Banyak Ditemukan Peninggalan Berusia Jutaan Tahun, Ini Fakta Sejarah Terbentuknya Dataran Sangiran
Singkapan lapisan purba dapat dilihat secara kasat mata pada sejumlah tempat di Sangiran.
Singkapan lapisan purba dapat dilihat secara kasat mata pada sejumlah tempat di Sangiran.
Banyak Ditemukan Peninggalan Berusia Jutaan Tahun, Ini Fakta Sejarah Terbentuknya Dataran Sangiran
Tanah Sangiran seolah menjadi harta karun bagi para arkeolog maupun peneliti purbakala. Di sana ditemukan banyak peninggalan purba yang diperkirakan telah berusia jutaan tahun.
Situs Sangiran memiliki luas sekitar 59,21 kilometer persegi. Telah banyak ditemukan benda-benda purbakala sejak zaman Belanda di situs tersebut.
-
Apa yang ditemukan di Sangiran? Situs Sangiran merupakan situs manusia purba terbesar dan terpenting di dunia, karena telah ditemukan lebih dari 100 fosil manusia purba di sini. Fosil-fosil ini mencakup 50% lebih temuan fosil Homo erectus di dunia, dan lebih dari 60% yang ditemukan di Indonesia. Fosil-fosil ini berasal dari berbagai periode zaman prasejarah, mulai dari 1,6 juta tahun yang lalu hingga 150 ribu tahun yang lalu.
-
Kenapa Situs Sangiran penting bagi penelitian manusia purba? Manusia Purba Sangiran di Kabupaten Sragen dan Karanganyar, Jawa Tengah, menjadi salah satu situs paling penting untuk penelitian manusia purba di Asia Tenggara.
-
Bagaimana terbentuknya Situ Sangiang? Kabarnya, danau di Situ Sangiang tercipta secara alami sejak sebelum masa Kerajaan Talaga Manggung.
-
Dimana letak situs Sangiran? Situs Sangiran memiliki luas sekitar 56 km² dan meliputi dua kabupaten, yaitu Sragen dan Karanganyar. Situs ini terletak di lembah Sungai Bengawan Solo, yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa. Lembah ini dikelilingi oleh pegunungan dan bukit-bukit, yang membentuk lanskap alam yang indah.
-
Kapan Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran merupakan prasasti pada batu berkerangka tahun 850 saka atau 928 Masehi yang ditemukan di daerah Batu, Malang.
-
Dimana Prasasti Sangguran ditemukan? Prasasti Sangguran memiliki tinggi 1,61 meter, lebar 1,22 meter. Benda bersejarah setebal 32 centimeter beratnya diperkirakan mencapai 3,5 ton. Isi Prasasti Sangguran juga sangat panjang. Bagian depan prasasti berisi 38 baris tulisan, bagian belakang sebanyak 45 baris, dan bagian kiri terdapat 15 baris tulisan. Dua baris pertama isi Prasasti Sangguran ditulis dalam bahasa Sansekerta. Sedangkan seluruh bagian lainnya menggunakan bahasa Jawa Kuno.
Letak Situs Sangiran begitu strategis karena diapit Gunung Lawu di timur, Gunung Merapi dan Merbabu di barat, Pegunungan Kendeng di utara, dan Pegunungan Sewu di selatan.
Di dataran Sangiran ini terdapat aliran sungai yang di sekitarnya tersingkap berbagai lapisan tanah di antaranya Lapisan Notopuro (250.000-11.000 tahun lalu), Lapisan Kabuh (730.000-250.000 tahun lalu), Lapisan Grenzbank (900.000-730.000 tahun lalu), Lapisan Pucangan (1,8 juta-900.000 tahun lalu), dan yang terdalam adalah Lapisan Kalibeng (2,4 juta-1,8 juta tahun lalu).
Dari lapisan terdalam inilah, rekaman kehidupan purbakala terangkat ke permukaan. Di sana pula tersimpan fosil dan beragam jejak manusia purba.
Singkapan lapisan purba dapat dilihat secara kasat mata pada sejumlah tempat di Sangiran. Pada Lapisan Notopuro, Sangiran merupakan daerah stupa tandus dengan curah hujan rendah dan aktivitas vulkanik yang sering terjadi.
Pada Lapisan Kabuh, Sangiran merupakan sabana subur yang di tengah-tengahnya terdapat hutan tropis. Sementara Lapisan Genzbank menandai peralihan kehidupan rawa-rawa Sangiran menjadi daratan sepenuhnya.
Lalu pada Lapisan Pucangan, menggambarkan Sangiran sebagai bentang rawa yang terbelah sungai. Kemudian Lapisan Kalibeng mengungkap lingkungan laut dalam. Diduga pada waktu itu Pulau Jawa belum menjadi daratan.
Peneliti Prancis, Prof. Dr. Francois Semah mengatakan, di Sangiran terdapat jejak manusia pertama yang menghuni Pulau Jawa. Diperkirakan mereka pertama kali menetap di sana sekitar 800 ribu tahun yang lalu. Mereka hidup berkelompok dan berkelana dari satu tempat ke tempat yang lain. Mereka bertahan hidup dengan berburu.
Temuan terbaik fosil purbakala di Sangiran adalah fosil Sangiran 17. Disebut-sebut bahwa Sangiran 17 merupakan fosil tengkorak Homo Erectus terlengkap di dunia. Berangkat dari fosil Sangiran 17, beragam reka ulang sosok Homo Erectus Jawa telah dilakukan oleh sejumlah peneliti.
Hingga kini berbagai temuan dan penelitian terus dilakukan di Sangiran. Pada tahun 1996, UNESCO menetapkan Sangiran sebagai warisan budaya dunia. Tak kurang dari 100 fosil individu Homo Erectus atau lebih dari 50 persen temuan Homo Erectus di dunia ditemukan di Situs Sangiran.
Pada tahun 2007, dibentuk Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Pada tahun 2011, dibangun museum klaster Krikilan yang diproyeksikan sebagai pusat informasi dan layanan pengunjung untuk memberikan gambaran Situs Sangiran secara umum dan menyeluruh.
Pada tahun-tahun berikutnya, didirikan tiga museum klaster dan satu museum lapangan. Museum Klaster Dayu diarahkan sebagai sarana presentasi lingkungan alam dan geologi situs Sangiran. Museum Klaster Bukuran difokuskan untuk menyajikan informasi dan pengetahuan tentang teori evolusi.
Museum Klaster Ngebung mengangkat sejarah penemuan Situs Sangiran dan perannya dalam konteks penelitian manusia purba baik di Indonesia dan dunia. Lalu museum Lapangan Manyarejo mengangkat dinamika penelitian lapangan di situs manusia purba Sangiran.
“Sangiran adalah salah satu proses di awal ketika kita belajar tentang kemanusiaan. Dengan memahami Sangiran, kita jadi tahu riwayat bangsa ini,”
kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Dr. Harry Widianto, dikutip dari kanal YouTube Sangirankita.