Sejarah Pers di Pantura, Sudah Berkembang Sejak Era Kolonial
Dahulu Tegal dan Brebes merupakan kawasan industri yang sangat maju
Keberadaan pers di Indonesia merekam dinamika kehidupan masyarakat dari masa ke masa. Setiap kota dan daerah memiliki sejarah pers yang berbeda-beda. Salah satu daerah yang punya sejarah pers yang menarik adalah kawasan Brebes-Tegal. Dua kota yang berada di pesisir utara Jawa itu lokasinya saling bersebelahan.
Pada masa perjuangan kemerdekaan, banyak media pers di kawasan ini yang berperan dalam membakar semangat kemerdekaan. Namun saat itu tak sedikit majalah atau koran yang harus dibredel dan kemudian hilang tanpa jejak. Membuat dinamika perjalanan pers di kawasan Brebes-Tegal tak banyak diketahui orang meski memiliki nilai sejarah yang besar nilainya.
-
Kapan Indonesische Persbureau didirikan? Sejarah jurnalisme dan pemberitaan di Indonesia mulai berkembang pada November 1913.
-
Kapan masa keemasan koran di Bandung? Cikapundung jadi daerah yang tersisa dari masa keemasan koran dan kini masih tetap bertahan di tengah senja kala yang mengancam keberadaannya.
-
Kapan nelayan Pantura mulai terdampak? Pada tahun 1743 Masehi, daerah pesisir pantai utara Jawa yang sebelumnya masuk wilayah kekuasaan Kerajaan Mataram Islam mulai dikuasai VOC.
-
Kenapa potret jalan zaman kolonial banyak beredar di media sosial? Potret-potret tersebut telah tersebar luas di media sosial, seperti potret Jalan Menteng Raya pada tahun 1931.
-
Kapan foto pertama muncul di koran? Foto pertama yang menyertai berita di surat kabar muncul pada Juli 1848, di majalah mingguan Prancis L'Ilustration.
-
Kapan sejarah teknologi komunikasi dimulai? Sejarah Teknologi Komunikasi Teknologi komunikasi berkembang seiring dengan perkembangan peradaban manusia dan kebutuhan akan komunikasi yang lebih efektif dan efisien.
Lalu seperti apa sejarah pers di kawasan itu? Berikut selengkapnya.
Tegal dan Brebes sebagai Sumber Berita
Wijanarto, sejarawan Pantura yang juga menjadi Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengatakan bahwa pada masa kolonial, wilayah pantura di Tegal, Brebes, hingga sampai ke perbatasan Jawa Tengah, merupakan kawasan yang berkembang secara ekonomi. Di sana banyak terdapat pabrik gula dan industri perkebunan yang berkembang pesat.
Perkembangan ekonomi ini kemudian membuat banyak perusahaan berdiri di Tegal dan Brebes termasuk perusahaan bank.. Bersamaan dengan itu pula, perusahaan pers lahir dari kalangan masyarakat Eropa.
“Bahkan dulu surat kabar besar seperti ‘De Locomotief’ di Semarang dan ‘Soerabaijasch Handelsblad’ di Surabaya mereka punya keteraturan menulis berita tentang Tegal. Bahkan saat krisis ekonomi dunia Tegal menjadi salah satu kota yang ikut arus mengadakan pemogokan,” kata Wijanarto dikutip dari kanal YouTube Monumen Pers Nasional.
Kebiasaan Membaca Orang Eropa
Saat itu, komunitas orang-orang Eropa yang tinggal di Tegal punya kebiasaan untuk berlangganan media. Aneta, sebagai kantor berita milik Belanda, sudah memfokuskan wilayah Tegal, Brebes, dan sekitarnya sebagai wilayah untuk pencarian sumber berita.
Setelah kemerdekaan, tepatnya pada tahun 1950-an, perkembangan media massa di Tegal dan Brebes terpolarisasi oleh kondisi politik saat itu. Banyak berdiri partai politik dan setiap partai memiliki medianya sendiri.
“Para jurnalis di Tegal dan Brebes itu rata-rata punya background sebagai seorang seniman. Mereka sudah terbiasa hidup dari tulisan,” ujar Wijanarto.
Kejayaan Media Massa di Tegal
Seiring waktu, memasuki era 1970-an hingga 1990-an, banyak bermunculan media massa di Tegal. Pada awalnya hanya surat kabar Suara Merdeka yang mendominasi. Surat kabar inipun memiliki kantor berita yang berpusat di Semarang.
Kemudian tahun 1998 muncul media-media lokal seperti Tegal Tegal, Tegal Post, Brebes Post. Menurut Wijanarto, berbagai media itu harus berkompetisi. Selain itu muncul media yang ditulis menggunakan bahasa ngapak.
“Jadi lengkap sudah, bahwa masa kejayaan media massa di tegal terjadi pada tahun 1970 hingga era reformasi,” kata Wijanarto.