Keunikan Kertas Daluang, Dulu Jadi Media Tulis Masyarakat Yogyakarta
Pemanfaatan kertas ini sudah berkembang di era pra-Islam
Pemanfaatan kertas ini sudah berkembang di era pra-Islam
Keunikan Kertas Daluang, Dulu Jadi Media Tulis Masyarakat Yogyakarta
Kertas Daulang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu atau pohon saeh. Masyarakat Yogyakarta memanfaatkan kertas itu sebagai media tulis kuno untuk menuliskan naskah-naskah lama.
-
Apa itu daluang? Daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu (Jawa) atau pohon saeh (Sunda).
-
Di mana daluang digunakan? Kertas daluang digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari di lingkungan pesantren dan kebutuhan administrasi pemerintah lokal.
-
Bagaimana cara membuat daluang? Selembar daluang berukuran 50 cm x 40 cm membutuhkan waktu pembuatan nyaris sepekan.
-
Dimana gulungan naskah kuno ditemukan? Salah satu gulungan paling menarik dan misterius yang ditemukan di Gurun Yudea adalah gulungan yang disebut 'Horoskop', yang menjelaskan praktik astrologi dan mistisisme kuno, membuat para sejarawan dan arkeolog penasaran.
-
Mengapa daluang penting? Daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara.
-
Di mana dadar gulung Jawa Tengah bisa ditemukan? Dadar gulung adalah sejenis hidangan kuliner Indonesia yang terkenal karena cita rasanya yang lezat dan khas.
Dilansir dari Liputan6, beberapa wilayah di Nusantara memang memanfaatkan daulang sebagai sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis. Hal itu juga terjadi pada masa pra-Islam yang tak hanya memanfaatkan duluang sebagai media tulis, tetapi juga bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan.
Dikutip dari Kebudayaan.jogjakota.go.id, nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrifera vent, yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan nama paper mulberry. Bagian dari pohon yang digunakan sebagai alat tulis adalah kulitnya.
Selain sebagai media alat tulis, kulit pohon ini juga digunakan sebagai media lukis. Kertas yang dihasilkan dari daluang cukup kuat dan tahan lama.
Sementara itu, pemanfaatan daluang sebagai media tulis naskah-naskah lama dapat dilihat di Museum Sonobudoyo. Selain itu ada juga koleksi Wayang Beber di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.
Wayang Beber merupakan lembaran-lembaran kertas yang bergambar tokoh-tokoh atau adegan dalam cerita wayang. Wayang ini dimainkan dengan cara membuka lembaran-lembaran kertas pada wayang secara berurutan sesuai dengan adegan yang tergambar dalam cerita wayang.
Untuk membuat kertas dari daluang, dibutuhkan waktu sekitar tujuh atau delapan hari. Pembuatan kertas daluang dimulai dengan memotong dan mengupas kulit terluar maupun kulit lapisan kedua dari batang pohon, sedangkan lapisan ketiga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas daluang.
Selanjutnya, batang pohon yang telah dikupas kemudian direndam sekitar dua hari. Selanjutnya adalah proses fermentasi tanpa tambahan apapun menggunakan daun pisang selama tiga hingga lima hari.
Setelah itu batang ditempa hingga berbentuk pipih menggunakan kuningan yang beralas kayu. Semakin lama dipukul, batang kayu akan semakin lebar dan tipis.
Pada proses ini, pembuatan kertas daluang juga bisa menyesuaikan ketebalan kertas yang diinginkan. Lembaran kayu yang telah menjadi kertas kemudian diangin-anginkan hingga kering lalu digosok menggunakan batu halus agar menghasilkan kertas dengan kualitas yang bagus.
Dilansir dari Liputan6, pemanfaatan daluang sebagai media dalam tradisi tulis-menulis lebih terlihat di masa Islam. Penggunaan kertas daluang banyak juga digunakan di lingkungan pesantren serta kebutuhan administrasi pemerintah lokal. Keberadaan kertas ini juga sudah diakui, terutama dengan ditetapkannya sebagai warisan budaya.