Bentengnya Masih Berupa Pagar Kayu, Begini Penampakan Lukisan Benteng Baluwarti pada Abad ke-18
Pagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Pagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Bentengnya Masih Berupa Pagar Kayu, Begini Penampakan Lukisan Benteng Baluwarti pada Abad ke-18
Benteng Baluwarti merupakan benteng yang membatasi area Keraton Yogyakarta dengan wilayah di luarnya. Namanya berasal dari bahasa Portugis “Baluarte” yang artinya benteng.
-
Bagaimana bentuk benteng ini? Benteng Redoute de Baros memiliki bentuk persegi dengan bastion di sudut utara dan selatan. Bastion tersebut berbentuk setengah lingkaran.
-
Bagaimana bentuk benteng itu? 'Eksplorasi arkeologi mengungkap keberadaan (kira-kira 14,4 kilometer) tembok benteng yang sampai sekarang tidak diketahui, (sekitar 5 kilometer) di antaranya merupakan bagian dari jaringan luar yang mengelilingi kawasan oase,' kata para arkeolog.
-
Dimana letak benteng kuno itu? Khaybar berada di bagian barat Arab Saudi.
-
Kapan benteng itu dibangun? Arkeolog mengatakan benteng ini dibangun antara tahun 2250 SM dan 1950 SM, dan mereka memperkirakan benteng ini digunakan setidaknya selama empat abad, sampai sekitar tahun 1626 dan 1542 SM.
-
Bagaimana desain arsitektur benteng ini? Benteng ini dirancang untuk melindungi perbatasan barat laut dari serangan suku-suku Libya dan Orang-Orang Laut, sekumpulan suku yang mengobarkan perang di Mediterania Timur di Zaman Perunggu Akhir.
-
Kapan benteng dibangun? Ugarkovic mengatakan, benteng tersebut terkenal karena bentuk L-nya yang mengesankan. Ruas yang lebih panjang terlihat lebih asimetris, sedangkan ruas yang lebih pendek terdiri dari lima formasi persegi panjang. Struktur tertingginya kira-kira 3 meter. Berdasarkan catatan sejarah, pada abad keempat SM, orang-orang Yunani mulai mendirikan koloni di tempat yang sekarang disebut Kroasia.
Benteng ini dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I dan selesai pada masa pemerintahan Sri Sultan HB II.
Dulu benteng ini masih berupa pagar kayu. Hal itu terlihat dari sebuah lukisan sketsa berjudul “De kraton te Djocja (Mataram) yang dibuat oleh Jan Brandes yang kemudian diselesaikan oleh A. de Nelly pada periode tahun 1779-1785.
Dalam lukisan sketsa itu diperlihatkan kalau benteng Baluwarti masih berupa pagar kayu. Pagelaran dan Sitihinggil telah terbentuk walau masih sederhana.
Paling kiri adalah kandang harimau yang secara tradisi memang terletak di sebelah timur keraton. Sementara gambar paling kanan kemungkinan merupakan cikal bakal Tamansari.
Mengutip Facebook Sejarah Jogyakarta, teknologi foto sendiri baru ada pada tahun 1845, sekitar 100 tahun sebelum lukisan ini dibuat.
Maka bisa dibilang lukisan inilah yang paling representatif untuk menggambarkan suasana Keraton Yogyakarta pada masanya.
Pada foto itu tampak bahwa area keraton cukup luas dengan dikelilingi pagar. Para pengawalnya memakai sarung dan membawa keris serta tombak dan kuluk.
Tampak di bagian belakang sedang digelar sebuah upacara pada sebuah bangunan pagelaran yang tampak sederhana.
Mengutip Jogjakota.go.id, saat ini, di Benteng Baluwarti digunakan sebagai salah satu tempat untuk melaksanakan kegiatan tradisi Malam 1 Suro di keraton Ngayogyakarta. Pada Malam 1 Suro dilaksanakan upacara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng Baluwarti keraton Ngayogyakarta Hadiningratyang diikuti oleh ribuan warga Yogyakarta dan sekitarnya.
Selama melakukan ritual mubeng beteng tidak diperkenankan untuk berbicara seperti halnya orang sedang bertapa. Inilah yang dikenal dengan istilah tapa mbisu mubeng beteng.