Gedung Peninggalan Belanda Ini Berada di Tengah Ruang Terbuka Hijau, Dulunya Terminal Bus
Gedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia
Gedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Gedung Peninggalan Belanda Ini Berada di Tengah Ruang Terbuka Hijau, Dulunya Terminal Bus
Di tengah ruang terbuka hijau (RTH) Boja, Kabupaten Kendal, terdapat sebuah bangunan tua yang sudah ada sejak zaman Belanda. Beberapa tahun lalu gedung tua itu sempat dimanfaatkan sebagai bangunan terminal.
RTH Boja sendiri diresmikan pada tanggal 27 Februari 2024 dengan menempati lahan bekas Kawedanan Kendal yang nonaktif sejak tahun 2000. Lahan itu kemudian sempat digunakan sebagai terminal bus.
-
Gedung Kuning itu apa? Gedung Kuning merupakan sebuah bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang berada di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
-
Dimana gedung perusahaan kayu jati Belanda berada? Bukti kebesaran perusahaan kayu jati milik Belanda di Pulau Jawa itu salah satunya bisa ditemui di kawasan Kota Lama Semarang.
-
Dimana Gedung Gebeo berada? Gedung Gemeenschappelijk Electriciteitsbedrijf Bandoeng en Omstreken atau Gebeo yang dibangun di Jalan Asia Afrika No. 73, Kota Bandung pada 1939.
-
Gedung Kuning ada di mana? Gedung Kuning merupakan sebuah bangunan bersejarah peninggalan Belanda yang berada di Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.
-
Di mana bangunan ditemukan? Arkeolog menemukan struktur atau bangunan misterius di bawah lapangan bola bangsa Maya di Campeche, Meksiko.
-
Dimana bangunan tua itu berada? Keberadaan bangunan tua itu tersembunyi di balik keriuhan pertokoan di kawasan Kranggan.
Selain sebagai tempat berolahraga, RTH Boja itu juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat setempat. Gedung tua eks-Kawedanan Boja dibiarkan berdiri kokoh.
Gedung itu bukan sembarang gedung. Dulunya gedung itu menjadi saksi bisu perjuangan masyarakat Boja dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada era penjajahan Belanda, gedung ini digunakan untuk pengawas perkebunan. Wilayah perkebunan itu mencakup perkebunan Mading, Merbuk, Sringin, Piting, dan Getas Kecil. Hasil perkebunannya meliputi kopi, teh, kakao, getah karet, dan kayu jati.
Gedung Kawedanan Boja dibangun sekitar tahun 1800-an. Setelah digunakan sebagai rumah pengawas, bangunan itu difungsikan sebagai gedung kawedanan.
Gedung ini identik dengan peristiwa pertempuran Agresi Militer Belanda pertama pada tahun 1947. Selain fakta-fakta tersebut, tidak banyak yang tahu siapa pemilik awal yang menempati gedung tersebut.
Gedung itu pernah ditempati seorang pria berkebangsaan Eropa bernama Emile Einthoven. Ia lahir di Groningen, Belanda, pada tanggal 16 Februari 1865. Beberapa literasi menyebutkan kalau Emile berasal dari keluarga ahli kedokteran.
Tidak disebutkan sejak kapan dan sampai kapan Emile menempati gedung tersebut. Namun beberapa foto yang lain menyebutkan kalau Emile juga pernah menempati rumah pengawas perkebunan di daerah Ambarawa.
Dikutip dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, selain sebagai pengawas perkebunan, beberapa literasi yang lain menyebutkan kalau Emile pernah menjabat sebagai asisten residen Kebumen, asisten residen Kendal, dan asisten residen Rembang. Namun tidak disebutkan tahun berapa ia menduduki jabatan-jabatan tersebut.
Semasa hidupnya ia adalah sosok yang akrab baik dengan orang-orang Eropa maupun pribumi. Ia juga merupakan sosok yang suka bersosialisasi dan berpetualang.
Pada masa Agresi Militer Belanda yang pertama, gedung itu digunakan sebagai markas para pejuang pertempuran yang terjadi di Boja. Di depan gedung itu, dibangun sebuah monument untuk memperingati pertempuran itu.