Benteng Belgica, Saksi Bisu Kekejaman Penjajah di Banda Neira
Benteng Belgica saksi bisu perlawanan rakyat Maluku dari kekejaman penjajah.
Benteng Belgica, Saksi Bisu Kekejaman Penjajah di Banda Neira
Banda Neira, sebuah pulau yang pernah menjadi pusat perhatian dunia. Tanah yang diberkahi dengan pala sebagai daya tarik utamanya. Dan menjadi perebutan di zaman kolonial.
Sisa-sisa peninggalan sejarah di sana masih dapat dengan mudah ditemui. Ada rumah pengasingan Bung Hatta dan Sutan Sjahrir, hingga Benteng Belgica.
Benteng Belgica menjadi salah satu saksi bisu perlawanan rakyat Maluku khususnya di Pulau Banda dari kekejaman penjajah. Benteng yang terletak di Bukit Tabaleku itu berada di Banda Neira, Nusantara, Banda, Kabupaten Maluku Tengah, Maluku.
Jarak Benteng Belgica kurang dari 2 kilometer dari Bandara Banda Neira. Pengunjung akan langsung disambut bukit setinggi 30 meter dihiasi bangunan benteng.
Sekilas dari jalan utama menuju dermaga Pelabuhan Banda Neira benteng nampak biasa. Terdapat lima torong atau menara pemantau.
Lima torong itu terletak di setiap sudut benteng mengarah ke Barat, Timur, Selatan, Utara dan Tenggara. Fungsi lima menara itu untuk memantau kapal menuju Pelabuhan Banda.
Dindingnya kokoh. Jika dilihat dari atas, bangunan tersebut mirip Gedung Pentagon; gedung Departemen Pertahanan Amerika Serikat.
"Jadi torong itu ada lima untuk memantau area kapal yang masuk ke situ bentuk pentagon," kata Iqbal, salah satu pengelola rumah situs budaya saat berbincang-bincang dengan merdeka.com.
Ada satu pintu utama Benteng Belgica. Untuk menuju ke area tersebut harus melewati anak tangga dengan menaiki Bukit Tabaleku setinggi 30 meter.
Pengunjung akan memasuki lorong untuk menuju ruang utama. Ada 23 pintu dan jendela. Semuanya berbentuk melengkung.
Di area utama terdapat dua lubang menuju Benteng Nassau di bibir pantai. Kini dua lubang itu ditutup.
Sementara di dalam benteng terdapat 23 ruangan. Puluhan ruang itu memiliki fungsi berbeda. Mulai dari ruang perwira hingga tahanan.
Terdapat tujuh ruang perwira, satu ruang rapat, satu ruang barak, dua ruang tahanan dan dua ruangan yang mungkin sebagai gudang persenjataan dan penyuplai makanan.
"Terowong yang sebelah sisi kiri kalau kita dari kanan itu namanya rumah tahanan. Di Benteng Belgica itu ada rumah tahanan tanpa ventilasi tanpa udara tahanan mati namanya. Itu yang di pinggiran ada tempat duduk namanya barak tentara ada penjaranya juga," ujar Iqbal.
Sementara untuk menaik ke atas benteng melalui lima lubang. Masing-masing lubang berukuran kurang dari setengah meter persegi. Ada tangga besi untuk menggapai ke atas benteng. Dari atas benteng terlihat lima sudut menara untuk pertahanan dan memantau musuh.
Di atas benteng masih terdapat empat meriam. Senjata itu mengarah langsung ke pelabuhan untuk menghalau musuh.
Benteng Belgica mengalami renovasi pada tahun 1992. Pemugaran dilakukan Yayasan Warisan dan Budaya Banda (Banda Cultural and Heritage Foundation) yang dibentuk sejarawan Des Alwi Abubakar. Namun sejak saat itu bentuk bangunan sejarah di Banda Neira tidak pernah ada yang mengubah.
"Sampai sekarang belum direnovasi," kata Iqbal.
Dikutip dari situs Kemdikbud.go.id, Benteng Belgica dibangun pada 4 September 1611 atas perintah Gubernur Jenderal VOC Pieter Both.
Benteng ini digunakan untuk menghadapi perlawanan masyarakat Banda yang menentang monopoli perdagangan pala oleh VOC.
Sesuai dengan julukan yang disematkan pada masa itu, yakni 'Mahkota Berpucuk Lima di Atas Kepala Keluarga Nassau dan Pelindung Banda', Benteng Belgica sedari awal memang berfungsi sebagai basis militer VOC yang sangat disegani di daratan Banda dan sekitarnya.
Benteng Belgica dibangun dengan ketinggian 30 meter di atas permukaan laut. Melalui benteng ini, hampir semua titik wilayah Neira dan sekitarnya dapat dipantau.
Letaknya yang strategis berada di atas Bukit Tabeleku, dimanfaatkan tentara VOC untuk mengawasi gerak-gerik kapal yang melakukan penyelundupan rempah-rempah dan mengintai tentara Inggris.
Benteng ini juga dijadikan sebagai pusat pemerintahan VOC pada zaman kolonial, sebelum akhirnya pindah ke Batavia.
Benteng ini terdiri dari dua bagian, yaitu Bangunan I dan Bangunan II. Bangunan I merupakan pelataran yang tebal dan kokoh. Panjang setiap sisinya rata-rata 40 meter dan tinggi dinding 5,40 meter.
Pada setiap sudutnya terdapat bastion yang berjumlah 5, berukuran 16×15 meter. Jalan masuk menuju ruang dalam, dihubungkan dengan tangga yang terbuat dari kayu.
Di dalam bangunan I tidak terdapat ruangan, namun di samping bastion bawah, dibangun satu rumah jaga.
Sementara itu, Bangunan II merupakan bangunan bagian dalam yang berdenah segi lima. Pada setiap sudutnya, terdapat menara pengamat bertangga setinggi 13,8 meter.
Pada Bangunan II ini, ada beberapa ruangan yang dipergunakan untuk tempat istirahat prajurit atau untuk menyimpan amunisi. Ruangan-ruangan tersebut langit-langitnya melengkung dan lantainya berdenah empat persegi panjang.
Setiap ruangan dihubungkan oleh pintu menuju ke ruang terbuka di tengah (atrium). Ruangan-ruangan ini seluruhnya berjumlah 18 dengan ukuran yang bermacam-macam. Ukuran ruang terbesar 8,5 m x 3,5 m dan terkecil 6,5 x 3 m.
Pada masanya, Benteng Belgica mampu menampung hingga 400 tentara lengkap dengan senjata meriam.
Meski terkesan usang, Benteng Belgica masih berdiri kokoh dengan pesona dan aura megah yang tak pernah luntur.
Ratusan tahun berselang, tepatnya tahun 2015, Benteng Belgica telah resmi terdaftar sebagai salah satu Cagar Budaya yang menjadi bagian dari jejak-jejak perdagangan rempah dunia masa lampau.
Kini, Benteng Belgica menjadi salah satu destinasi pariwisata di Banda Neira yang populer dan memikat wisatawan lokal maupun asing. Keindahan alam di pulau terkenal dengan palanya tersebut dapat terpantau dari atas benteng.
Bahkan Gunung Banda Api yang terdapat dalam uang kertas nominal seribu rupiah terlihat begitu indah. Di arah Tenggara benteng, terdapat Rumah pengasingan Bung Hatta.
Persis di samping kompleks Benteng Belgica. Sementara ke Timur dan Utara terdapat permukiman masyarakat Pulau Neira.