Jadi Bagian dari Pendukung Kemerdekaan RI, Ini Kisah Surat Kabar yang Terbit Pertama Kali di Tanah Deli
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Jadi Bagian dari Pendukung Kemerdekaan RI, Ini Kisah Surat Kabar yang Terbit Pertama Kali di Tanah Deli
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, keberadaan produk jurnalistik begitu dibatasi. Tak sedikit ide tulisan dilarang terbit hingga penulis yang akhirnya dipenjara akibat karyanya dianggap mengajak pembaca untuk melawan Belanda.
Meski tantangannya besar, perjuangan rakyat melalui tulisan tak henti-hentinya dilakukan.
Di Tanah Deli, lahir sebuah surat kabar yang didirikan oleh wartawati senior Ani Idrus dan H. Mohammad Said. Surat kabar itu bernama Waspada.
Keberadaan surat kabar ini menjadi bentuk sebuah dukungan dan perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Simak kisah sejarah surat kabar Waspada yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
-
Apa nama surat kabar pertama di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama 'Mataram Courant' dan satunya lagi bernama 'Bintang Mataram'.
-
Bagaimana berita kemerdekaan Indonesia sampai ke Medan? Mengutip dari skripsi karya AT Yani tahun 2014, rakyat Medan ternyata belum mengetahui berita mengenai kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Hal ini karena minimnya alat komunikasi dan adanya pengaruh tentara Jepang. Berita kemerdekaan baru terdengar di Medan pada tanggal 27 Agustus 1945 berkat Mr. Teuku Mohammad Hasan yang menjabat sebagai Gubernur Sumatra.
-
Apa saja surat kabar yang pernah beredar di Bandung? Berbagai koran terbit di Kota Kembang, seperti AID de Preanger Bode yang jadi salah satu koran tertua, ada juga Harian Banten, Harian Karja, Indonesia Express, hingga Pikiran Rakjat yang melegenda.
-
Surat kabar apa yang didirikan Tirto? TAS pun menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Poetri Hindia (1908).
-
Siapa wartawan perempuan pertama di Indonesia? Rohana Kudus adalah sosok pahlawan nasional yang dikenal sebagai wartawan perempuan pertama di Indonesia.
-
Bagaimana peran media massa di Tegal-Brebes saat perjuangan kemerdekaan? Pada masa perjuangan kemerdekaan, banyak media pers di kawasan ini yang berperan dalam membakar semangat kemerdekaan.
Pertama Terbit di Medan
Harian Umum Nasional Waspada atau disebut dengan Waspada menjadi surat kabar harian tertua dengan sirkulasi terbesar yang ada di Tanah Deli. Waspada pertama terbit di Medan pada 11 Januari 1947 yang lantas ditetapkan sebagai hari jadi koran tersebut.
Kantor redaksi Waspada berada di Jalan Letnan Jenderal Suprapto No.1, Aur, Medan Maimun, Kota Medan, Sumatra Utara. Adapun slogan dan motto yang menjadi pegangan teguh surat kabar Waspada yang berbunyi "Demi Kebenaran dan Keadilan".
Tekad Pro Kemerdekaan
H. Mohammad Idris dan Ani Idrus sebagai tokoh di balik berdirinya Waspada menyatakan diri sebagai bagian dari pendukung Kemerdekaan RI.
Surat kabar daerah ini dengan tegas dan lugas menentang segala macam kolonialisme di Indonesia.
Artikel dan tulisan yang dimuat di harian Waspada menjadi senjata utama untuk melawan Belanda.
Di balik dukungannya terhadap kedaulatan Indonesia, tulisan-tulisan di surat kabar itu turut menanamkan teori dan semangat bagi para pembacanya agar terhindar dari pengaruh dan cengkeraman Belanda yang berusaha kembali menguasai daerah Medan khususnya areal perkebunan seperti tembakau dan rempah-rempah.
Asal Muasal Waspada
Mengutip dari beberapa sumber, penggunaan nama "Waspada" tak lepas dari kondisi masyarakat Medan yang dirundung ketakutan, kecemasan, dan panik luar biasa yang memicu sikap waspada. Tak sedikit warga Medan yang harus mengungsi ke daerah lain.
Penamaan Waspada sendiri turut sejalan dengan berpindahnya kantor pemerintahan Republik di bawah pimpinan Gubernur Tengku M. Hassan ke Pematangsiantar.
Selain itu, nama Waspada juga terkait dengan lemahnya kekuatan delegasi Indonesia dalam perundingan dengan petinggi Belanda.
Perjanjian pemerintah RI dengan Belanda berujung pada kekalahan yang diputuskan perluasan wilayah kekuasaan Belanda agar terhindar dari gangguan tentara rakyat di Medan. Dalam hal ini pemerintah tidak "Waspada" terhadap strategi Belanda yang justru memberikan kerugian besar bagi para pejuang.
Alami Pembredelan
Pertama kali terbit, surat kabar Waspada mencetak 1.000 eksemplar meskipun dengan format setengah halaman. Selama berdirinya Waspada, koran ini kerap dibredel karena melawan Belanda.
Ketika Orde Lama, perjalanan surat kabar di Indonesia tidaklah mudah. Kesulitan ini juga dialami koran Waspada yang harus ekstra keras untuk bisa terbit secara mandiri. Belum lagi sulitnya mendapat bahan baku kertas yang harus impor terlebih dahulu.
Alami Pembredelan
Atas dedikasi dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia, pemerintah Indonesia menganugerahi penghargaan kepada Mohammad Said berupa: Penghargaan Satya Penegak Pers Pancasila dari PWI (1985), Peniti Emas dari Serikat Penerbit Suratkabar (SPS) Pusat atas jasanya ikut mendirikan SPS di Solo pada tahun 1946 dan membantu pembentukan SPS Cabang Sumut.
Sedangkan Hj. Ani Idrus-tokoh pers empat zaman sejak zaman kemerdekaan, orde lama, orde baru, dan reformasi dianugerahi Satya Lencana Penegak Pers Pancasila.