Manuskrip Kulit Mesir Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan Kembali, Ada Gambar Makhluk Gaib Tetapi Penulisnya Masih Misterius
Manuskrip yang ditulis dalam lembaran kulit ini sempat hilang selama 70 tahun sebelum ditemukan kembali.
Manuskrip Kulit Mesir Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan Kembali, Ada Gambar Makhluk Gaib Tetapi Penulisnya Masih Misterius
Manuskrip Kulit Mesir Kuno Berusia 4.000 Tahun Ditemukan Kembali, Ada Gambar Makhluk Gaib Tetapi Penulisnya Masih Misterius
Gulungan naskah kulit Mesir tertua berusia 4.000 tahun telah ditemukan di rak museum Mesir di Kairo, tempat naskah tersebut disimpan dan dilupakan selama lebih dari 70 tahun.
Gulungan berbahan kulit yang berisi teks dan gambar berwarna ini berukuran sekitar 2,5 meter. Diduga gulungan naskah ini berasal dari akhir Kerajaan Lama hingga awal Kerajaan Tengah (2300-2000 SM).
“Mengingat bahwa ini ditulis di kedua sisi, naskah ini berisi teks dan gambar sepanjang lebih dari 5 meter, menjadikannya gulungan kulit terpanjang dari Mesir kuno,” ujar Wael Sherbiny, sarjana independen yang berbasis di Belgia yang membuat temuannya, kepada Discovery News.
-
Manuskrip Mesir Kuno berisi kisah apa? Ahli menemukan manuskrip Mesir Kuno berisi kisah masa kecil Yesus, ketika Yesus menghidupkan patung merpati dari tanah liat menjadi burung hidup.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Apa isi teks Mesir Kuno? Teks Mesir kuno ini juga berkisah tentang kehidupan seorang remaja. Remaja 16 tahun bernama Michael Hoffen menerjemahkan sebuah buku berusia 4.000 tahun dari Mesir, dengan tokoh utamanya yang juga seorang remaja.Buku yang diterjemahkan Hoffen menceritakan kisah seorang pemuda Mesir kuno bernama Pepi, dan ayahnya, Kheti yang berniat mencarikan pekerjaan untuk putranya di istana kerajaan.
-
Apa yang ditemukan arkeolog di Mesir Kuno? Pada awal milenium pertama, banyak mumi di Mesir ditemukan dengan potret seperti aslinya yang memperliahatkan mata mumi yang cerah, gaya rambut, dan perhiasannya.
-
Siapa yang menemukan tinta di Mesir kuno? Ini salah satu penemuan revolusioner kala itu. Pada mulanya, mereka mencampur getah nabati, jelaga, dan lilin lebah untuk membuat tinta sebelum mengganti jelaga dengan bahan lain, seperti oker merah, untuk menciptakan berbagai warna.
-
Kapan manuskrip kuno itu dibuat? Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6.
Wael Sherbiny adalah orang Mesir pertama yang memperoleh gelar PhD di bidang Egyptology pada tahun 2008 dari Universitas Leuven di Belgia. Dia punya spesialisasi khusus pada teks keagamaan Mesir kuno dan sedang mempersiapkan publikasi lengkap mengenai gulungan kulit unik tersebut.
Sumber: Ancient Pages
Misterius
Pengumuman penemuan ini disampaikan dalam Kongres Internasional Ahli Mesir di Florence, tempat Sherbiny berbagi bahwa asal-usul naskah ini masih misterius. Manuskrip ini dibeli oleh Institut Arkeologi Oriental Perancis di Kairo dari pedagang barang antik lokal setelah Perang Dunia I. Selanjutnya, manuskrip ini disumbangkan ke Museum Kairo, dan sempat dibuka sesaat sebelum pecahnya Perang Dunia II.
“Sejak (naskah) itu disimpan di museum dan (naskah itu) terlupakan."
Wael Sherbiny
Lebih dari sekadar naskah keagamaan portabel, gulungan yang berusia lebih dari 4.000 tahun ini berisi gambar dewa dan makhluk gaib yang lebih tua daripada gambar-gambar terkenal di Kitab Orang Mati dan Buku Netherworld dari Kerajaan Baru (1550 SM ke atas).
Foto: Discovery News
Berisi Mantra
Mantra keagamaan yang dirumuskan dalam sudut pandang orang pertama, juga menghiasi gulungan ini.
"Mereka kemungkinan diucapkan oleh seorang pendeta," ungkap Sherbiny.
Faktanya, para pendeta biasa membawa gulungan kulit sebagai referensi sambil membacakan kitab suci pada saat ritual keagamaan.
Menariknya, hanya enam
manuskrip portabel lain yang bertahan dari Mesir kuno dan mungkin memiliki tanggal yang dekat dengan gulungan kulit Kairo ini. Namun, seluruhnya terbuat dari papirus.
Sumber: Ancient Pages
Dalam menjelaskan mengapa gulungan kulit ini sangat istimewa, Sherbiny menyebut kulit sebagai bahan tulisan yang sangat berharga dalam sejarah Mesir kuno.
"Kulit adalah media tulisan utama untuk mencatat teks suci dan peristiwa bersejarah karena lebih praktis dan daya tahannya yang kuat daripada papirus," jelasnya.
Gulungan kulit berharga tersebut disimpan di perpustakaan dan arsip kuil. Ini juga digunakan sebagai salinan induk yang salinannya lebih murah direproduksi pada papirus. Walaupun papirus terjaga oleh iklim kering Mesir, benda-benda kulit justru cepat rusak.
Gulungan kulit Kairo pun mengalami nasib serupa, sebagian di antaranya hancur menjadi potongan kecil. Tetapi seperti menyusun teka-teki, Sherbiny berhasil menyatukan potongan-potongan tersebut.
Potongan-potongan ini membentuk segmen besar berisi gambar dan teks dari apa yang disebut Kitab Dua Jalan. Ini adalah komposisi ilustrasi yang berisi ritual-ritual kuil yang kemudian diadaptasi untuk penggunaan pemakaman.
Komposisi ini telah dikenal oleh ahli Mesir Kuno karena muncul pada papan lantai peti mati Kerajaan Pertengahan (2055-1650 SM) dari pemakaman Hermopolis di Mesir Hulu.
"Yang mengejutkan, gulungan ini menawarkan ikonografi yang lebih rinci daripada peti mati Hermopolitan dalam hal teks dan gambar," kata Sherbiny.
Sherbiny menyimpulkan, gulungan kulit ini membuktikan beberapa bagian dari komposisi ini sudah dikenal sebelum muncul dalam peti mati Hermopolis.
"Ini menunjukkan bahwa beberapa bagian dari komposisi tersebut mungkin bukan ciptaan para teolog Hermopolitan, namun memiliki sejarah transmisi yang lebih panjang sebelum dipilih untuk digunakan sebagai dekorasi peti mati,” jelas Sherbiny.
Selain itu, gulungan kulit ini juga menampilkan gambar-gambar keagamaan yang sebelumnya tidak pernah terlihat dalam peti mati atau monumen lainnya.
"Ini menunjukkan bahwa ada banyak ikonografi dan teks keagamaan, meskipun sayangnya tidak semuanya sampai kepada kita," pungkas Sherbiny.