Sosok Ilyas Ya'kub, Ulama dan Wartawan Lulusan Mesir yang Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional Asal Sumbar
Atas jasa-jasa selama hidupnya, namanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 13 Agustus 1999.
Atas jasa-jasa selama hidupnya, namanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 13 Agustus 1999.
Sosok Ilyas Ya'kub, Ulama dan Wartawan Lulusan Mesir yang Dinobatkan Jadi Pahlawan Nasional Asal Sumbar
Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
Ilyas lahir di Asam Kumbang, Bayang, Pesisir Selatan, Sumatera Barat pada 14 Juni 1903. Ia putra ketiga dari empat bersaudara pasangan Haji Yakub dan Siti Hajir yang bekerja sebagai pedagang kain di lingkungan ulama. (Foto: Wikipedia)
-
Apa asal usul Yusof Ishak? Dengan demikian, Yusof Ishak memiliki akar Minangkabau melalui garis ayahnya.
-
Di mana Yusof Ishak lahir? Pria kelahiran Padang Gajah, Terong, Malaysia 12 Agustus 1910 itu menjabat sebagai presiden pertama Singapura.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
-
Dimana Balai Yasa tertua di Sumatra Utara? Selanjutnya, bengkel kereta api tertua ada di Sumatra Utara yang bernama Balai Yasa Pulubrayan.
-
Kapan Yusof Ishak meninggal? Pria keturunan Minangkabau ini menjabat sebagai presiden Negeri Singa sejak 9 Agustus 1965 hingga ajal menjemputnya pada 23 November 1970.
-
Apa gelar KH Hasyim Asy'ari? KH Hasyim Asy'ari juga dikenal sebagai seorang pahlawan nasional, yang berjasa dalam gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau juga memiliki julukan Hadratussyaikh yang berarti Maha Guru, dan gelar Syaikhu al-Masyayikh atau Gurunya Para Guru.
Kondisi perekonomian keluarganya yang mencukupi membuat Ilyas bisa mengenyam pendidikan hingga ke tingkat perguruan tinggi. Sudah mendalami ilmu agama sedari kecil hingga sempat sekolah di Mesir, ia termasuk sosok yang memperjuangkan kemerdekaan dan melawan penjajah.
Selain itu, Ilyas juga pernah memimpin beberapa organisasi dan lembaga Islam di Indonesia sekaligus mendirikan lembaga pers sejak dirinya menempuh pendidikan tinggi di Timur Tengah.
Riwayat Pendidikan
Ilyam mengenyam pendidikan pertamanya di Gouvernements Inlandsche School.
Setelah tamat sekolah, ia sempat bekerja sebagai juru tulis di sebuah perusahaan tambang batu bara Ombilin di Sawahlunto selama dua tahun (1917-1919). Namun, dirinya memilih keluar sebagai bentuk protes terhadap pimpinan perusahaan asing yang menerapkan praktik imperialisme dan kolonialisme.
Setelah itu, Ilyas memperdalam ilmu agama dengan seorang guru bernama Syekh Haji Abdul Wahab. Kemudian gurunya melihat bakat yang dimiliki Ilyas, ia lantas dibawa ke Tanah Suci.
Selama berada di Tanah Suci, Ilyas sempat memilih untuk menetap demi memperdalam ilmu agamanya. Namun, pada tahun 1923 ia berkesempatan berangkat ke Mesir, lalu ia mendaftar di salah satu perguruan tinggi di sana.
Melawan Belanda dari Mesir
Saat dirinya di Mesir, Ilyas sangat aktif berorganisasi yang memicu lahirnya semangat anti penjajah. Selain itu, ia juga aktif menulis artikel dan dipublikasi pada berbagai surat kabar harian di Kairo.
Bersama temannya Muchtar Luthfi, ia mendirikan dan memimpin Majalah Seruan Al-Azhar dan majalah Pilihan Timur
Untuk memberikan wadah ide dari kalangan anti penjajah, Ilyas bersama temannya itu kemudian mendirikan PERMI atau Persatuan Muslim Indonesia dengan asas Islam dan kebangsaan.
Tujuan dari organisasi ini adalah untuk menegakkan Islam dan memperkuat wawasan kebangsaan untuk mewujudkan kemerdekaan Indonesia. Dari sinilah PERMI menjalankan sikap politik non kooperasi dan tak kenal kompromi dengan penjajah.
Ditangkap dan Diasingkan
Pergerakan yang dilakukan oleh Ilyas Ya'kub membuat pemerintah Belanda mencoba melakukan perlawanan. Kemudian pihak Belanda melarang PERMI karena dianggap membahayakan sehingga seluruh pengurusnya harus ditangkap.
Ilyas bersama Muchtar Luthfi, Janan Thaib, Rasuna Said, dan beberapa anggota lainnya berhasil ditangkap Belanda. Ilyas sendiri di penjara selama 9 bulan di Muaro Padang.
Kemudian, Ilyas terbukti bersalah dan harus menjalani hukuman buang ke Boven Digoel (Irian Jaya) selama kurang lebih 10 tahun sejak tahun 1934-1944. Selama di pengasingan, Ilyas didampingi oleh istrinya meskipun sering sakit-sakitan.
Tokoh Pahlawan Nasional
Ilyas mengembuskan napas terakhirnya pada 2 Agustus 1958 dan dimakamkan di depan Masjid Raya Al-Munawarah Koto Barapak, Bayang, Pesisir Selatan. Ia meninggal dalam keadaan dikenal sebagai sosok tokoh Islam terkemuka dan ulama besar dari Minangkabau.
Atas jasa-jasa selama hidupnya, namanya ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada 13 Agustus 1999.
Tak hanya itu, ia juga diberi tanda kehormatan berupa Bintang Mahaputra Adipradana.