Kisah Syekh Nurjati, Jadi Penyebar Agama Islam Pertama di Tanah Sunda Keturunan Nabi Muhammad SAW
Sosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Sosoknya cukup berpengaruh dalam perkembangan Agama Islam di Cirebon
Kisah Syekh Nurjati, Jadi Penyebar Agama Islam Pertama di Tanah Sunda Keturunan Nabi Muhammad SAW
Syekh Maulana Idhofi Mahdi Datuk Kahfi atau Syekh Nurjati menjadi tokoh penyebar Agama Islam yang berpengaruh di sekitar abad ke-14.
-
Siapa tokoh utama penyebar Islam di Jawa? Maulana Malik Ibrahim: Dikenal sebagai penyebar Islam pertama di Pulau Jawa, Maulana Malik Ibrahim juga dikenal dengan nama Kakek Bantal.
-
Kapan Syekh Siti Jenar tiba di Nusantara? Mengutip Liputan6.com, beberapa sumber menyebut kalau Syekh Siti Jenar lahir di Persia pada tahun 1404 Masehi. Ia dipercaya masih keturunan Nabi Muhammad SAW dari garis keluarga Fatimah dan Ali Bin Abi Thalib. Syekh Siti Jenar lalu tiba di Nusantara pada usia 17 tahun untuk mengikuti ayahnya berdagang sekaligus berdakwah di Malaka.
-
Kenapa Sunan Kalijaga berdakwah di Cirebon? Cirebon dijadikan tujuan dakwah salah satunya karena wilayah Jawa Barat masih kental dengan nuansa Hindu-Buddha.
-
Bagaimana Syekh Siti Jenar menyebarkan ajarannya? Setelah itu ia tinggal di Jepara dan mendirikan pondok pesantren.
-
Bagaimana cara Sunan Kalijaga dikenal sebagai wali penyebar agama Islam? Sunan Kalijaga merupakan salah satu Walisongo, sembilan wali penyebar agama Islam paling berpengaruh di Pulau Jawa.
-
Di mana Mbah Soleh Semendi menyebarkan ajaran Islam? Mengutip dari kanal YouTube @Ceritaislami836, Mbah Soleh Semendi diakui sebagai salah satu ulama legendaris di pulau Jawa, khususnya di daerah Pasuruan.
Ia bergerak mengenalkan Islam ke wilayah barat pulau Jawa melalui semenanjung Malaka hingga ke pelabuhan Nagari Singapura yang saat ini merupakan wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Kedatangannya ke wilayah Cirebon dan sekitarnya membuat agama tersebut cepat menyebar, termasuk ke kalangan pemimpin kerajaan Sunda. Agama Islam lantas mudah dikenal dan beradaptasi dengan kebudayaan setempat.
Dalam banyak naskah kuna, Syekh Nurjati dianggap sebagai sosok penting karena setelahnya Agama Islam semakin berkembang di Cirebon, hingga dijadikan pusat rujukan bagi daerah sekitar. Berikut selengkapnya.
Lahir di Semenanjung Malaka
Dikutip dari laman info.syekhnurjati.ac.id, Syekh Nurjati sendiri lahir di wilayah Malaka di akhir Abad ke-14. Sejak kecil dirinya sudah dekat dengan Agama Islam karena dibesarkan di keluarga yang agamis.
Disebutkan bahwa sang ayah, Syekh Datuk Ahmad merupakan salah satu ulama besar di tahun-tahun itu. Kuatnya lingkungan agama ini yang membuat dirinya menjadi sosok dengan kedalaman ilmu Agama Islam.
Sejak kecil dirinya langsung mendalami ilmu tersebut di bawah bimbingan sang ayah, hingga saat remaja dirinya berguru ke Jazirah Arab. Dalam beberapa naskah disebutkan jika Syekh Nurjati bukan lahir di Malaka melainkan berasal dari Mekkah.
Menuntut ilmu di Mekkah
Semasa muda, kehidupannya banyak dihabiskan untuk menuntut ilmu Agama Islam di Kota Mekkah. Setelah ilmunya dirasa cukup, ia kemudian memulai misinya untuk mengenalkan ajaran Islam.
Gambar: Gua Sunyaragi jadi salah satu peninggalan sesepuh Cirebon.
Wilayah pertama yang ia datangi adalah wilayah Ibu Kota Iraq, Baghdad.
Di sana, kemudian ia menemukan jodoh dan menikah dengan Syarifah Halimah, yang merupakan putri dari Ali Nurul Alim dan masih saudara secicit.
Dari pernikahannya ini, keduanya dikaruniai empat orang anak yakni Syekh Aburrahman, Syekh Aburrahim, Fatimah dan Syekh Datul Khafid.
Diutus ke Tanah Jawa
Setelah kesanadan ilmunya dirasa matang, Ia mendapat perintah dari Raja Baghdad untuk menyebarkan agama ke tanah lainnya. Menurut sejumlah naskah, disebutkan bahwa dirinya tergerak untuk berangkat ke tanah Jawa setelah memohon petunjung dari Allah.
Ia kemudian mengarahkan kapalnya ke samudera luas bersama sang istri, hingga mendarat di wilayah Amparan Jati Nagari Singapura. Amparan Jati sendiri merujuk ke suatu tempat yang saat ini dikenal sebagai daerah Gunung Jati, Cirebon.
Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
Menyebarkan Islam di Cirebon sampai akhir hayat
Setelah melakukan perjalanan bersama 10 orang rombongan asal Baghdad, Syekh Nurjati mendarat di wilayah Nagari Singapura atau saat ini Pelabuhan Cirebon.
Mereka diterima baik oleh penguasa setempat bernama Ki Gendeng Tapa pada tahun 1420, dan diberikan izin untuk mendirikan permukiman di Pesambangan, Giri Amparan Jati (bukit kawasan Gunung Jati).
Di sana ia bersama rombongan mulai giat berdakwah, dan mengenalkan Agam Islam secara baik, perlahan dan bijaksana. Kondisi ini yang turut membuat warga setempat tertarik untuk mempelajarinya.
Ia lantas mendirikan pondok pesantren bernama Pesambangan Jati, dan bekerja sama dengan anggota kerajaan Galuh yang ketika itu mulai memeluk Agama Islam hingga melalui keturunan-keturunan berikutnya Agama Islam menyebar dari Cirebon sampai ke Kerangkeng, Indramayu.
Jadi guru para kerajaan Sunda
Sementara itu dalam naskah Carita Purwaka Caruban Nagari, dalam Sejarah Banten, juga dalam naskah Mertasinga, Pondok Pesantren Pesambangan Jati menjadi ponpes pertama dan tertua di Cirebon dan tertua ke dua di wilayah Galuh (Jawa Barat).
Sebelumnya, terdapat Pondok Pesantren Quro yang didirikan oleh Syekh Quro yang sempat datang dan merupakan sudara sepupu dari Syarifah Halimah, istri Syekh Nurjati.
Menurut sejarahnya, pesantren ini didirikan di wilayah Bunut Kertayasa, Karawang Kulon, Kabupaten Karawang pada 1340 tahun Saka. Pesantren ini menjadi pendahulu pesantren-pesantren lainnya seperti Al Kahfi Somalangu Kebumen (1475 M), Pesantren Babakan Ciwaringin (1705 M), Pesantren Buntet (1750) dan lainnya.
Ini yang kemudian membuat Syekh Nurjati mendapat gelar Maha Guru, karena menjadi pembimbing para raja di tanah Sunda untuk memeluk Agama Islam.
Keturunan Nabi Muhammad SAW
Selain itu, Syekh Nurjati juga disebut sebagai keturunan ke-17 dari Nabi Muhammad SAW dan juga saudara sepupu dari Syekh Siti Jenar.
Menurut sejumlah sumber, sisilahnya tersusun dari sang ayah, Syekh Datuk Ahmad yang berayahkan Abdul Khadir Kaelani yang merupakan putra dari Amir Abdullah Khanudin, keturunan Nabi Muhammad SAW generasi ke tujuh belas dari jalur Zaenal Abidin.
Silsilah sepupu dari Syekh Siti Jenar berangkat dari Syekh Datuk Sholeh yang merupakan adik dari sang ayah, Syekh Datuk Ahmad.
Hingga akhir hayatnya, Syekh Nurjati dimakamkan di wilayah Amparan Jati dan menjadi salah satu situs bersejarah yang sering diziarahi.