Menilik Keunikan Lak, Kerajinan Tradisional Palembang dari Air Liur Serangga
Kriya khas Palembang ini menjadi hiasan cantik di peralatan makan dan barang lainnya.
Kriya khas Palembang ini menjadi hiasan cantik di peralatan makan dan barang lainnya.
Menilik Keunikan Lak, Kerajinan Tradisional Palembang dari Air Liur Serangga
Selain terkenal dengan makanan khasnya seperti Pempek, Kota Palembang juga mempunyai kesenian yang tak kalah unik namanya Lak atau Laker. Kesenian yang satu ini konon merupakan sebuah akulturasi dari orang-orang Tionghoa.
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kesenian tradisional Lak berasal dari air liur serangga, tepatnya kutu Lak. Mungkin bagi sebagian orang akan terkejut melihat hasil kerajinan ini yang berasal dari air liur serangga. Dari bahan yang tidak terduga, Lak sendiri menjadi hiasan cantik di peralatan makan dan barang lainnya.
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Kerajinan apa yang bisa dibuat dari cangkang kerang? Anda bisa membuat apa saja, mulai dari kerajinan tangan berupa jepit rambut, anting, lampu hias, hingga tirai.
-
Kenapa cangkang kerang cocok untuk kerajinan? Cangkang kerang yang sering ditemui di pantai selalu memiliki bentuk yang untik dan menarik. Mulai dari bentuk spiral, tekstur halus, hingga bentuk cangkang bulat yang memiliki gradasi warna cantik.
-
Apa yang membuat Kue Lumpang khas Palembang? Ciri khas dari kue ini adalah berwarna hijau atau dikenal dengan kue ijo.
-
Apa itu Songket Palembang? Salah satu kekayaan budaya tradisional di Sumatra Selatan yaitu Songket Palembang.
-
Bagaimana Songket Palembang dibuat? Kata “di-teket“, dalam bahasa Palembang artinya Sulam. Kata tersebut mengacu pada proses penenunan yang memasukkan benang dan peralatan pendukung lainnya ke dalam longsen.
Langka dan Unik
Kerajinan Lak dihasilkan dari jenis kutu yaitu Lak atau Laccifer lacca Kerr.
Hewan ini biasa ditemukan di negara asia tropis seperti Jepang, Tiongkok, dan pegunungan Himalaya.
Di Palembang, hewan ini bisa ditemukan di sebuah pohon bernama Kemalo.
Oleh masyarakat setempat, liur Lak akan diolah menjadi bahan cat yang disebut dengan Malau. Lak dan Syelak adalah resin bertekstur lengket yang berfungsi sebagai bahan pewarna, pengilap, dan pernis. (Foto: Wikipedia)
Sejak Dinasti Ming
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, kerajinan Lak lahir saat masa Dinasti Ming. Malau biasanya digunakan untuk menulis di batang bambu.
Pada zaman Dinasti Chou, Lak digunakan untuk menghias piring dan alat makan. Selain itu, Lak juga digunakan untuk menghias tandu hingga kereta kecil.
Konon, Lak masuk ke Palembang diperkirakan pada zaman awal berdirinya Kerajaan Palembang sekitar abad 16.
Saat itu, banyak dijumpai gaya arsitektur rumah Palembang yang dibangun dalam bentuk limas.
Interiornya mewah, diukir dan di cat berlapis emas, merah marun, dan hitam.
Seluruh pengrajin pengukir itu didatangkan langsung dari Kanton atau Guangdong.
Suguhkan Nilai Lokal
Hampir seluruh barang dari Lak mayoritas menggambarkan nilai-nilai lokal terutama identitas Kota Palembang, seperti Jembatan Ampera, Masjid Agung, Rumah Limas, dan Rumah Apung.
Untuk pengerjaannya, para pengrajin lokal Palembang biasa mengandalkan kayu yang tumbuh subur di Sumatra. Mereka cenderung menggunakan jenis kayu Mahoni, Tembesu, dan Kayu Sungkai.
Apabila dilihat secara teliti, Lak ini mencerminkan kelokalan Palembang yang berunsur warna monokrom alias menggunakan satu warna utama dengan menyajikan warna monoton, sederhana, tapi terang.
Masih Diproduksi
Bagi kamu yang penasaran dengan kerajinan ini, Lak masih diproduksi di Palembang. Hasilnya mulai dari lemari hias, perlengkapan mebel, perlengkapanmakan, dulang, vas bunga, guci, dan sebagainya. (Foto: pariwisataindonesia.id)
Proses pembuatannya pun cukup lama, dimulai dari kayu utuh dibentuk sesuai keinginan.
Kemudian diampelas sampai permukaannya halus lalu dioles Lak, keringkan (tidak terkena sinar matahari langsung).
Setelah itu, permukaan kayu diampelas lagi kemudian diberi hiasan berbahan tinta Cina. Ketika sudah kering, lapisi kembali dengan Lak dengan sekali kuas untuk menghindari perbedaan tekstur.
Lalu, keringkan di bawah terik matahari. Kemudian diampelas lagi hingga halus.