Dibangun pada Abad ke-19, Ini Potret Klasik Rumah Adik Sri Sultan HB X yang Kental Nuansa Tradisional Jawa
Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Dibangun pada Abad ke-19, Ini Potret Klasik Rumah Adik Sri Sultan HB X yang Kental Nuansa Tradisional Jawa
Dalem Yudonegaran beralamat di Jl. Ibu Ruswo, No. 35 Yogyakarta. Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
-
Apa ciri khas rumah jadul modern ala Jawa? Atap limasan atau atap bergaya Jawa memberikan sentuhan budaya yang khas. Dinding putih dengan fondasi berbatu mempertahankan penampilan klasik, sementara jendela geser besar di bagian depan rumah menambahkan gaya modern. Menggunakan kusen jendela dari kayu akan menyatukan keseluruhan desain dengan harmonis.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik Rumah Bersejarah itu? Saat itu pemilik rumah tersebut adalah Raden Mas Ari Sumarmo Sastro Dimulyo.
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Bagaimana konstruksi rumah adat Julang Ngapak? Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung. Dibuat dengan kayu Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu.
-
Dimana rumah klasik dengan nuansa Bali ditemukan? Pada bentuk atap runcing di ujung atas juga sangat mencerminkan rumah-rumah khas Bali.
Sebelumnya bangunan tersebut ditempati oleh GKR. Dewi, puteri Sri Sultan HB VII dan GKR Kencono.
Pada saat ini, Dalem Yudonegaran ditempati oleh GBPH H. Yudaningrat, putera Sri Sultan HB IX dengan KRAy Hastungkoro.
Dia tak lain adalah adik dari Sri Sultan HB X, Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan juga Raja Keraton Yogyakarta saat ini.
Bangunan itu memiliki luas 2.000 meter persegi dengan tanahnya memiliki luas 8.000 meter persegi. Sejak didirikan, bangunan itu memang telah dipergunakan sebagai tempat tinggal.
Dalam perkembangannya, bangunan gandok belakang dipergunakan sebagai tempat indekos, bangunan depan sisi timur digunakan sebagai sekolah Asisten Apoteker, dan bagian depannya digunakan sebagai sekretariat PORDASI (Perkumpulan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia).
Bangunan tradisional itu pernah dipergunakan untuk kampus Fakultas Sastra UGM sampai tahun 1960-an.
Bangunan utamanya menghadap ke arah selatan. Hal ini sesuai dengan kosmologis kraton yang biasanya membuat bangunan menghadap ke arah utara atau selatan.
Di sana terdapat bangunan kuncungan, pendopo, dan pringgitan yang menjadi satu kesatuan.
Dari pringgitan ke bagian dalem utama terdapat ruangan terbuka yang dibatasi dinding dengan tiga pintu di mana salah satu pintunya dibuka dengan cara diangkat ke atas.
Bagian dalem mempunyai tiga ruang yang disebut senthong yang di dalamnya berisi pendaringan, song-song, tombak, dan patung loro blonyo.
Di depan senthong tengah terdapat seperangkat gamelan lengkap. Senthong kanan dan kiri berfungsi sebagai kamar tidur yang digunakan hanya pada saat upacara adat.
Sementara bagian Barat dalem terdapat rumah berbentuk limasan dengan empat ruangan. Pada bangunan tersebut terdapat doorlop yang menghubungkan dengan gandok barat.
Di area Dalem Yudonegaran terdapat beberapa kereta kuda koleksi GBPH Yudaningrat. Salah satu kereta kuda itu bernama Paulina. Namanya diambil dari seorang Miss Youniverse bernama Paulina.