Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Pertempuran Tengaran terjadi pada masa Agresi Militer II, tepatnya sekitar tanggal 25 Mei 1947
Jejak Peninggalan Pertempuran Tengaran di Semarang, Melihat Tempat Ibadah Para Pejuang hingga Markas Belanda
Di sebelah selatan Kota Salatiga menuju ke arah Boyolali, ada sebuah jembatan kembar yang menjadi bagian dari Jalan Raya Semarang-Solo.
Jembatan kembar itu dulunya menjadi lokasi pertempuran dahsyat antara pejuang Indonesia dengan tentara Belanda.
-
Apa yang dilakukan tentara Belanda di Tegal? Potret lawas selanjutnya adalah tentara Belanda sedang menikmati alunan musik keroncong yang diamkan oleh orang-orang Pribumi. Nampak 3 orang tentara sedang duduk di sebidang tanah di Kota Tegal kurang lebih tahun 1947. Seakan-akan foto itu berbicara, ketiga tentara itu begitu sumringah dan senang mendengarkan musik keroncong yang dibawakan oleh warga pribumi.
-
Dimana pertempuran di Tebing Tinggi terjadi? Pertempuran ini terjadi di beberapa wilayah seperti di Dolok Merawan dan di Paya Pinang.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Dimana lokasi jembatan Barelang? Jembatan Barelang sendiri adalah singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang. Jembatan ini menghubungkan banyak pulau, seperti Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang, dan Pulau Galang Baru.
-
Dimana letak benteng Jepang di Padang? Di Kota Padang, Sumatra Barat tepatnya di Pantai Ulak Karang, ditemukan sebuah benteng berukuran besar dan tampak masih kokoh.
-
Apa yang ditonton tentara Belanda di Sukabumi? Tampak jika keduanya tengah menyaksikan sebuah film di pertunjukan layar tancap.
Dahulu saat pertempuran, pasukan Indonesia dibantu rakyat menghancurkan jembatan penghubung itu, sehingga perjalanan pasukan Belanda untuk melancarkan Agresi Militer menuju ke Kota Solo terhambat. Tercatat ada 11 tentara Indonesia yang gugur di jembatan itu, beserta rakyat-rakyat yang membantu perjuangan mereka.
Di bawah jembatan itu tinggal seorang warga bernama Mas Aji. Ia mengaku sudah lima tahun tinggal di sana.
Foto: YouTube Jejak Tempo Doeloe
Mas Aji mengaku betah tinggal di tempat itu karena suasananya yang tenang. Menurutnya, tempat itu merupakan titik paling tengah di Pulau Jawa.
“Yang memberi nama Tengaran kan Sunan Kalijaga. Kalau penampakan di sini banyak. Tapi biasanya hanya anak kecil,” kata Mas Aji dikutip dari kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe.
Musala Tua
Tak jauh dari jembatan bersejarah itu, terdapat sebuah musala tua. Di sana terdapat makam para pejuang yang gugur dalam pertempuran Tengaran.
Tercatat ada lima pejuang yang dimakamkan di sana yaitu Dul Badri, Kiai Saghoji, Amri, Kiai Mawardi, dan Bajuri. Mereka gugur bersama dalam peristiwa itu yaitu pada tanggal 25 Mei 1947.
Musala itu merupakan bangunan bertingkat dua. Lantai paling atas digunakan sebagai tempat beribadah para pejuang sebelum terjun ke medan perang. Kini, musala tua itu sudah tidak digunakan lagi sebagai tempat ibadah.
Masih di Tengaran, terdapat sebuah gedung tua yang dulu digunakan sebagai markas tentara Belanda selama berada di Tengaran. Kini, gedung tua itu dimanfaatkan oleh Dinas Pertanian Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) sebagai kebun benih.
Pada tanggal 21 Juli 1947 hingga 4 Agustus 1947, pergerakan pasukan Belanda terhenti untuk menuju ke arah Solo karena putusnya Jembatan Tengaran. Selama perbaikan jalan penghubung, pasukan Belanda membuka markas di gedung itu.
Saat tim kanal YouTube Jejak Tempo Doeloe mengunjungi bangunan itu, tampak banyak bagian dari bangunan yang masih asli. Dinding-dindingnya masih asli peninggalan zaman Belanda.
Kini bangunan itu ditinggali oleh Bapak Joko Suyono bersama istrinya. Dia ditugaskan oleh Pemprov Jateng untuk menjaga tempat itu.
Pada saat pertama dibangun, gedung itu digunakan sebagai tempat penelitian pertanian pemerintah Kolonial Belanda.
Gedung itu memiliki pekarangan yang sangat luas. Pekarangan itu digunakan untuk pembenihan berbagai macam tanaman buah, seperti pohon durian dan sukun.