Melihat Prosesi Udhik-Udhik, Jadi Pembuka Rangkaian Peringatan Maulid Nabi di Keraton Yogyakarta
Mengawali acara besar Grebeg Mulud, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik. Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar.

Sebentar lagi Keraton Yogyakarta akan menggelar acara besar yaitu Grebeg Mulud dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Mengawali acara besar tersebut, Keraton Yogyakarta melakukan tradisi menyebar udhik-udhik.
Dikutip dari akun Instagram @humasjogja, prosesi udhik-udhik merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu masyarakat. Dalam prosesi ini, lima putri Raja Keraton Yogyakarta yaitu GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara menyebarkan uang logam dengan nominal lima ratus rupiah.
Animo masyarakat untuk mengikuti prosesi ini cukup besar. Mereka memenuhi pelataran Keraton Yogyakarta untuk saling berebut uang logam tersebut.
Berikut selengkapnya:
Prosesi Pembagian Udhik-Udhik

Dikutip dari akun Instagram @humasjogja, prosesi pembagian udhik-udhik dimulai setelah keluarga keraton, dalam hal ini para putri Sri Sultan Hamengkubuwono X, tiba di lokasi acara. Setiba di keraton, mereka membagikan udhik-udhik kepada para abdi dalem yang berada di dalam bangsal.
Setelah itu, uang logam tersebut disebarkan pada warga dan wisatawan yang sangat antusias menunggu momen-momen itu. Putri-putri Sri Sultan HB X itu membagikan udhik-udhik hingga habis tak tersisa.
Dalam foto-foto yang dibagikan melalui Instagram, baik warga maupun wisatawan memadati bagian luar pagar Bangsal Pancatini. Mereka saling berebut untuk mendapatkan uang logam tersebut.
Prosesi Miyos Gangsa

Tepat pukul sebelas malam, dua perangkat gamelan sekati, yaitu Kanjeng Kiai Gunturmadu dan Kanjeng Kiai Nagawilaga, dikeluarkan dari Keraton Yogyakarta. Dengan dikawal beberapa prajurit, kedua gamelan itu dibawa menuju Masjid Gedhe. Prosesi ini dikenal dengan nama Miyos Gangsa, yang merupakan tanda awal berlangsungnya sekaten.
Kedua gamelan milik Keraton Yogyakarta ini selanjutnya ditempatkan di Pageongan Masjid Gedhe dan ditabuh selama satu minggu kecuali hari Kamis malam hingga Jumat siang. Rentan waktu satu minggu ini disebut sebagai Sekaten. Selama waktu Sekaten, pihak Keraton menggelar pengajian setelah Ashar dan Isya’ di Masjid Gedhe yang terbuka untuk umum.
Penutupan Sekaten

Setelah satu minggu berakhir, acara dilanjutkan dengan prosesi Kondur Gangsa. Rencananya prosesi ini akan dilaksanakan pada Minggu malam (15/9). Dalam prosesi ini pembagian udhik-udhik kembali digelar. Namun berbeda dengan prosesi pertama yang dilakukan oleh putri-putri sultan, pembagian udhik-udhik dalam prosesi Kondur Gangsa akan dilakukan langsung oleh Sri Sultan HB X. Prosesi ini juga terbuka bagi masyarakat umum.
Dikutip dari Jogjaprov.go.id, prosesi ini merupakan simbol seorang Raja yang selalu berusaha mengayomi dan menyejahterakan rakyatnya. Setelah itu, prosesi dilanjutkan dengan pengembalian dua gamelan milik Keraton kembali ke tempat asalnya. Dengan kembalinya gamelan itu, upacara Sekaten dinyatakan selesai. Acara kemudian dilanjutkan dengan Hajad Dalem Garebeg Mulud dan Bedhol Songsong Pementasan Wayang Kulit.