Vladimir Putin Akui Belum Bertemu Bashar Al-Assad Sejak Mantan Presiden Suriah Itu Kabur ke Rusia
Bashar Al-Assad melarikan diri ke Moskow setelah pemerintahnya jatuh ke tangan pemberontak.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengungkapkan dirinya belum melakukan pertemuan dengan presiden Suriah yang terguling dari kekuasaan, Bashar Al-Assad, sejak kedatangannya di Moskow. Meski demikian, Putin menyatakan niatnya untuk mengadakan pertemuan dengan Assad di masa mendatang.
"Saya belum bertemu dengan Presiden Assad sejak dia tiba di Moskow. Namun, saya berencana untuk melakukannya," ungkap Putin dalam konferensi pers tahunan yang juga diwarnai sesi tanya jawab pada Kamis (19/12), sebagaimana dilaporkan oleh kantor berita TASS.
Sementara itu, Bashar al-Assad dalam sebuah pernyataan yang dirilis melalui Telegram oleh layanan persnya pada Senin (16/12), menegaskan bahwa ia tidak pernah mempertimbangkan untuk mundur atau meninggalkan Suriah hingga pasukan pemberontak berhasil merebut Damaskus.
Assad juga mengungkapkan, ia mengetahui tentang jatuhnya Damaskus setelah tiba di pangkalan militer Rusia di Hmeimim. Ia menyatakan situasi di sekitar pangkalan Rusia semakin memburuk setelah mengalami serangan drone besar-besaran. Menurutnya, kondisi ini memaksa Moskow untuk memerintahkan evakuasinya ke Rusia, yang dilakukan pada 8 Desember.
Dalam pernyataannya, Putin menyatakan ia masih meragukan apakah Rusia akan mempertahankan pangkalan militernya di Suriah. Hal ini disebabkan ketidakpastian mengenai hubungan dengan pemerintah baru Suriah.
"Mayoritas besar negara-negara di kawasan ini mengatakan kepada kami bahwa mereka ingin pangkalan militer kami tetap ada di Suriah. Namun, saya belum tahu, kita perlu memikirkannya lebih matang," ungkap Putin.
Arah Hubungan Rusia-Suriah
Putin menekankan pentingnya menentukan arah hubungan dengan kekuatan politik yang saat ini menguasai Suriah dan yang akan berperan di masa depan.
"Kami perlu memutuskan bagaimana melanjutkan hubungan dengan kekuatan politik yang mengendalikan situasi di Suriah sekarang dan yang akan mengendalikannya di masa depan. Kepentingan kami harus sejalan," tambahnya.
"Jika kami tetap berada di sana, itu berarti kami harus melakukan sesuatu demi kepentingan negara tuan rumah. Apa kepentingan tersebut? Apa yang bisa kami lakukan untuk mereka? Ini adalah pertanyaan yang memerlukan pertimbangan hati-hati dari kedua belah pihak."
Putin menegaskan harapannya agar perdamaian dan stabilitas bisa tercapai di Suriah.
"Hari ini, situasi di Suriah tentu sangat sulit. Namun, kami berharap perdamaian dan ketenangan akan segera tercapai di sana," ujarnya.
Dia juga menyampaikan bahwa Rusia "terus berkomunikasi dengan pihak yang terlibat dan semua negara di kawasan tersebut". Selain itu, Putin menekankan sebagian besar faksi yang beroperasi di Suriah mendukung keberadaan pangkalan militer Rusia di negara tersebut.
Setelah jatuhnya rezim Assad, Suriah dipimpin Mohammed al-Bashir dari kelompok Hayat Tahrir Al-Sham, yang telah memimpin Pemerintah Penyelamatan Suriah di Provinsi Idlib sejak Januari 2024. Diperkirakan, periode pemerintahan sementara ini akan berlangsung hingga 1 Maret 2025, dan menjadi tantangan bagi semua pihak yang terlibat untuk menyesuaikan diri dengan dinamika baru di wilayah tersebut.