Mengenal Upacara Adat Bekakak, Tradisi untuk Mengenang Kesetiaan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
Upacara yang digelar tiap bulan Sapar itu digelar untuk menjaga nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun.
Upacara yang digelar tiap bulan Sapar itu digelar untuk menjaga nilai-nilai budaya yang diwariskan turun-temurun.
Mengenal Upacara Adat Bekakak, Tradisi untuk Mengenang Kesetiaan Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
Di Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Sleman, terdapat sebuah upacara tradisional yang cukup unik bernama bekakak. Upacara ini dilaksanakan pada hari Jumat bulan Sapar. Upacara ini juga disebut Saparan karena pelaksanaannya selalu jatuh pada bulan Sapar dalam perhitungan kalender Jawa.
-
Apa itu Upacara Bekarang Iwak? Melansir dari jurnal 'Tinjauan Historis Bekarang: Warisan Budaya untuk Alam di Kecamatan Kikim Timur, Kabupaten Lahat', upacara Bekarang Iwak merupakan tradisi menangkap ikan menggunakan peralatan tradisional pada waktu tertentu.
-
Dimana Upacara Bekarang Iwak dilakukan? Salah satu daerah yang masih melaksanakan tradisi ini secara rutin yaitu berada di Kecamatan Kikim Timur, tepatnya Desa Gelumbang dan Desa Gunung Kembang.
-
Apa itu tradisi Bebehas? Salah satu tradisi di Muara Enim adalah bebehas, yakni kegiatan mengumpulkan beras yang dulunya dilakukan ketika sebuah keluarga mengadakan hajat, atau acara pernikahan yang disebut Ngantenkan.
-
Apa ritual adat Seblang Bakungan? Seblang Bakungan dikenal sebagai ritual tarian yang dibawakan oleh wanita berumur dalam kondisi trans atau kehilangan kesadaran.
-
Kenapa tradisi Bebehas dilakukan? Dari tahap awal sampai akhir, tradisi ini melibatkan orang banyak alias dikerjakan secara bergotong-royong dan dilaksanakan dengan penuh suka cita dan rasa ikhlas.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
Dilansir dari Liputan6.com, bekakak merupakan sebuah ritual budaya asli Jawa yang bertujuan untuk mengenang kesetiaan sepasang abdi dalem kesayangan Sri Sultan Hamengkubuwono I bernama Kyai Wirasuta dan Nyai Wirasuta.
Upacara ini biasanya digelar sore hari pada pukul 15.00-18.00 berupa arak-arakan boneka bekakak. Pembuatan boneka bekakak dilakukan secara bergilir dari masing-masing dusun. Sebelum dibawa ke pesanggrahan, bekakak diarak mengelilingi wilayah Ambarketawang.
Arak-arakan itu disertai dengan kirab budaya. Di antara iring-iringan kirab budaya itu adalah barisan prajurit, kesenian jathilan, reog Ponorogo, gunungan yang berisi sayuran dan buah-buahan, serta boneka ogoh-ogoh yang berukuran sangat besar menyerupai raksasa.
Setelah dibawa berkeliling, boneka Bekakak dibawa ke pesanggrahan Gunung Gamping. Di sana boneka dikeluarkan dan disembelih oleh pemerintah setempat. Setelah upacara penyembelihan selesai, boneka bekakak dibagikan kepada pengunjung.
Dilansir dari budaya-indonesia.org, upacara adat bekakak sudah berlangsung sejak masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I, tepatnya antara tahun 1755 hingga 1792. Ritual ini digelar sebagai bentuk permohonan keselamatan warga Gamping.
Bekakak sendiri artinya korban penyembelihan manusia atau hewan. Hanya saja bekakak yang disembelih zaman sekarang hanyalah tepung ketan yang dibentuk seperti pengantin laki-laki dan perempuan yang sedang duduk bersila.
Sebelum diarak untuk disembelih, pada malam sebelumnya diadakan upacara midodareni layaknya pengantin sejati. Menurut kepercayaan masyarakat setempat, pada malam menjelang perkimpoian para bidadari turun ke bumi untuk memberi restu. Orang-orang rela begadang demi menyambut kedatangan para bidadari itu.