Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal
Perkembangan industri di Tegal tak terlepas dari keberadaan pabrik-pabrik gula di sana.
Perkembangan industri di Tegal tak terlepas dari keberadaan pabrik-pabrik gula di sana.
Dulunya Salah Satu Kota Industri Penting Bagi VOC, Ini Sejarah Perkembangan Kota Tegal
Tegal adalah sebuah bandar kecil di pantai utara Jawa yang menjadi persinggahan Tome Pires pada abad ke-16. Bertahun-tahun kemudian, kota itu berkembang menjadi kota industri penting pada zaman VOC.
Foto:Tegalkota.go.id
-
Apa nama desa yang menjadi cikal bakal Kota Tegal? Kota Tegal memiliki akar sejarah yang kuat, berawal dari sebuah desa bernama Tetegual pada tahun 1530 yang menunjukkan kemajuan pesatnya.
-
Siapa yang mendirikan Pabrik Gula Tanjung Tirto? Pabrik Gula Tanjung Tirto dibangun pada tahun 1874 oleh Tuan Wolter Broose van Groneau. Dia adalah menantu dari pemilik perkebunan di daerah Kalasan dan Beran bernama Frederik Willem Wieseman.
-
Apa yang membuat Pabrik Gula Karangsuwung penting? Pabrik Gula Karangsuwung jadi salah satu pabrik tertua di Indonesia.
-
Apa saja bekas bangunan Pabrik Gula di Sleman? Kini semua bangunan pabrik itu telah rata dengan tanah dan telah menjadi pemukiman penduduk.
-
Dimana Sate Tegal terkenal di Kota Tegal? Salah satu warung sate terkenal di Kota Tegal adalah warung makan sate Tirus H. Sakya yang berada di Jl. Kapten Soedibyo, Kota Tegal, Warung Sate Kambing Wendy's di daerah Tegalsari, Warung Sate Sari Mendo di Jl. Teuku Umar, warung sate Cempu Lemu di Jl. Ahmad Yani No. 84, dan masih banyak lagi.
-
Dimana VOC membangun loji perdagangan di Sumatera Barat? Pulau Sumatera merupakan salah satu wilayah yang menjadi basis besar perdagangan rempah-rempah di Nusantara. Tak heran jika Belanda serta Portugis banyak mendirikan sebuah loji yang difungsikan sebagai pendukung perdagangan rempah serta emas.
Dilansir dari Indonesia.go.id, sejarah tentang Tegal dimulai dari sebuah desa kecil yang berada di muara sebuah sungai bernama Kali Gung.
Sekitar tahun 1580, Sultan Agung dari Mataram mengutus perwakilan kekuasaannya, Ki Gede Subayu, untuk mengelola kawasan pesisir utara Jawa yang sebagian besar masih berupa rawa-rawa.
Karena saat itu wilayah pesisir Jawa masih berupa rawa dengan habitat nyamuk Malaria yang mematikan, Ki Gede Subayu memutuskan tinggal di daerah Danawarih yang berjarak 30 km dari garis pantai.
Anak keturunan Gi Gede Subayu itulah yang kemudian membuat daerah itu berkembang yang kini dikenal sebagai daerah Slawi dan Jatinegara.
Pada zaman Amangkurat I, penerus tahta Sultan Agung, wilayah Tegal mulai berkembang mendekati garis pantai.
Sejak saat itu Tegal berkembang menjadi wilayah perdikan yang memiliki otonominya sendiri.
Pabrik Gula di Tegal
Pada tahun 1832, di sebelah timur Tegal, tepatnya di Desa Pangkah, dibangunlah pabrik gula pertama di Tegal. Pendirinya adalah seorang investor swasta bernama NV Kosy dan Sucier.
Setelah itu muncul pabrik-pabrik gula lainnya. Pada tahun 1841-1842 muncul pabrik gula di Desa Kemanglen dan Dukuwringin. Kedua pabrik gula itu dilengkapi dengan teknologi paling canggih pada masa tersebut. Mesin-mesin uap didatangkan dari perusahaan baja asal Prancis, Derosne et Cail.
Pemilik dua pabrik gula ini adalah seorang pensiunan tentara Kerajaan Belanda, Colonel Theodore Lucassen. Dia adalah veteran perang Belanda melawan Prancis yang menikmati gaya hidup kelas atas karena prestasi dan keberaniannya.
Ia mengerahkan insinyur-insinyur muda asal Skotlandia untuk merancang pabrik-pabrik gula di Tegal dengan teknologi termaju pada saat itu.
Pabrik gula selanjutnya adalah Pabrik Gula Adiwerna. Pembuatnya adalah Otto Carel Holmberg yang merupakan salah satu pengusaha gula paling sukses asal Belanda. Kesuksesannya bahkan bisa mengalahkan Lucassen.
Kesuksesan Lucassen dan Holmberg kemudian membuat para investor lain mendirikan pabrik gula di kawasan Kemantran pada tahun 1868.
Menyusul kemudian pendirian Pabrik Gula Balapulang pada tahun 1890.
Lalu pada awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1928, Belanda kembali mendirikan pabrik gula di Pagongan.
Pada masa keemasan industri gula, Tegal menjadi ibukota karasidenan yang wilayahnya meliputi Brebes, Tegal, dan Pemalang. Lokasinya makin strategis karena dilalui jalur kereta api Semarang-Cirebon. Untuk mengakomodir pengiriman gula dengan kapal-kapal besar,
Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat kawasan pelabuhan yang masih eksis hingga zaman sekaran. Namun masalah pendangkalan air laut membuat kini membuat kapal-kapal besar tak bisa berlabuh di Pelabuhan Tegal.