Potret Makam Keramat di Samping Mal Besar Surabaya, Sosoknya Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Hingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Hingga kini, makamnya selalu bersih dan rapi karena banyak diziarahi warga lokal
Potret Makam Keramat di Samping Mal Besar Surabaya, Sosoknya Ternyata Bukan Orang Sembarangan
Perkembangan kota tak membuat masyarakat melupakan jati dirinya di masa lalu. Seperti yang terjadi di Kota Surabaya, Jawa Timur. Di samping Tunjungan Plaza, salah satu mal terbesar di Surabaya, sebuah makam keramat terpelihara dengan baik.
-
Kenapa Makam Kembang Kuning di Surabaya eksklusif? Ereveld ini tampak bersih, rapi, teratur dan terawat dengan baik. Bahkan, terkesan eksklusif karena tidak semua orang dapat izin masuk kompleks makam.
-
Siapa yang ditemukan di makam kuno itu? Arkeolog Sinthya Cueva menuturkan, sisa-sisa sebelas individu, diperkirakan berusia sekitar 800 tahun, ditemukan terkubur dengan kalung, anting, dan gelang.
-
Siapa yang memiliki makam kuno? Arkeolog berasumsi kuburan tersebut milik anggota elit budaya, kemungkinan adalah kepala suku yang berkuasa.
-
Siapa yang menemukan makam? Tim arkeolog Mesir dan Jepang menemukan sebuah makam yang diyakini berusia 4.500 tahun dan sejumlah artefak di kawasan pemakaman Saqqara, Mesir.
-
Siapa yang menemukan makam kuno tersebut? Selama penggalian yang dipicu oleh kegiatan konstruksi yang akan dilakukan oleh produsen chip asal Amerika Serikat, Intel, arkeolog dari Kantor Negara untuk Manajemen Warisan dan Arkeologi Saxony-Anhalt (LDA) menemukan lanskap pemakaman yang signifikan yang berasal dari periode Neolitikum di Eulenberg dekat Magdeburg, Jerman.
-
Siapa yang menemukan makam kuno? Sekelompok arkeolog Turki menemukan tengkorak yang diperkirakan berusia 6.000 tahun di salah satu dari sembilan makam selama penggalian di distrik Afsin, Kahramanmaras, Turki.
Makam Keramat
Sosok yang dimakamkan di sini dikenal dengan sebutan Mbah Buyut Modjo. Mengutip Instagram @lovesuroboyo, ia adalah sesepuh yang melakukan babat alas di wilayah Kaliasin, Kota Surabaya.
Ada juga yang menyebut Mbah Buyut Modjo berkaitan dengan sosok Eyang Kudo Kartono, panglima perang dari Kerajaan Majapahit.
Dulu, Gang Kaliasin X merupakan kompleks pemakaman umum. Seiring berjalannnya waktu, daerah ini jadi permukiman warga. Makam Mbah Buyut Modjo jadi satu-satunya yang dipertahankan keberadaannya.
Makamnya berupa bangunan dengan pagar hitam dan papan nama di bagian depan. Bagian dalam makam tampak bersih. Di antara kedua nisan terbungkus kain mori, di atasnya bunga pemberian orang ziarah tampak sudah kering,
Sejarah Kaliasin
Sementara itu, munculnya nama daerah Kaliasin juga punya kisah tersendiri. Dulu, pada saat laut pasang, sungai Kalimas sering meluber, bahkan airnya menggenangi kampung Surabayan (Tegalsari). Hal ini menyebabkan air sungai Kalimas terampur dengan air laut sehingga rasanya asin.
Warga daerah setempat yang biasa menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari merasakan air asin. Sesepuh desa kemudian memberikan nama daerah itu dengan sebutan Kaliasin.
Dulu vs Sekarang
Pada masa kolonialisme Belanda, nama Kaliasin masih dipertahankan. Pihak kolonial menyebutnya sebagai daerah Kaliasinstraat.
Kini, Embong Kaliasin atau Jalan Kaliasin sudah tidak ada. Jalan itu diganti dengan nama Jalan Basuki Rahmat. Kini, di sepanjang jalan ini berdiri banyak bangunan mewah. Mulai Tunjungan Plaza, BRI Tower, Gramedia, dan lain sebagainya.