Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Pangeran keturunan Majapahit ini lebih senang dekat dengan warga biasa. Bahkan, ia menyembunyikan identitasnya sebagai bangsawan di hadapan warga.
Ia tidak terlena dengan kehidupan megah bangsawan
Tak Ingin Kekuasaan, Pangeran Keturunan Majapahit Ini Pilih Hidup Jadi Warga Biasa
Sosok Mbah Putih
Mbah Putih memiliki nama asli Nurkholifah. Ia dikenal sebagai penyebar agama Islam dari daerah Klaten.
Pada masa kolonialisme, Mbah Putih jadi incaran pihak Belanda. Pengejaran ini diduga karena peran Mbah Putih dalam misi penyebaran agama Islam.
Mbah Putih kemudian mencari tempat persembunyian dan sampailah ke daerah yang kini dikenal sebagai Desa Kayen.
Mbah Putih mengenalkan diri sebagai warga biasa dengan nama Sumodruno.
-
Siapa yang punya darah keturunan Majapahit? Pria tua ini bukanlah orang sembarangan. Dia masih memiliki darah keturunan Kerajaan Majapahit. Pesan leluhurnya juga masih dipegang teguh. Bahkan kakek ini juga masih menjunjung tradisi ageman Jawa Kuno.
-
Siapa yang memimpin kerajaan Majapahit? “Dewi Suhita is the 6th King of the Majapahit Kingdom, who has the title Ratu Ayu Kencono Wungu, He led the Majapahit kingdom from 1429 AD - 1447 AD, The beauty and beauty of DEWI SUHITA made everyone admire and fall in love with him“ - Millen
-
Mengapa Ki Ageng Suryomentaram hidup sebagai rakyat jelata? Walaupun terlahir dari keluarga ningrat, Ki Ageng Suryomentaram (1892-1962) memilih jalan hidupnya dengan menjadi rakyat jelata. Ia hidup menyendiri dan bertapa di tempat-tempat sepi.
-
Kenapa Raja Majapahit marah? Mendengar banyak warga lokal masuk Islam, Raja Majapahit marah besar khawatir kekuasaannya hancur.
-
Sri Pandan menolak menikah dengan Pangeran Aceh? Sri Pandan lalu kecewa dengan keputusan Hobatan. Ia mengancam akan terjun ke lubuk dibandingkan harus menikah dengan Pangeran Aceh.
-
Siapa raja Majapahit saat Banger berkembang? Seiring berjalannya waktu, daerah yang merupakan kawasan perbatasan dua kerajaan besar ini berkembang pesat. Sejarah Pada zaman Pemerintahan Prabu Radjasanagara (Sri Nata Hayam Wuruk), raja Majapahit yang ke IV (1350-1389), Probolinggo dikenal dengan nama Banger.
Waliyullah
Mbah Putih dikenal sebagai Waliyullah yang berjasa dalam penyebaran agama Islam di Desa Kayen Trenggalek. Nama Mbah Putih mulai dikenal setelah perjalanannya ke Pacitan. Sebelumnya, ia terkenal sebagai Sumodruno.
Makna Nama
Masyarakat memberi sebutan Mbah Putih karena ia dianggap sebagai sosok suci dan baik, dengan budi pekerti dan akhlak yang tinggi.
Para ulama juga menyebutnya dengan nama "Nur Kholifah," yang memiliki makna "Cahaya Penerus."
Asal Usul Mbah Putih
Ada beberapa versi cerita tentang asal usul Mbah Putih. Salah satunya, klaim bahwa dia merupakan Pangeran Pakuprojo, putra Amangkurat II. Bupati Trenggalek, MOchamad Nur Arifin menyebut Mbah Putih sebagai pangerah trah Majapahit yang tidak ingin dininabobokan nasab dan kekuasaan.
Namun, hingga kini, misteri tentang identitas sejati Mbah Putih tetap menjadi perdebatan.
Asal Usul Desa Kayen
Penamaan Desa Kayen berasal dari tindakan awal Mbah Putih membuka lahan hutan untuk bermukim. Kayen awalnya merupakan hutan berkayu lebat.
Makam
Makam Mbah Putih nyaris selalu ramai peziarah. Orang, dari Jombang hingga Sumatera datang. Masyarakat gotong-royong berinisiatif memugar pusara beliau agar layak untuk "kedayohan" (baca: kedatangan) tamu.