Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Serangan yang berlangsung selama 4 hari berturut-turut di Solo ini berhasil menyatukan seluruh elemen masyarakat melawan gempuran pasukan penjajah.
Mengenang Peristiwa Serangan Umum Surakarta, Bersatunya Rakyat dalam Pertempuran 4 Hari
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Meski telah merdeka, kondisi Indonesia saat itu masih belum stabil. Masih ada banyak pertempuran yang harus dilakoni masyarakat Indonesia untuk mengusir para penjajah dari tanah air, tak terkecuali pertempuran yang berlangsung di Solo, Jawa Tengah.
Pertempuran ini tidak hanya melibatkan satuan militer saja, melainkan seluruh elemen masyarakat dari berbagai lapisan seperti Tentara Pelajar, Laskar Kere, hingga Laskar Wanita yang berperang melawan tentara Belanda.
-
Kapan pertempuran besar di Surabaya terjadi? Pada hari ini tepat 78 tahun yang lalu terjadi pertempuran besar di Surabaya yang menewaskan sekitar 20.000 rakyat setempat.
-
Kapan Pertempuran Surabaya terjadi? Tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional untuk mengenang jasa-jasa para pahlawan, terutama orang-orang yang terlibat dalam peristiwa Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945.
-
Apa prestasi Soeharto dalam operasi militer 1 Maret 1949? Serangan serentak tersebut ditujukan pada posisi tentara Belanda di Kota Jogjakarta. Serangan itu membuktikan pada dunia internasional bahwa TNI masih ada, tidak seperti klaim Belanda yang mengatakan TNI telah dihancurkan seluruhnya.Letnan Kolonel Soeharto dan pasukan TNI berhasil menguasai Kota Jogja selama enam jam sebelum mundur kembali ke hutan-hutan.
-
Apa yang terjadi pada 4 Juli 1946? Baru tanggal 4 Juli 1946, republik Filipina mencapai kemerdekaan penuh setelah mencapai kesepakatan dengan Amerika.
-
Bagaimana Serangan Umum 1 Maret dilakukan? Strategi TNI dalam serangan ini adalah melakukan penetrasi dalam wilayah musuh dengan cepat dan menghindari konfrontasi langsung. Mereka juga mengandalkan kejutan dan mobilitas untuk menyerang pasukan Belanda dari belakang dan memotong jalur pasokan mereka.
Dalam catatan sejarah, ada banyak konflik hingga pertempuran di Solo pada rentang waktu 1945-1949, di antaranya perebutan kekuasaan Jepang, Serangan Umum Surakarta, dan sebuah peristiwa diplomasi perundingan perjanjian gencatan senjata.
Puncak Pertempuran
Mengutip dari situs surakarta.go.id, peristiwa Serangan Umum Surakarta ini juga dikenal dengan peristiwa pertempuran 4 hari 4 malam di Kota Solo menjadi puncak dari berbagai pertempuran yang ada.
Keadaan tersebut ditambah dengan adanya masa transisi perjuangan politik dan diplomatik. Selain itu, Kota Solo sendiri juga menjadi basis besar perkumpulan pemuda yang menjadikan sebagai pusat kegiatan politik hingga pusat industri.
Pertempuran 4 hari 4 malam ini untuk melawan adanya Agresi Militer Belanda II. Untuk wilayahnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu wilayah basis gerilya, wilayah yang diduduki Belanda, dan wilayah yang tidak dikuasai oleh satu pihak.
Pengaruh Perjanjian Roem-Royen
Selain adanya Agresi Militer Belanda II, pengaruh lain dari pertempuran ini adalah diplomasi Indonesia untuk menyelesaikan masalah dalam Perjanjian Roem-Royen pada 14 April 1949.
Menanggapi rumor tidak adanya jalan keluar dalam jalur Diplomasi, membuat Mayor Ahmadhi memutuskan untuk menyusun rencana masuk ke kota "Stra 15 km" apabila terjadi serangan senjata.
Keputusan dalam perjanjian Roem-Royen justru membuat keruh Kota Solo. Kembalinya Yogyakarta ke ibu pertiwi pada tahun 1949 membuat pasukan Belanda di Yogyakarta harus mundur dan ditempatkan di Solo.
Lancarkan Serangan
Pada Agustus 1949, Gubernur Militer mengeluarkan instruksi untuk bertempur 4 hari di Kota Solo. Perintah ini menginstruksikan untuk segera menyerang pos-pos milik Belanda.
Serangan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Slamet Riyadi dan Kota Solo dikepung dari semua sisi oleh anggota gerilya yang menyerbu kota pada pagi hari. Momen ini mempersatukan rakyat untuk bersama-sama mempertahankan Kota Solo dengan berbagai senjata.
Berhasil Desak Belanda Mundur
Pada pertempuran ini Belanda dibuat terkejut dengan serangan mendadak dari rakyat Indonesia. Hal ini membuat Belanda harus mengerahkan seluruh armada udaranya.
Meski dihujani bom-bom dari udara, para pejuang gerilya terus melakukan perlawanan dan pertempuran tanpa pandang bulu. Mereka tetap konsisten menyerang pos-pos Belanda lalu masuk ke kampung bersama rakyat lainnya.
Perang ini akhirnya membuat Belanda tersudut dan terkepung tak berdaya. Kemudian, Presiden Soekarno memerintahkan untuk menghentikan baku tembak. Instruksi tersebut menandakan berhentinya pertempuran 4 hari 4 malam itu.