Mengenal Daluang, Selembar Kertas Kuno yang Pembuatannya Butuh Waktu Sepekan
Hanya orang sabar dan tekun yang mampu membuat kertas ini.
Hanya orang sabar dan tekun yang mampu membuat kertas ini.
Mengenal Daluang, Selembar Kertas Kuno yang Pembuatannya Butuh Waktu Sepekan
Manuskrip kuno merupakan salah satu warisan intelektual dari leluhur yang tak ternilai harganya. Pembatasan manuskrip kuno tak berhenti pada teksnya, tetapi juga bagaimana proses produksi kertas di masa lalu sebagai media tulis.
-
Apa itu kertas daluang? Kertas Daulang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu atau pohon saeh. Masyarakat Yogyakarta memanfaatkan kertas itu sebagai media tulis kuno untuk menuliskan naskah-naskah lama.
-
Bagaimana cara membuat kertas daluang? Untuk membuat kertas dari daluang, dibutuhkan waktu sekitar tujuh atau delapan hari. Pembuatan kertas daluang dimulai dengan memotong dan mengupas kulit terluar maupun kulit lapisan kedua dari batang pohon, sedangkan lapisan ketiga digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kertas daluang.
-
Kenapa kertas daluang tahan lama? Kertas yang dihasilkan dari daluang cukup kuat dan tahan lama.
-
Dimana kertas daluang bisa ditemukan? Pemanfaatan daluang sebagai media tulis naskah-naskah lama dapat dilihat di Museum Sonobudoyo. Selain itu ada juga koleksi Wayang Beber di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul.
-
Kapan buku bambu kuno itu dibuat? Institut Relik Kebudayaan dan Arkeologi Yunnan mengumumkan, ada lebih dari 10.000 lembaran bambu dan kayu kuno yang disebut jiandu, ditemukan di Situs Hebosuo yang berusia lebih dari 2000 tahun.
-
Kapan manuskrip kuno itu dibuat? Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6.
Daluang
Salah satu jenis kertas yang menjadi media tulis untuk manuskrip kuno pada masa lalu adalah Daluang. Orang Madura menyebutnya Dhalubheng, sementara orang Bali menamainya Ulantaga.
Mengutip situs Dinas Kebudayaan DIY, Daluang merupakan sarana pendukung utama bagi penulisan naskah atau tradisi tulis di beberapa wilayah Nusantara. Pada masa Pra-Islam, daluang merupakan bahan pakaian para pertapa atau kelengkapan upacara keagamaan.
Daluang merupakan kertas yang berasal dari kulit pohon glugu (Jawa) atau pohon saeh (Sunda). Nama latin dari pohon ini adalah Broussonetia papyrivera Vent yang dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan sebutan paper mulberry.
Selain digunakan sebagai media tulis, kulit pohon ini juga digunakan sebagai media lukis. Lembaran yang dihasilkan memiliki kekuatan dan ketahanan dalam jangka waktu cukup lama, bahkan menghasilkan permukaan yang relatif dasar.
Sejarah
Mengutip situs E-Library Umikom, kertas daluang merupakan hasil diaspora Austronesia. Terdapat tradisi pemanfaatan kulit kayu pohon saeh yang awalnya digunakan untuk pakaian kulit kayu, namun di Jawa bertransformasi menjadi kertas Daluang yang dimanfaatkan untuk tulis menulis.
Kertas Daluang bisa diklaim merupakan kertas tradisonal Indonesia. Bahkan peneliti asing menyebut kertas Daluang sebagai kertas Jawa.
Proses Pembuatan
Mengutip Instagram @kulit_pohon, selembar daluang berukuran 50 cm x 40 cm membutuhkan waktu pembuatan nyaris sepekan.
Sebuah Manuskrip Mushaf Al-Qur'an berbahan kertas daluang sebanyak 800 halaman ditemukan di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Bisa dibayangkan berapa lama proses produksi kertas daluang dilakukan oleh leluhur di masa lalu.
Pemanfaatan
Pemanfaatan daluang sebagai media dalam tradisi tulis menulis mencolok pada masa Islam.
Kertas daluang digunakan untuk keperluan praktis sehari-hari di lingkungan pesantren dan kebutuhan administrasi pemerintah lokal.
Sebagian besar naskah-naskah pada masa Islam ditulis dengan media daluang dan telah menjadi bukti sejarah kejayaan kertas ini di masa lampau sekaligus menjadi catatan tersendiri atas pengetahuan nenek moyang.