wok. Orang-orang ini diduga kuat menjadi manusia pertama yang mendiami pulau Sumatra. Uniknya, suku ini usianya lebih tua ketimbang suku-suku yang ada di Benua Amerika.
Bahasa dan Budaya
Dalam catatan sejarah, nama Kerinci bersumber dari Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang ditulis pada abad 14. Di dalam kitab tersebut, Kerinci dinamakan sebagai Bhumi Kurinci.
Bahasa Kerinci masih termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu Polinesia Barat dan satu keluarga dengan bahasa Melayu dan Minangkabau.
Bahasa ini juga memiliki ragam dialek, setiap dusun atau antar wilayah memiliki bahasa masing-masing.
Selain bahasa, Orang Kincai juga memiliki aksara sendiri yang digunakan untuk menulis yang bernama Aksara Incung. Tulisan-tulisan ini masih dalam garis keturunan dari aksara Sumatra Kuno yang digunakan pada abad ke-14.
Sistem Matrilineal
Dalam masyarakat Kincai, mereka masih menganut sistem matrilineal atau ditentukan dari garis keturunan ibu hingga ke nenek moyang pertama. Penggunaan sistem ini diperhitugkan dalam pewarisan harta pusaka, salah satunya gelar adat.
Suku Kerinci terbagi dalam sub-suku yang disebut Kelbu dan Luhah. Luhah sendiri terdiri dari persekutuan kelbu karena ikatan kekerabatan nenek moyang. Penggolongan Kelbu dan Luhah didasarkan pada garis matrilineal.
Kedua suku tadi memiliki harta bersama yang diwariskan secara turun-temurun mulai dari tanah hingga gelar yang disakralkan. Meski warisan berupa tanah sangat dilarang keras untuk dijual, namun beberapa Orang Kincai memilih untuk menjualnya karena keterbatasan ekonomi.