Mengunjungi Negeri Seribu Menhir di Sumbar, Pameran Mahakarya Seni dari Zaman Prasejarah
Menhir-menhir itu merupakan mahakarya kesenian leluhir orang Minangkabau yang diperkirakan hidup di tahun 1550 sebelum masehi.
Menhir merupakan salah satu peninggalan era megalitikum. Keberadaannya sudah berlangsung kira-kira 3.000-5.000 tahun sebelum masehi. Peninggalan menhir ini tersebar pada berbagai tempat di muka bumi. Salah satunya di Nagari Maek, sebuah desa yang masuk wilayah Kecamatan Bukik Barisan, Kabupaten Limapuluh Kota.
“Semua menhir ini menghadap ke arah matahari. Mungkin orang zaman dulu percaya bahwa matahari adalah sumber kehidupan,” kata Zelpenedri, juru pelihara Situs Menhir Maek, dikutip dari kanal YouTube Bina Budaya.
-
Apa isi dari Museum Kenangan Semeru? Museum ini berisi barang-barang kenangan, seperti foto dokumentasi, peralatan rumah tangga, tempat tidur, sofa, dan lain-lainnya.
-
Dimana lokasi Museum Kenangan Semeru? Museum yang terletak sebelah barat Lapangan Dusun Kamar Kajang, Desa Sumberwuluh, itu merupakan penghormatan bagi para korban erupsi.
-
Mengapa Museum Kenangan Semeru dibangun? Museum yang diinisiasi oleh Pemerintah Desa Sumberwuluh bersama mahasiswa KKN Universitas Jember itu dapat menjadi media edukasi tentang bencana erupsi.
-
Apa saja jenis peninggalan megalitikum di Sulawesi Tengah? Peninggalan batu-batu besar berbentuk tugu (menhir), bejana batu (kalamba), meja batu (dolmen), tempat jenazah (sarkofagus), atau punden berundak, menjadi bukti adanya peradaban manusia ribuan tahun lalu.
-
Bagaimana cara menikmati keindahan Merapi di Museum Gunung Merapi? Di sini terdapat miniatur guning merapi yang menampilkan kenampakan gunung berapi yang sedang mengeluarkan asap. Tak cuma miniaturnya, kamu juga bisa menyaksikan keindahan Gunung Merapi dari museum ini.
-
Dimana Menhir ditemukan? Ditemukan di berbagai penjuru dunia, dari Eropa hingga Asia, menhir merupakan monumen batu besar yang muncul sebagai saksi bisu peradaban prasejarah.
Usaha Perawatan Situs Menhir
Peninggalan menhir di Nagari Maek jumlahnya mencapai ribuan. Karena hal tersebut desa ini mendapat julukan “Negeri Seribu Menhir”. Pak Zelpenedri sendiri merupakan seorang pria kelahiran Maaek yang mengabdikan hidupnya untuk mengurus seluruh menhir di sana.
Ia lahir di Maek pada 8 Agustus 1966. Pendidikan terakhirnya adalah SMA. Iyen, istri Zelpenedri, sehari-hari membantu suaminya dengan berjualan dan beternak sapi.
Zelpenedri memulai tugas menjadi seorang penjaga menhir pada tahun 1987. Selama bekerja, ia berstatus tenaga honorer. Baru tahun 2009 ia mendapat status sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS).
“Di situs ini saya bertugas untuk merawat situs cagar budaya, membersihkan, serta menjaga keamanan serta lingkungan di sekitar menhir,” kata Zelpenedri.
Belum Dimaksimalkan Jadi Tempat Wisata
Situs peninggalan cagar budaya menhir di Nagari Maek tersebar di tiga lokasi. Pertama situs menhir Bawah Parit yang memiliki 384 menhir dan 6 di antaranya memiliki ukiran. Lalu Situs Padang Hilalang, memiliki 33 buah menhir dan satu di antaranya memiliki ukiran. Selanjutnya ada situs Megalit Balai Batu yang memiliki 54 buah menhir dan satu di antaranya memiliki ukiran.
Walaupun merupakan situs bersejarah, namun keberadaan peninggalan megalitikum itu belum dimaksimalkan menjadi tempat wisata. Di sekitar lokasi tidak ada dijumpai hotel maupun homestay. Zelpenedri mengatakan, bila ada tamu dari daerah lain ingin menginap untuk meneliti menhir-menhir itu, ia dan keluarga akan menawarkan tamu-tamu itu untuk menginap di rumahnya.
“Kami melayani dengan ikhlas dan senang hati baik tamu lokal maupun mancanegara. Kami melayani penginapan dan makanan tradisional apa adanya,” kata Iyen dikutip dari kanal YouTube Bina Budaya.
Leluhur Orang Minangkabau
Dikutip dari Rri.co.id, kumpulan menhir di Nagari Maek baru ditemukan antara tahun 1982-1983. Dalam penggaliannya, ditemukan tulang-belulang di setiap menhir. Masyarakat pun menduga menhir-menhir itu sebagai makam para raja.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Sumatera Barat yang juga arkeolog Universitas Andalas, Prof. Herwandi, mengungkapkan bahwa hingga saat ini sejumlah riset terhadap menhir tetap dilakukan. BRIN bekerja sama dengan arkeolog asal Australia baru-baru ini mengungkapkan bahwa kumpulan tulang-belulang tengkorak pada menhir itu diperkirakan berasal dari tahun 1.550 sebelum masehi.
“Maek ini memendam peradaban yang sangat tua. Saya berani bilang bahwa sebagian karakter ke-Minangkabauan sudah ada pada masa itu, terutama pada pola ukir itiak pulang yang ada di batuan itu,” ungkap Herwandi dikutip dari Rri.co.id pada 26 Juli 2024.