Fakta Unik Siraman Gong Sekaten, Prosesi Memandikan Gamelan Berusia 600 Tahun di Keraton Kanoman Cirebon
Warga sekitar berebut air cucian dari gamelan tersebut.
Warga sekitar berebut air cucian dari gamelan tersebut.
Fakta Unik Siraman Gong Sekaten, Prosesi Memandikan Gamelan Berusia 600 Tahun di Keraton Kanoman Cirebon
Keraton Kanoman di Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat, tengah bersiap menyambut puncak Maulid Nabi Muhammad SAW, yang jatuh pada 28 September mendatang.
-
Kapan tradisi Gamelan Sekaten dilakukan? Dikutip dari Indonesia.travel.id, Alunan Gamelan yang berada di sekitar area Keraton Kasepuhan Cirebon, menjadi penanda bahwa umat Muslim di Cirebon merayakan hari kemenangan.
-
Bagaimana tradisi kupatan di Serang dilakukan? Ketupat kemudian dibelah dan dibagikan kepada warga yang sudah hadir di dalam masjid. Masyarakat akan bersama-sama memakan sajian tersebut untuk memeriahkan peringatan Isra Miraj, sekaligus merekatkan tali silaturahmi antar warga.
-
Kapan tradisi kupatan di Serang? Tradisi ini biasanya hadir saat Isra Miraj dan diikuti oleh segenap masyarakat di wilayah pedesaan.
-
Dimana tradisi kupatan dilakukan di Serang? Mengutip kanal YouTube Jaman Bengen, tradisi Rajaban atau kupatan ini menjadi acara yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Serang dan sekitarnya.
-
Bagaimana cara Festival Kedawung Ngesti Luhung melestarikan budaya Cirebon? “Kami berusaha untuk menyeimbangkan antara globalisasi dan modernisasi dan itu bisa tertanam dengan adanya kearifan lokal,“ katanya .
-
Kapan tradisi Senenan dan Setonan dilakukan? Dalam lukisan itu, pelukis merekonstruksikan tradisi khas Mataraman setiap hari Senin dan Sabtu yang disebut 'Senenan dan Setonan'.
Di sana terdapat ragam prosesi untuk menyambut puncak Maulid Nabi Muhammad SAW, salah satu yang menarik adalah tradisi memandikan gamelan tua berusia kurang lebih 600 tahun.
Dalam acara yang dilaksanakan pada Minggu (24/9) itu ratusan warga setempat memadati area keraton yang dijadikan tempat untuk memandikan gamelan.
Yang menarik, air cucian dari gamelan menjadi buruan warga yang hadir. Berikut fakta-faktanya.
Pencucian Menggunakan Bahan Alami
Mengutip ANTARA, Senin (25/9), selain alat musik gamelan, sejumlah benda pusakan juga dicuci dalam prosesi tersebut.
Terlihat abdi dalem keraton yang dipimpin oleh Pangeran Patih Raja Muhammad Qodiran mewakili Sultan Kanoman Sultan Raja Muhammad Emirudin, bergantian membersihkan alat-alat bersejarah itu menggunakan air dengan campuran bahan alami.
Bahan-bahan yang digunakan ialah batu bata tumbuk yang dicampur dengan fermentasi air kelapa muda. Lalu ada disiapkan juga air bunga serta asam Jawa dan jeruk nipis.
Berusia 6 Abad
Gamelan tersebut sudah ada sejak 600 tahun silam dan disebut merupakan peninggalan dari Sunan Gunung Jati.
Menurut juru bicara keraton, Ratu Arimbi, pencucian dilakukan di dalam Langgar Keraton Kanoman.
Setelah disucikan, gamelan akan ditabuh oleh para nayaga yang merupakan orang terpilih, sekaligus keturunan dari para penabuh-penabuh sebelumnya.
Tidak Rusak Walau Sudah Berusia 6 Abad
Yang menarik dari acara tersebut adalah gamelannya yang masih tetap kokoh walau berusia 6 abad.
Alat musik itu juga masih bisa dipukul dengan baik, dan menghasilkan suara yang merdu.
"Gong Sekaten ini sudah ada sejak masa Sunan Gunung Jati. Kami terus menjaga tradisi turun temurun ini supaya tetap lestari," kata Ratu Arimbi.
Air Bekas Cucian Jadi Rebutan.
Selain berbondong-bondong ingin menyaksikan, banyak warga yang hadir juga berebut air bekas cucian gamelan dan pusaka tersebut.
Dikutip dari Liputan6, air ada yang digunakan untuk dipakai sendiri, dan ada juga yang diberikan ke lahan pertanian. Menurut warga, air tersebut dianggap berkah lantaran mengandung doa yang baik.
"Momen keluarnya Gong Sekaten menjadi salah satu kesempatan bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya untuk menyaksikan secara langsung bagaimana wujud rupa gamelan pusaka yang hanya muncul sekali dalam setahun itu," jelas Ratu Arimbi.
Sebagai Media Dakwah
Gamelan bernama Sekati ini pernah jadi media penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati.
Dulunya gamelan digunakan untuk memperkenalkan agama Islam kepada masyarakat di Cirebon.
Menurut sejarah, barangsiapa yang ingin menyaksikan dan menikmati lantunan merdu dari gamelan harus membaca dua kalimat syahadat sebagai syaratnya.