Mengulik Mantu Kucing, Tradisi Unik Memohon Turunnya Hujan saat Kemarau di Pacitan
Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Tradisi Mantu Kucing dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Pacitan, Jawa Timur sejak 1960-an.
Mengenal Tradisi Mantu Kucing Masyarakat Pacitan, Tradisi Memohon Turunnya Hujan
Masyarakat Jawa dan Tradisi
Suku Jawa memiliki berbagai tradisi yang masih kental dan dianggap oleh masyarakatnya sebagai sesuatu yang sakral.
Tradisi yang dimiliki merupakan suatu kegiatan dari gagasan, simbol, serta nilai yang mengungkapkan perilaku manusia.
Sama halnya dengan Tradisi Mantu Kucing yang dilakukan oleh masyarakat di Dusun Njati, Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur sejak 1960-an silam.
-
Bagaimana ritual memanggil hujan? Dipercaya mengarak kucing, binatang yang secara tradisional tidak menyukai air, akan memikat para dewa hujan untuk mendatangkan hujan yang penting bagi tanaman dan hidup mereka.
-
Bagaimana cara memohon hujan? Mengutip NU Online, berikut kami merangkum kumpulan doa minta hujan dan artinya, bisa Anda diamalkan.
-
Gimana cara minta hujan? Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk meminta hujan. Salah satunya bahkan disebut sebagai sunnah saat kekeringan.
-
Mengapa masyarakat Tegal menggunakan Tari Sintren untuk meminta hujan? Banyak yang yakin, sintren dekat dengan unsur magis. Kesenian ini menjadi bagian dari ikhtiar kepada Tuhan saat terjadi bencana kekeringan.
-
Mengapa masyarakat Tuban melakukan tradisi Menahan Hujan? Tradisi Menahan Hujan merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Mulyoagung, Kecamatan Singgahan, Kabupaten Tuban. Tradisi ini diselenggarakan oleh masyarakat ketika sedang menggelar acara hajatan untuk mencegah turunnya hujan saat hajatan berlangsung.
-
Bagaimana cara meminta hujan? Doa minta hujan juga disebut dengan doa istiqa. Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca sebanyak mungkin saat musim kemarau, di mana intensitas hujan semakin berkurang bahkan tidak ada hujan sama sekali.
Tradisi Mantu Kucing
Mengutip dari jurnal Esensi Tradisi Mantu Kucing di Kabupaten Pacitan (Perspektif Nilai-nilai Al-Islam Kemuhammadiyahan) yang ditulis oleh Efi Tri Astuti, dkk., Tradisi Mantu Kucing merupakan upacara adat yang dilakukan dalam rangka memohon turunnya hujan di tengah kemarau Panjang.
Masyarakat Desa Purworejo menganggap bahwa Tradisi Mantu Kucing bukan hanya sekadar warisan, tetapi juga tradisi yang dilakukan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat sekitar dan menghilangkan kesusahan.
Tradisi ini didasari sejarah leluhur yang mengatakan bahwa tradisi harus dijalankan agar bencana kemarau panjang yang melanda desa akan segera berakhir.
Pelaksanaan tradisi dilakukan sekali dalam satu tahun ketika musim kemarau sedang melanda dan melibatkan seluruh masyarakat desa setempat.
(Foto : istockphoto)
Proses Tradisi Mantu Kucing diadakan selayaknya prosesi pernikahan sepasang manusia, seperti arak-arakan atau rombongannya.
Namun, tradisi dilakukan dengan menikahkan dua ekor kucing, yaitu kucing betina yang masih perawan dengan kucing jantan yang masih perjaka.
Dalam pelaksanaannya, masyarakat akan memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar musibak kemarau panjang segera berakhir dan hujan akan segera turun.
Terdapat makna kehidupan yang terkandung dalam tradisi ini, yaitu anggapan sebagai suatu nilai budaya yang dapat membawa keberuntungan.
(Foto : istockphoto)
Awalnya, Tradisi Mantu Kucing dianggap sebagai sebuah upacara sakral yang dilakukan oleh Masyarakat di Dusun Njati, Desa Purworejo.
Hingga saat ini, masyarakat tetap menjalankan rangkaian Tradisi Mantu Kucing.
Namun, kini tradisi ini tidak dianggap sepenuhnya sebagai suatu upacara adat, melainkan sebagai suatu warisan budaya kategori tak benda yang wajib untuk dilestarikan.
Selain itu, pergeseran makna ini juga dilakukan untuk mengikis tindakan yang dianggap dapat mengarahkan kehidupan pada perbuatan syirik.