Kisah Menarik Redoute te Baros, Benteng Pertahanan Belanda di Tapanuli Tengah
Dari segi ukuran, benteng ini lebih kecil dibanding benteng-benteng lainnya.
Dari segi ukuran, benteng ini lebih kecil dibanding benteng-benteng lainnya.
Kisah Menarik Redoute te Baros, Benteng Pertahanan Belanda di Tapanuli Tengah
Penjajahan Bangsa Belanda di Indonesia menyisakan peninggalan-peninggalan yang hingga kini masih bisa kita jumpai keberadaannya.
Di Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, terdapat sebuah benteng peninggalan Belanda yang bernama Redoute te Baros.
Benteng ini sekarang berdiri dekat dengan pusat aktivitas warga setempat, salah satunya Pasar Barus. Kawasan sekitar benteng ini relatif ramai dan dapat ditempuh 15 menit saja dari pasar dengan berjalan kaki.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Mengapa Belanda membangun pertahanan di Banten? Meriam tersebut turut menggambarkan adanya jejak pertahanan militer di wilayah perairan laut Jawa, di mana ketika itu Daendels membangun antisipasi militer di selat Sunda untuk menghalau pasukan Inggris.
-
Kenapa Belanda membangun benteng di Gunung Palasari? Tidak diketahui secara persis mengapa Belanda membangun benteng di sana. Namun menurut penuturan warga setempat, bangunan ini salah satunya digunakan untuk memantau wilayah kota sebagai bentuk antisipasi perlawanan.
-
Kenapa Belanda menguasai wilayah Batak? Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
-
Kapan Belanda pertama kali datang ke Banten? Dilandir dari laman bataviadigital.perpusnas.go.id, pasukan Belanda mulanya mendarat di Pelabuhan Banten pada 1596.
Benteng ini tercatat dalam bangunan pertahanan di Residentie Tapanoeli, Sumatra's Westkust pada tahun 1857. Dari segi ukuran, benteng ini lebih kecil dibanding benteng-benteng lainnya.
Simak kilas balik benteng peninggalan Belanda di Barus yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Ukuran Lebih Kecil
Penamaan Redoute pada benteng Barus ini rupanya diambil dari bahasa Belanda, Redoute atau Redoubt dalam bahas Inggris yang merupakan istilah untuk jenis benteng yang ukurannya lebih kecil dari fort/benteng.
Dengan luas wilayah 2.675 m2, anda bisa mengunjungi benteng ini ketika sedang berada di Barus. Alamatnya ada di Kelurahan Padang Masiang, Kecamatan Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatra Utara 22564.
Meski benteng ini berpotensi menjadi salah satu destinasi wisata sejarah, nyatanya tempat tersebut terlihat terbengkalai dan tidak dirawat dengan baik.
Berbentuk Persegi
Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, benteng Redoute de Baros memiliki bentuk persegi dengan bastion di sudut utara dan selatan. Bastion tersebut berbentuk setengah lingkaran.
Di sisi baratdaya benteng terdapat dua gerbang untuk akses masuk dan keluar benteng. Kemudian benteng ini juga dilengkapi dengan jalan khusus untuk patroli yang berada tepat di atas dinding benteng.
Dinding Tebal
Sebuah bangunan pertahanan tentunya dirancang untuk melindungi pasukan dari serangan musuh, maka dari itu tembok benteng harus kokoh, tebal, dan kuat.
Redoute de Baros memiliki tebal dinding 40 cm yang bagian atas dinding melandai ke arah luar. Untuk mengintai musuh, benteng ini dilengkapi lubang bidik bagi tentara Belanda agar bisa leluasa menyerang musuh.
Kemudan sisi luar benteng tepatnya bagian baratdaya, terdapat sebuah pilboks berukuran 3 x 3 m yang menempel pada dinding benteng. Pilboks ini ada pintu di sisi timur laut tanpa lubang bidik, hanya ada satu lubang di bagian atas.
Kondisi Tak Terawat
Benteng ini merupakan salah satu saksi sejarah masa lampau era penjajahan di tanah Sumatra. Sayangnya, kondisi benteng ini begitu tak terawat seakan-akan dilupakan begitu saja.
Beberapa bagian dinding benteng tampak retak bahkan lepas. Bagian dalam benteng sudah ditumbuhi semak belukar hingga akar-akar pohon yang bisa merusak dinding benteng.
Perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah terkait bangunan peninggalan masa penjajahan khususnya Benteng Barus ini.
Bangunan tersebut harus masuk dalam daftar Bangunan Cagar Budaya Indonesia agar terjaga dan bisa menjadi objek wisata sejarah.