Menguak Situs Batu Megalitik Pasemah, Lanskap Peradaban Sumatra Selatan di Lereng Gunung Dempo
Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib
Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib buruk di kemudian hari.
Menguak Situs Batu Megalitik Pasemah, Lanskap Peradaban Sumatra Selatan di Lereng Gunung Dempo
Manusia purba telah tinggal di berbagai daerah di Indonesia sejak zaman batu. Pada periode zaman batu besar atau yang dikenal dengan zaman megalitikum, sudah mulai ada kepercayaan dari masyarakat di masa tersebut kepada tuhan.
Disebut dengan zaman batu besar karena beberapa produk yang dihasilkan pada zaman ini berupa kebudayaan bangunan yang menggunakan batuan-batuan besar. Contohnya seperti menhir, dolmen, kubur peti batu, sarkofagus, waruga, punden berundak, dan patung-patung.
-
Dimana Gunung Dempo berada? Kegagahannya itu berdiri di perbatasan Pagar Alam dengan Provinsi Bengkulu.
-
Dimana Gunung Dempo terletak? Gunung Dempo Pagaralam, Sumatera Selatan, mengalami erupsi dengan tinggi kolom abu teramati sekitar 2.000 meter di atas puncak, Selasa (25/7) pukul 21.15 WIB.
-
Apa yang unik tentang Gunung Dempo? Uniknya, gunung ini memiliki 2 puncak. Salah satunya terdapat kawah yang menjadi spot wisata bagi para pendaki. Kawah yang mengundang minat para pendaki itu mampu menghasilkan beragam warna, mulai dari hijau, biru muda, hingga abu-abu.
-
Apa saja jenis peninggalan megalitikum di Sulawesi Tengah? Peninggalan batu-batu besar berbentuk tugu (menhir), bejana batu (kalamba), meja batu (dolmen), tempat jenazah (sarkofagus), atau punden berundak, menjadi bukti adanya peradaban manusia ribuan tahun lalu.
-
Siapa penghuni mitos Gunung Dempo? Sosok tersebut diyakini menjadi penghuni dan penunggu Gunung Dempo. Meski tidak mengganggu manusia jika tidak diganggu, konon bentuk Manusia Harimau ini menyerupai manusia dan ada kalanya menjadi harimau.
Bukti kehidupan zaman Megalitikum juga terdapat di Provinsi Sumatra Barat, tepatnya di kaki Gunung Dempo. Sisa-sisa peninggalan berupa patung dengan ragam bentuk ini bukan hanya ada di satu titik saja, melainkan tersebar di beberapa titik.
Situs Batu Megalitik Pasemah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti bidang arkeologi sejak zaman kolonial Belanda. Banyak dari mereka yang mendatangi Sumsel hanya untuk melihat situs megalitik yang kaya akan nilai sejarah.
Sudah Diteliti dari Tahun 1945
Mengutip dari situs kebudayaan.kemdikbud.go.id, situs Megaltik di Pasemah, Sumatra Selatan ini mengundang minat peneliti luar negeri, yaitu Von Heine Geldern untuk datang ke sini pada penghujung tahun 1945 silam.
Ia menyebut situs ini dengan istilah "Strongly Dynamic Agitated" yang menunjukkan beberapa peninggalan berupa arca dan pahatan dengan model dan bentuk bermacam-macam.
Peninggalan arca dan bebatuan ini menurutnya begitu berharga bagi sejarah umat manusia, karena sebagai bukti kuat tentang migrasi awal bangsa Austronesia mendarat di kaki Gunung Dempo ini yang notabene dataran tinggi. Meski sudah diteliti puluhan tahun, situs ini masih menyimpan pertanyaan besar bagi peneliti lokal.
Kiblat Gunung Dempo
Situs Batu Megalitik Pasemah sendiri kemungkinan besar masih sangat berkaitan dengan Gunung Dempo yang puncaknya paling tinggi di Provinsi Sumatra Selatan itu. Tempat ini menjadi wilayah yang sakral bagi manusia pada zaman tersebut.
Secara umum, gunung merupakan tempat yang paling sakral atau disucikan karena ketinggiannya yang menjulang hingga dianggap sebagai tempat para dewa. Budaya-budaya atau tradisi semacam ini pun sampai saat ini masih kerap dijumpai.
Tersebar di Beberapa Titik
Melansir dari beberapa sumber, situs megalitik ini tak hanya ditemukan di satu titik saja, melainkan tersebar di 64 titik yang berada di 51 desa atau kelurahan di Kabupaten Lahat.
Dengan banyaknya penemuan arca, bebatuan, dolmen, hingga tempayan di situs ini menandakan jika di masa lampau pernah terjadi peradaban yang tinggi. Ada kemungkinan berkembangnya peradaban ini mulai dari zaman perunggu.
Salah satu situs yang cukup menarik perhatian adalah situs Batu Macan yang menggambarkan dua ekor macan saling bertumpukan.
Situs ini kondisinya masih sangat baik. Hal ini berkat masyarakat sekitar yang sangat memelihara benda-benda bernilai sejarah tinggi tersebut. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
Kepercayaan orang-orang sekitar pun tumbuh dan mengakar kuat di benak mereka jika merusak salah satu peninggalan sejarah tersebut, maka dia akan menerima nasib buruk di kemudian hari. Prinsip-prinsip ini yang memicu situs megalitik ini masih terjaga hingga detik ini.