Menengok Panggung Sangga Buwana, Tempat Meditasi Raja Surakarta yang Mulai Rusak
Panggung Sangga Buwana dulunya dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian.
Bangunan ini berbentuk menara yang menjulang tinggi sehingga bangunannya tampak dari jarak jauh.
Menengok Panggung Sangga Buwana, Tempat Meditasi Raja Surakarta yang Mulai Rusak
Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat memiliki bangunan cagar budaya yang berbentuk menara. Terletak di kompleks Kedhaton Keraton Kasunanan Surakarta bernama Panggung Sangga Buwana. Letak bangunan ini persis segaris lurus dengan jalan keluar Kota Solo yang menuju ke Wonogiri.
Seperti dilansir dari website resmi milik Pemkot Solo, surakarta.go.id, Panggung Sangga Buwana berasal dari kata “panggung” yang memiliki arti panggung atau bangunan yang tinggi. Kemudian “sangga” yang berarti diangkat atau ditahan dari bawah, dan “buwana” yang berarti jagad atau dunia alam semesta.
Bangunan ini berbentuk menara yang menjulang tinggi sehingga bangunannya tampak dari jarak jauh. Wujud dari bangunan ini disebut “Hasta Wolu” atau segi delapan dan terdiri atas empat tingkat. Pada bagian paling atas dari bangunan ini disebut tudung saji.
Panggung Sangga Buwana dibangun oleh Sri Susuhunan Paku Buwono III pada tahun 1708 tahun Jawa atau 1728 Masehi. Bangunan menara ini sempat terbakar pada tanggal 19 November 1954. Kemudian dibangun kembali dan selesai pada tanggal 30 September 1959.
Sebelum terbakar atap bangunan ini berbentuk segi delapan yang disebut hasta wolu dengan nama tudung saji. Namun, setelah bangunan ini direnovasi bentuk atapnya dibuat seperti payung yang terbuka.
Panggung Sangga Buwana dulunya dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian. Selain itu, tempat ini juga biasa digunakan oleh raja untuk bermeditasi. Terdapat beberapa fungsi lain dari bangunan Panggung Sangga Buwana.
Di antaranya digunakan untuk tempat menaruh sesaji, tempat untuk bertemu dengan Kanjeng Ratu Kencana Sari atau Ratu Kanjeng Ratu Kidul yang bertahta di Kadhaton Saloka Dhomas, dan tempat untuk mengintai tentara Belanda yang berada di Benteng Vastenburg.
Meski masih terlihat tokoh, sejatinya Panggung Sangga Buwana mengalami kerusakan parah di beberapa bagian. Di antaranya kayu kayu pintu dan tangga yang mulai lapuk dan cat yang mengelupas. Kondisi ini membahayakan siapapun yang berkunjung.
Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Wandansari atau Gusti Moeng meminta pemerintah lebih memprioritaskan bangunan bangunan yang rusak dan membahayakan untuk dilakukan revitalisasi. Satu di antaranya Panggung Sangga Buwana.
"Keadaannya sudah urgent banget. Kemarin awal itu saya sampaikan ke Mas Wali agar memprihatinkan Sangga Buwana dan yang bisa untuk kegiatan umum itu Sasana Mulya. Ini sudah bahaya sekali, Sasana Mulya itu kayu blandarnya, 4 saka guru itu sudah kena air kalau hujan," ujar Wandansari saat ditemui merdeka.com, Rabu (20/9).
"Ini yang sebenarnya saya sampaikan, tapi yang dipilih untuk revitalisasi kok alun-alun dulu. Sementara akan dilembalikan seperti dulu PB X, pakai pasir. Padahal peruntukkannya kan beda,"
kata dia.
merdeka.com
Gusti Moeng meyampaikan, pihaknya bukan menghalagi rencana Pemkot Solo mengganti rumput alun-alun utara dengan pasir. Harus dipikirkan dampak yang akan ditimbulkan. Apalagi di sana banyak terdapat pedagang makanan.
"Saya saja di sini (dalam keraton) bingung setiap hari debunya ke mana mana. Apa nanti debunya enggak luar biasa,"
tandasnya.
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka mengatakan, Gibran mengatakan revitalisasi Keraton Surakarta akan dimulai dari bagian luar terlebih dahulu, yaitu kawasan Alun-Alun Utara dan Alun-Alun Selatan.
"Termasuk pasar cinderamata yang ada di depan Masjid Agung," jelasnya.
Revitalisasi kemudian dilanjutkan pada bagian dalam seperti ikon keraton yaitu bangunan berbentuk menara empat lantai Sangga Buwana. Untuk desain keraton akan dikembalikan pada desain awal, termasuk keberadaan pasir pantai yang ada di dalam kawasan keraton.