Peristiwa Merah Putih, Penyerbuan Markas Militer Belanda oleh Rakyat Manado untuk Pertahankan Kemerdekaan Indonesia
Puncak dari penyerbuan ini adalah pengibaran bendera merah putih di markas tentara Belanda di Bukit Teling.
Puncak dari penyerbuan ini adalah pengibaran bendera merah putih di markas tentara Belanda di Bukit Teling.
Peristiwa Merah Putih, Penyerbuan Markas Militer Belanda oleh Rakyat Manado untuk Pertahankan Kemerdekaan Indonesia
Berkumandangnya proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 menciptakan gelora semangat berapi-api dalam diri setiap warga Indonesia untuk memukul mundur pasukan Belanda. Hal ini juga terjadi di Manado, Sulawesi Utara dalam peristiwa Merah Putih. Peristiwa Merah Putih merupakan penyerbuan markas militer Belanda yang berada di wilayah Teling, Manado, Sulawesi Utara yang berlangsung pada 14 Februari 1946. Penyerbuan markas Belanda ini melibatkan seluruh masyarakat Manado, mulai dari pasukan KNIL dari kalangan pribumi, barisan pejuang, hingga laskar rakyat. Tujuan dari penyerbuan ini adalah untuk mempertahankan kedaulatan Indonesia serta menolak provokasi Belanda jika kemerdekaan hanya berlaku untuk Pulau Sumatra dan Jawa.
Penyerbuan ini dipimpin langsung oleh Charles C. Taulu, S.D. Wuisan, dan juga Bernard Wilhelm Lapian. Seperti apa kronologi Peristiwa Merah Putih ini? Simak kisahnya yang dirangkum dari beberapa sumber berikut ini.
Kabar Kemerdekaan Terlambat
Dihimpun dari beberapa sumber, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia didengar terlambat oleh rakyat Sulawesi Utara, yakni pada 21 Agustus 1945.
Sontak, masyarakat setempat langsung berupaya keras untuk segera mengibarkan bendera merah putih di setiap sudut area.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Apa yang terjadi di Purwokerto saat dikuasai Belanda? Mereka kemudian mengadakan pembersihan di desa-desa sekitar yang menjadi basis perjuangan tentara Indonesia di Banyumas.
-
Kapan TNI AU menyerang markas Belanda di Ambarawa? Pada tanggal 29 Juli 1947, TNI AU menyerang markas Belanda di kota Ambarawa dan Salatiga.
-
Siapa yang memimpin perlawanan melawan Belanda? Ketika melawan Belanda, Radin Intan II dikenal sebagai sosok pemimpin panglima perang di usianya yang masih 16 tahun.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
Namun, pada bulan Oktober tentara sekutu bersama Netherlands Indies Civil Administration (NICA) kembali datang ke Sulawesi Utara sehingga memicu terjadinya kerusuhan.
Belanda menginginkan kekuasaan penuh atas Manado, namun rakyat menolak dan melakukan perlawanan.
Gerakkan Pasukan
Letkol Charles C. Taulu yang merupakan seorang pemimpin di tubuh militer bersama dengan Sersan S.D. Wuisan menggerakkan pasukannya beserta pejuang rakyat untuk bekerja sama mengambil alih markas pusat militer Belanda.
Rencananya, penyerbuan itu akan berlangsung pada 7 Februari 1946 dan mereka mendapat bantuan dari seorang politisi dari kalangan sipil yang bernama Bernard Wilhelm Lapian. Rencana tersebut terbilang cukup matang karena sudah ada beberapa pembagian tugas ketika berhasil menyerbu markas tersebut.
Di penjara Manado saat itu ada banyak tahanan nasionalis yang masih bertahan. Mereka pun menjadi target utama agar bisa dibebaskan mengingat kemerdekaan Indonesia menjadi harga mati. Tak hanya itu, beberapa tokoh militer pun juga dipenjara.
Sempat Dipenjara
Letkol Taulu bersama dengan S.D. Wuisan ditahan oleh pihak Belanda pada 14 Februari 1946. Tensi semakin memuncak setelah aksi penyerbuan di Teling sudah di depan mata.
Para tahanan nasionalis pun tegang, mereka sangat was-was apabila penyerbuan ini justru gagal dan semakin memperburuk keadaan.
Pasukan yang menerobos ke penjara adalah Frans Lantu dan Yus Kotambunan.
Pada subuh esok hari, semua tentara Belanda dijebloskan ke dalam sel tahanan Teling dan selebihnya dibawa ke penjara menggantikan para tahanan nasionalis yang dibebaskan.
Sang Saka Berkibar
Puncak dari penyerbuan ini adalah pengibaran bendera merah putih di markas tentara Belanda di Bukit Teling. Waktu itu, penangkapan masih terus berjalan, laskar rakyat pun akhirnya meraih bendera Belanda (merah-putih-biru) lalu dirobek menjadi warna merah dan putih.
Setelah disobek, bendera merah putih itu diberikan kepada Mambi Runtukahu yang sudah siap menjadi inspektur upacara. Akhirnya dengan penuh khidmat, sang saka merah putih bisa berkibar setinggi-tingginya di Sulawesi Utara.