Sri Sultan Hamengku Buwono I Pindah ke Yogyakarta 7 Oktober 1756, Berikut Sejarahnya
Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta.
Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan sekaligus menjabat sebagai raja pertama yang memerintah dari tahun 1755 hingga 1792.
Sri Sultan Hamengku Buwono I Pindah ke Yogyakarta 7 Oktober 1756, Berikut Sejarahnya
Sri Sultan Hamengku Buwono I adalah pelopor dalam berdirinya Kesultanan Yogyakarta dan sekaligus menjabat sebagai raja pertama yang memerintah dari tahun 1755 hingga 1792.
Pria yang lahir dengan nama Raden Mas Sujana ini setelah menginjak usia dewasa mulai memiliki gelar sebagai Putra Mangkubumi.
Raden Mas Sujana adalah putra dari Raja Kasunan Kartasura yang bernama Amangkurat IV. Dia merupakan raja yang paling adidaya di zamannya dari keluarga Mataram sejak Sultan Agung.
-
Kapan Hamengku Buwono I dilantik menjadi Sultan? Melalui berbagai proses dan perundingan, terutama setelah Perjanjian Giyanti pada tahun 1755, Raden Mas Sujana diangkat sebagai Sultan pertama Kesultanan Yogyakarta dengan gelar Hamengku Buwono I.
-
Kapan Sultan HB II dibawa ke Semarang? Sebagai contoh, pada saat Sultan HB II hendak menjalani hukuman pengasingan karena menentang Inggris pada peristiwa Geger Sepoy, ia diperintahkan untuk dibawa ke Semarang yang saat itu menjadi pusat militer kolonial wilayah Jawa.
-
Apa yang dilakukan Hamengku Buwono I untuk menjaga keamanan Yogyakarta? Dalam menentukan posisi Keraton Yogyakarta, menurut catatan itu, beliau mempertimbangkan letak dan keadaan lahan agar berpotensi menyejahterakan dan memberi keamanan untuk penduduk Yogyakarta.
-
Kenapa Sultan HB II dibawa ke Semarang? Sebagai contoh, pada saat Sultan HB II hendak menjalani hukuman pengasingan karena menentang Inggris pada peristiwa Geger Sepoy, ia diperintahkan untuk dibawa ke Semarang yang saat itu menjadi pusat militer kolonial wilayah Jawa.
-
Bagaimana Sultan HB II dibawa ke Semarang? Maka pada 3 Juli 1812, Sultan HB X dibawa meninggalkan Keraton Yogyakarta menggunakan tandu kajang beratap nipah, yang merupakan sumbangan Tan Jin Sing kepada Residen Crawfurd.
-
Dimana Hamengku Buwono I lahir? Lahir di lingkungan keraton Mataram, beliau tumbuh dalam atmosfer politik dan budaya yang kental dengan tradisi Jawa.
Tepat hari ini, 7 Oktober pada 1756Sri Sultan Hamengku Buwono I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta. Seiring berjalannya waktu, nama Yogyakarta sebagai ibukota kerajaannya menjadi lebih populer. Berikut sejarah singkat mengenai perpindahan Sri Sultan Hamengku Buwono I yang merdeka.com lansir dari jogjaprov.go.id dan sumber lainnya:
Profil Singkat Sri Sultan Hamengku Buwono I
Sri Sultan Hamengku Buwono I, yang dikenal juga sebagai Pangeran Mangkubumi, lahir pada tanggal 5 Agustus 1717 dengan nama Bendara Raden Mas (BRM) Sujono. Beliau adalah putra Sunan Amangkurat IV melalui garwa selir yang bernama Mas Ayu Tejawati.
Sedari kecil, BRM Sujono dikenal cakap dalam olah keprajuritan. Beliau mahir berkuda dan bermain senjata. Selain itu, beliau juga dikenal sangat taat beribadah sembari tetap menjunjung tinggi nilai-nilai luhur Budaya Jawa.
Berkat kecakapan yang dimiliki, beliau diangkat menjadi Pangeran Lurah, yaitu pangeran yang dituakan di antara para putera raja, ketika paman beliau yang bernama Mangkubumi meninggal pada tanggal 27 November 1730.
Sri Sultan Hamengku Buwono I Pindah dari Kebanaran Menuju Yogyakarta
Kelurahan Suryodiningratan adalah bagian dari wilayah kecamatan Mantrijeron, Kota Yogya. Berdirinya Kota Yogyakarta mendasarkan pada sejarah Keraton Yogyakarta. Pada tanggal 13 Februari 1755 dilakukan penandatanganan naskah Perjanjian Giyanti yang mengakui Mangkubumi sebagai Sri Sultan Hamengku Buwono I.
Kemudian pada bulan April 1755, Sultan HB I membangun Kraton Yogyakarta. Pada 7 Oktober 1756, Sultan HB I pindah dari Kebanaran menuju Yogyakarta. Setelah itu, nama Yogyakarya sebagai ibu kota kerajaannya menjadi lebih populer.
Kerajaan yang dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I kemudian lebih dikenal sebagai Kasultanan Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta adalah pusat pemerintahan sekaligus kediaman raja dan keluarga kerajaan. Guna menjalankan kedua fungsi tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai. Maka dari itu, Keraton Yogyakarta memiliki Abdi Dalem yang mempunyai tugas-tugas tertentu.
Kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono I
Dalam Babad Nitik Ngayogya, kebijaksanaan dan kearifan Sri Sultan Hamengku Buwono Idigambarkan dengan jelas. Disebutkan juga kecerdasan beliau terkait ilmu tata kota dan arsitektur. Dalam catatan tersebut beliau mempertimbangkan letak dan keadaan lahan yang berpotensi menyejahterakan dan memberi keamanan untuk penduduk Yogyakarta ketika menentukan posisi Keraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta yang berdiri kokoh hingga saat ini berada pada posisi yang sangat strategis. Batas-batas alam berupa Kali Code di sebelah timur dan Kali Winongo di sebelah barat. Di sebelah utara dibatasi oleh Gunung Merapi, sementara di selatan berbatasan dengan pantai Laut Selatan.
Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.