Melihat Prosesi Udhik-Udhik, Jadi Pembuka Rangkaian Peringatan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta
Mengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.
Sebentar lagi Keraton Yogyakarta akan menggelar acara besar yaitu Grebeg Mulud dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mengawali acara besar tersebut, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik.
Dikutip dari akun Instagram @humasjogja, prosesi udhik-udhik merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu masyarakat. Dalam prosesi ini, lima putri Raja Keraton Yogyakarta yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara menyebarkan uang logam dengan nominal lima ratus rupiah.
-
Bagaimana tradisi Maulid Nabi di Kudus? Gunungan ini kemudian diarak dalam kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka agama Islam. Setelahnya, isi dari gunungan tersebut dibagikan kepada warga setempat.
-
Siapa yang memulai peringatan Maulid Nabi? Peringatan Maulid Nabi pertama kali tercatat dalam sejarah pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir, di bawah kepemimpinan Abu Tamim Mu'izzuddin atau Al-Muiz Lidinillah.
-
Apa tradisi unik di Banyuwangi untuk merayakan Maulid Nabi? Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi unik untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mereka melakukan arak-arakan telur yang digantung pada pohon pisang. Telur ini dihias menggunakan bungkus warna-warni sehingga tampak memikat.
-
Bagaimana ritual Mubeng Benteng di Yogyakarta dilakukan? Para peserta mengelilingi kompleks Keraton Yogyakarta tanpa bicara atau bersuara, makan, dan minum.
-
Kapan peringatan Maulid Nabi pertama kali? Peringatan Maulid Nabi pertama kali tercatat dalam sejarah pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir, di bawah kepemimpinan Abu Tamim Mu'izzuddin atau Al-Muiz Lidinillah.
-
Apa itu Upacara Memayu? Upacara Memayu merupakan upacara yang secara rutin diadakan oleh masyarakat Cirebon.
Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar. Mereka memenuhi pelataran Keraton Yogyakarta untuk saling berebut uang logam tersebut.
Berikut selengkapnya:
Prosesi Pembagian Udhik-Udhik
Dikutip dari akun Instagram @humasjogja, prosesi pembagian udhik-udhik dimulai setelah keluarga keraton, dalam hal ini para putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, tiba di lokasi acara. Setiba di keraton, mereka membagikan udhik-udhik kepada para abdi dalem yang berada di dalam bangsal.
Setelah itu, uang logam tersebut disebarkan pada warga dan wisatawan yang sangat antusias menunggu momen-momen itu. Putri-putri Sri Sultan HB X itu membagikan udhik-udhik hingga habis tak tersisa.
Dalam foto-foto yang dibagikan melalui Instagram, baik warga maupun wisatawan memadati bagian luar pagar Bangsal Pancatini. Mereka saling berebut untuk mendapatkan uang logam tersebut.
Prosesi Miyos Gangsa
Tepat pukul sebelas malam, dua perangkat gamelan sekati, yaitu Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga, dikeluarkan dari Keraton Yogyakarta. Dengan dikawal beberapa prajurit, kedua gamelan itu dibawa menuju Masjid Gedhe. Prosesi ini dikenal dengan nama Miyos Gangsa, yang merupakan tanda awal berlangsungnya sekaten.
Kedua gamelan milik Keraton Yogyakarta ini selanjutnya ditempatkan di Pageongan Masjid Gedhe dan ditabuh selama satu minggu kecuali hari Kamis malam hingga Jumat siang. Rentan waktu satu minggu ini disebut sebagai Sekaten. Selama waktu Sekaten, pihak Keraton menggelar pengajian setelah Ashar dan Isya’ di Masjid Gedhe yang terbuka untuk umum.
Penutupan Sekaten
Setelah satu minggu berakhir, acara dilanjutkan dengan prosesi Kondur Gangsa. Rencananya prosesi ini akan dilaksanakan pada Minggu malam (15/9). Dalam prosesi ini pembagian udhik-udhik kembali digelar. Namun berbeda dengan prosesi pertama yang dilakukan oleh putri-putri sultan, pembagian udhik-udhik dalam prosesi Kondur Gangsa akan dilakukan langsung oleh Sri Sultan HB X. Prosesi ini juga terbuka bagi masyarakat umum.
Dikutip dari Jogjaprov.go.id, prosesi ini merupakan simbol seorang Raja yang selalu berusaha mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan pengembalian dua gamelan milik Keraton kembali ke tempat asalnya. Dengan kembalinya gamelan itu, upacara Sekaten dinyatakan selesai. Acara kemudian dilanjutkan dengan Hajad Dalem Garebeg Mulud dan Bedhol Songsong Pementasan Wayang Kulit.