Melihat Peradaban Kuno Masyarakat Lereng Merapi-Merbabu, Banyak Ditemukan Candi dan Prasasti
Dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu
Dulunya kawasan lereng Merapi-Merbabu menjadi tempat orang-orang zaman dulu menimba ilmu.
Melihat Peradaban Kuno Masyarakat Lereng Merapi-Merbabu, Banyak Ditemukan Candi dan Prasasti
Lereng Gunung Merapi-Merbabu punya pemandangan alam yang indah nan mempesona. Hamparan ladang pertanian yang hijau, sungai yang airnya jernih, serta gunung Merapi dan Merbabu yang menjulang tinggi.
Namun daerah itu juga menyimpan banyak sekali jejak peradaban kuno yang menyisakan misteri. Bukti-bukti itu terlihat dari banyaknya candi dan prasasti yang ditemukan. Para pakar pun berusaha menggambarkan seperti apa kehidupan masyarakat Merapi-Merbabu pada masa lampau, ribuan tahun yang lalu.
-
Dimana naskah Merapi-Merbabu ditemukan? Naskah-naskah Merapi-Merbabu adalah kumpulan naskah yang ditemukan di kawasan pegunungan Merapi dan Merbabu, Jawa Tengah.
-
Kapan naskah Merapi-Merbabu ditemukan? Informasi mengenai naskah-naskah ini pertama kali ditemukan dalam laporan statistik tanggal 12 Agustus 1823, tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal der Capellen.
-
Apa isi dari naskah Merapi-Merbabu? Naskah-naskah Merapi-Merbabu memiliki banyak bentuk di antaranya kakawin, parwa, dan kidung. Topik pembahasan dalam naskah itu juga beragam seperti perbintangan, yoga, matra, dan obat-obatan. Naskah yang mengangkat tema ajaran Buddha salah satunya tentang Kunjarakarna. Naskah yang bertema Islam juga ditemukan di antaranya Tapel Adam, Anbiya, dan Caritaning Para Nabi.
-
Siapa yang memiliki naskah Merapi-Merbabu? Naskah-naskah kuno itu milik Keluarga Pak Kojo, cicit Panembahan Windoesono, seorang pendeta Budha.
-
Bagaimana penduduk Merapi terhubung dengan Keraton? Ada juga kepercayaan bahwa ketika seseorang dari masyarakat lereng Merapi meninggal dunia, mereka akan menjadi bagian dari Keraton, sebagai prajurit atau penduduk yang mengelola lahan pertanian milik Keraton Merapi.
-
Di mana peradaban kuno itu ditemukan? Di dalam perairan Danau Huron, salah satu dari lima danau besar atau Great Lakes di Amerika Utara tersembunyi rahasia peradaban kuno yang kini baru terkuak.
Kerajaan Purba di Lereng Merapi-Merbabu
Berbagai peninggalan purba terus ditemukan di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Gendungan, Desa Kalibening, Kecamatan Dukun, Magelang. Peninggalan yang ditemukan antara lain lumpang kuno, komboran, hingga tumpukan batu yang membentuk seperti kolam. Terkait temuan ini, pada tahun 2016 Kepala BPCB Jateng, Tri Hartono mengisyaratkan adanya peradaban purba di sana. Diduga temuan itu berasal dari abad 8-9 Masehi.
“Perkiraan kami peninggalan masa klasik abad 8-9. Itu setara dengan masa Kerajaan Mataram Kuno jika dilihat dari batu-batu yang ada,” ujarnya dikutip dari Liputan6.com.
Sebelum ditemukan dan digali, lokasi tersebut sejak dulu dikenal sebagai Tamansari atau tempat pemandian raja. Tri Hartono memperkirakan, ada sebuah kerajaan yang terletak di atas atau arah selatan dari lokasi penemuan peninggalan tersebut.
Foto:Liputan6.com
Selain penemuan benda-benda kuno, di sekitar lereng Merapi-Merbabu banyak ditemukan peninggalan candi.
Sebut saja Candi Asu Sengi yang berada di Kecamatan Dukun, Magelang, Candi Lumbung yang berada di Kecamatan Sawangan, Magelang, serta Candi Umbul yang berada di Kecamatan Grabag, Magelang.
Semua peninggalan candi itu berada di sisi barat lereng Merapi-Merbabu.
Sementara peninggalan prasasti banyak ditemukan di sisi timur lereng Merapi-Merbabu seperti Prasasti Sarungga di Kecamatan Cepogo, Boylali, dan Prasasti Wongsonegoro di wilayah kecamatan yang sama.
Foto:etnis.id
Adanya peninggalan itu menandakan bahwa di masa lampau, sekitar tahun 901 Masehi, masyarakat di lereng Merapi-Merbabu sudah mengenal budaya tulis. Bahkan mereka sudah mengenal teknologi maupun ilmu arsitektur untuk membuat candi-candi yang memiliki nilai seni yang tinggi.
Dilansir dari Etnis.id, dahulu di lereng Gunung Merapi-Merbabu, termasuk lereng Gunung Andong, Telomoyo, dan Ungaran, sangat banyak ditemukan “Pangajaran”, yaitu sekolah atau pesantren pada masa Jawa Kuno. Di lereng-lereng gunung tersebut banyak ditemukan struktur bebatuan yang diduga merupakan situs “pengajaran” pada masa lampau.
Tome Pires, dalam bukunya yang berjudul Suma Oriental yang ditulis pada tahun 1512-1515, pada saat ia mengunjungi pesisir Jawa di abad ke-16, ia melihat kaum Brahmana dan para ajar turun dari gunung, pergi ke pantai untuk membeli rontal yang nantinya akan digunakan untuk menulis naskah.
Naskah-naskah itulah yang kemudian dikenal dengan istilah “Naskah Merapi-Merbabu”. Dalam menulis naskah itu, para ajar masih menggunakan aksara Jawa Kuno. Kondisi itu bertahan sampai abad ke-18 di mana setelah masa itu aksara tersebut tak lagi digunakan.